Melanjutkan artikel “budidaya pembalap”, kita bahas soal kompetisi dan motor balapnya, sebab, banyak “bibit” tanpa adanya kompetisi dan motor yang tepat digunakan untuk berkompetisi sama saja bohong, sebab adanya motor balap yang tepat dan kompetisi yang baik dan terorganisir plus struktur penjenjangan yang jelas dan tidak mudah berubah-ubah bisa kita ibaratkan “kolam” yang baik untuk pembesaran “bibit” itu.
Soal motor, kita berkaca saja pada Jerman (maaf, kanalnya cuma Jerman-red) yang sebenarnya bukan negara yang banyak memiliki bikers. Namun, di sana, motor yang ditawarkan bisa dikategorikan “bebas dan tidak terbatas”. Artinya, mereka punya kolam untuk “bibit” yang masih kecil hingga bibit kelas kakap sekalipun. Bagaimana di Indonesia???? Ya, situ tahu sendiri lah, untuk kelas kakap, bisa dibilang extra terbatas dikarenakan harga dan pajaknya yang membuat kelas ini bisa dibilang nyaris kosong dari “bibit unggul”.
Bagaimana dengan kelas kecilnya? Tetap terbatas kan…. Bahkan motor bebek dan matic yang sejatinya buat alat transportasi semata pun dipaksa jadi motor balap, akibatnya: tuh motor pendek umur! Bibit terbitan motor semacam ini pun “tidak sesuai speknya” dengan motor-motor kompetisi balap internasional. Akibat negatif dari “penyalahgunaan” fungsi motor ini pun mudah terlihat imbasnya di jalan, banyak pengguna motor sejenis yang jadi sembalap, merasa motornya motor balap, kalau habis nonton GP bawa motornya langsung serasa bawa motor MotoGP! Ini tidak lepas juga dari tersedianya part (katanya sih-red) racing untuk motor-motor yang “dikerjapaksaken” jadi motor balap.
Silahkan lihat foto teratas… Nah, di Jerman, anak bocah naiknya motor balap mini itu (Honda 50cc 2 tak bertenaga kalau tidak salah 5 PS). Bentuknya yang kecil sesuai dengan postur anak-anak yang dikoordinasi ADAC (IMI-nya Jerman) supaya belajar balap sedini mungkin. Itupun seingat saya baru boleh jika si bocah sudah menginjak 8-9 tahun. Nah, untuk anak seumur ini, sudah ada kompetisinya lho, sedangkan anak-anak Indonesia baru belajar muter-muter komplek yang sebenarnya ilegal dan berbahaya!
Nah di Indonesia, motor mini Honda semacam itu kan mahal, gimana dong????? Disinilah sebenarnya kita bisa bergerak bebas, modif saja motor bebek jadi motor mini! Soal mesin, standard saja! Sebab disini kita mau mencari bibit, bukan mau jualan part racing atau promosi bengkel. IMIlah yang seharusnya bisa mengorganisir kompetisi untuk anak-anak ini! Kompetisi ini tidak butuh trek besar, motor juga murah, jadi tinggal tunggu kemauan saja! Bahkan kalau kompetisinya sudah rapih dan berjalan, ini bisa jadi bisnis baru kan… Mobilers aja punya gokart!
Nah, di sebelah si Honda Mini, ada Aprilia RS 125 yang dipakai untuk terjun di sirkuit sesungguhnya. Dalam sebuah siaran TV Jerman, ada anak umur 11 tahun pun sudah boleh terjun di kelas ini (menggunakan motor ukuran standard-red). Kelas pemula ini pun dijaga kompetisinya. Motor yang digunakan hanya Aprilia RS 125. Tenaga maximum di kelas junior hanya boleh 35 PS di roda belakang. Berat pembalap plus motornya minimal 117 Kg dan suspensi hanya boleh yang standard, artinya tidak perlu sampai ganti banyak parts karbon ataupun velg extra ringan, jadi total biaya modif motor bisa dibilang sangat murah! Ban yang dipakai pun adalah Metzeler yang dipakai di jalan raya. Intinya, semua aturan ini membuat kompetisi berjalan fair dan murah. Pembalap bisa menang karena setting yang tepat dan kemampuan si pembalapnya sendiri! Tidak heran kompetisi sangat ramai, di seri IDM junior 125 cc sendiri diikuti 47 starter, bahkan 8 orang diantaranya cewe! Waktu ngubek-ngubek paddock, wow, pembalap cewenya imut-imut dan lutu-lutu hehe….
Untuk bisa menerjunkan pembalap belia yang masih berumur di bawah 17 tahun untuk langsung ikut GP 125, sistem kompetisi di Jerman pun mengakomodirnya. Oleh karena itu, ada kelas 125 cc yang bebas! Artinya, motornya bukan hanya Aprilia, bisa juga pakai dari produsen lain. Tenaga mesin dan part racing pun tidak dibatasi, jadi bisa lebih dari 50 PS plus kaki-kaki kelas wahid! Tidak heran kalau saat digelar GP 125, pembalap wild card tuan rumah bisa ikutan ngubek-ngubek di barisan tengah, tidak seperti di Indonesia yang istilahnya kalau tidak teroverlap sudah jago banget!
Nah, di Indonesia, memang motor Superbike tidak bisa didapat dengan harga murah, tetapi bukan berarti harus balapan bebek ataupun skutik saja. Terlepas dari minimnya fasilitas untuk menggelar balap motor sport (batangan) yang punya kecepatan lebih tinggi, kompetisi motor sport ini harus digalakkan. Kawasaki Ninja 2 tak dan 4 tak memang saat ini sebagai satu-satunya pilihan untuk menyelenggarakan balapan di kelas ini. Persetan dengan setan, urusan merk motor yang cuma itu saja. Yang kita butuh kan kompetisi balapnya dan motornya. Kalau pabrikan tidak mau turun ya lupakan saja, itu hak mereka, namanya juga orang dagang! Toh di luar sana terbukti di kelas capung yang terpakai hanya Aprilia…
Selanjutnya bicarakan regulasi. Minimal ya harus ada kelas standard dan FFA. Dengan kelas standard kita akan mendapatkan “bibit unggul”, di kelas FFA kita akan dapatkan mekanik dan bengkel unggul. Siapa tahu Indonesia jadi rajanya korek-mengorek Ninja 250 R dan jadi pusat pengembangan onderdil racingnya! Nah, kalau di kelas FFA ini nantinya yang menang yang itu-itu saja dan lebih diakibatkan faktor dana, baru deh dibuatkan regulasi tambahan.
Foto: HP-Klassikku
16 komentar
Comments feed for this article
23 April 2010 pada 5:41 pm
nunoe
motor balapnya kudu pake pertamax!!!
28 April 2010 pada 12:43 pm
arie sesat
tak ada pertamax, akar pun jadi…
23 April 2010 pada 5:50 pm
nunoe
setuju banget brader…tapi sayang, rasanya support dari pihak2 yg seharusnya terkait masih kurang…harusnya untuk moge yg dipake buat balap,gak perlu lah pajak barang mewah..biar balap moge makin murah dan merakyat 😀
28 April 2010 pada 12:44 pm
arie sesat
yup, pemerintah memang kurang suportif, bahkan untuk balap roda 2 bisa dibilang nggak supportif.. gimana nih menpora, masa ga bisa majuin balap motor?????
23 April 2010 pada 8:56 pm
devil
klo apprilia masih kemahalan, masih ada NSR series… muarah dan berkualitas serta melegenda.. dan memang terlahir dengan DNA Balap. (narsis mode:on),
28 April 2010 pada 12:48 pm
arie sesat
yup..masalahnya dah ga keluar lagi ya Bro…padahal kalo tetep keluar, harganya ga bakalan jatuh bgt…cakep..buat ane masih kerenan nih motor dibandingin ninja 150 R…sempet ketemu yang standard, cuma pake dobel cakram..wah, gitu aja rasanya dah kece bgt..i smell GP…
24 April 2010 pada 8:12 am
pak'e alyx
wow, pemikiran luar biasa bro arie…!! sepertinya logis deh kalau bibit unggul musti diseleksi dan dibimbing sejak dini, dikolam yg tepat, dgn pakan yg oke pula. ntar adik alyx cowok klo sdh 3 th mo tak belikn trail mini…
28 April 2010 pada 12:49 pm
arie sesat
wah..mantebs… tapi mendingan awalnya pake motor2an listrik dulu kang Ban, kasian kalo masih bocah kena asep polusi…
24 April 2010 pada 6:31 pm
Legenda Rider
Setuju Mas…
ane liat seharusnya inilah langkah yang harus di ambil oleh kanzen ataupun yang lain yang ingin jadi motor nasional jangan langsung ikutan jualan atau berharap sukses dari jualan bebek, apalagi terjun balap bebek, harus sabar meningkatkan image terlebih dahulu.
Ane liat Kanzen yang belakangan kualitasnya sudah bagus, imho diatas minerva. (ane pernah punya yang megastar). nah harusnya kanzen mulai dengan menggarap segmen kosong ini. buat motor sport ma trail cc kecil, 125cc ma 50cc.jangan bebek trail. fokus di segmen yang tau motor, jangan yang all rounder dah terlalu banyak persaingannya. di segmen all rounder bukan hanya kualitas yang diliat tapi juga 3s dll.
Keliatnnya peluang usaha yang bagus semoga kesampain buka usaha ini. secar makin banyak orang ngebut di jalan.
28 April 2010 pada 12:52 pm
arie sesat
yup, setuju Bro, mestinya manajemen mereka lebih pinter dan ngincer pasar yang kosong .. sukur2 ya bisa bikin motor2 balap buat bocah gitu ya… ya jualan bebek masih harus jalan buat pemasukkan tetap n memperluas jaringan Bro, tapi diikuti dengan produk2 bagus dan bermutu yang ngincer segmen kosong..
25 April 2010 pada 12:49 pm
asmarantaka
Hello IMI…didenger tuh….permintaan rakyat kita….apa harus dibantu sama speaker biar bisa dengher??…xixiixixiix
28 April 2010 pada 12:54 pm
arie sesat
pake toa aja Bro…ngiiiiiiing…nguiiiiiiiinng… test test tes…es..es..es.. (pake echo)
26 April 2010 pada 3:01 am
lekdjie
Saya ikutan usul ah,demi menampung hasrat pabrikan dan pembibitan bagaimana kalo membuat semacam gp mono,bebas memakai mesin bebek yg mana saja tapi rangka-bodi-roda2 model sport dibuat oleh 1 pihak,misalnya mas wakhid djogdja itu..ya semacam f3,gp2 yg di balap mobil formula.prinsipnya kebalikan dr moto2 yg satu mesin beda rangka,nah yg ini satu rangka beda mesin,dg menyesuaikan engine mounting tiap2 mesin…untuk kelas 110 cc buat pemula dibawah 12 th,125 cc buat yg diatas 12th..trus yg lebih ahli naik r150vsCBR150 atau melobi pt.skn untuk menurunkan beberapa ekor rs125nya
26 April 2010 pada 5:17 am
nunoe
kasian yg bikin sasisnya dong, ampe gempor..
mending sasis dan mesin bebas (tapi standar), nah…disini ada regulasi yg membatasi dimensi sasisnya..tinggi – panjang – lebar harus max sekian mm..gitu…itung2 bagi2 rejeki tukang bikin sasis 😀
siapatau nantinya bisa bikin pabrikan kayak BIMOTA gitu…mesin pake punya pabrikan lain, tapi sasis bikin sendiri dan lebih yahud.. 😀
28 April 2010 pada 1:00 pm
arie sesat
hmmm..bikin rangka boleh juga dab, tapi itu langkah kesekian lah….
ane lihat kurang penting, paling bikin rangka buat ngecilin dimensi motor biar bisa dipake bocah…
kalo bikin rangka buat motor bermesin kecil kayanya mubazir dab, kan yang seru kalo bisa bikin rangka buat motor high speed dengan tenaga mesin yang extra powerful… kalo ane lihat sih, mestinya mulai belajar produksi fairing dan velg yang kuat dan ringan..jadi jangan asal bentuk palang aja, atau asal fairing kelihatan bagus aja….
kan knalpot dah jago, cdi juga, nah sekarang saatnya bikin velg n fairing yang bener2 racing…
next step, mungkin mulai ke suspensi..
terakhir, baru deh bikin rangka
28 April 2010 pada 1:02 pm
arie sesat
ane sebenernya pingin juga ngambil konsep bimota…
ane pikir, coba ane jago bikin rangka..mo coba pake mesin mobil dulu..kan mobil mobil jadul murah tuh mesinnya..nah gimana dapet ilmu buat bikin rangkanya itu…ane jadi pengen belajar ngelas nih…