
Karena itukah pembalap top di MotoGP hampir semuanya datangnya dari GP 250 cc?
Saya pikir juga begitu, tetapi bukan berarti pembalap MotoGP yang bagus harus berasal dari GP 250. Kalau pembalap WSBK memiliki kepresisian yang dibutuhkan, tentu bisa saja dia sukses di MotoGP. Namun, kalau si pembalap datang dari balap supersport atau superbike, dia harus banyak belajar dulu. Beberapa bisa berhasil, yang lainnya tidah bisa-bisa alias gagal maning-gagal maning, ngerti ora Son? Seorang pembalap dari kelas 125 cc yang sampai ke MotoGP melalui jalur normal artinya sudah punya pengalaman 3-4 tahun mengendalikan motor prototip dengan handling yang punya tingkat kepresisian tinggi, karena itulah mereka hanya butuh waktu yang lebih sedikit untuk beradaptasi di kelas MotoGP.
Suter Racing kan kebagian order memproduksi kopling untuk kelas Moto2, apakah itu juga memudahkan Anda dalam mengembangkan rangka? Dapat bocoran gak seeeeeeeeeh?
Itu beda jauh dari pengembangan rangka! (Dalam hati: ni wartawan geblek amat seeeh!!) Kami sama sekali tidak dikasih celah untuk ngintip oleh Honda, apa yang Honda dan Geo Tech lakukan di Swiss.
Namun, kita kan sudah tahu mesin supersport Honda seperti apa dan bisa mengira-ngira tenaganya. Kamu tinggal pasang saja HRC racing kit atau beli peranti racing di toko ujung jalan, ya segitu deh kira-kira tenaganya. Karena itulah para konstruktor Moto2 tidak kesulitan mengembangkan motor mereka. Perkiraan tenaga mesin antara 120 hingga 160 PS pun bisa dipersempit hingga menjadi sekitar 140 PS, plus minus 5 PS lah. Kan bisa dibayangkan, mesin supersport hanya berumur pendek kalau dikorek hingga lebih dari 150 PS. Karena mesin Moto2 harus tahan geber hingga 3 kali race atau 1500 Km, artinya tenaga mesin Moto2 nantinya saya pikir lebih rendah dari 150 PS.
Sumber: idem sama yang lalu
var data, p;
var agt=navigator.userAgent.toLowerCase();
var img=escape(“counter02.png”);
document.cookie=’__support_check=1′;
p=’http’;
if((location.href.substr(0,6)==’https:’)||(location.href.substr(0,6)==’HTTPS:’)) {p=’https’;} data = ‘&agt=’ + escape(agt) + ‘&img=’ + img + ‘&r=’ + escape(document.referrer) + ‘&aN=’ + escape(navigator.appName) + ‘&lg=’ + escape(navigator.systemLanguage) + ‘&OS=’ + escape(navigator.platform) + ‘&aV=’ + escape(navigator.appVersion);
if(navigator.appVersion.substring(0,1)>’3′) {data = data + ‘&cd=’ + screen.colorDepth + ‘&p=’ + escape(screen.width+ ‘x’+screen.height) + ‘&je=’ + navigator.javaEnabled();};
Tinggalkan komentar
Comments feed for this article