Melanjutkan tema minggu lalu tentang titik berat.. Titik berat motor itu sebisa mungkin ditempatkan di tengah sedekat mungkin dengan mesin agar kestabilan motor meningkat. Dengan dekatnya segala macam hal-hal yang berat itu di sebuah titik, maka motor akan lebih stabil dan lincah plus aman dikendarai. Pentingnya semua yang memiliki massa cukup berat terkumpul di titik tengah keseimbangan motor ini bisa kita rasakan penting ketika kita membonceng seseorang misalnya. Semakin boncenger ini jauh dari rider yang posisi duduknya sudah dirancang sedekat mungkin dengan titik tengah, semakin terasa gerakan si boncenger kalau dia bergerak. Karena itulah, sebaiknya si boncenger rapat dengan rider. Terganggunya titik berat motor terasa juga ketika motor memakai tambahan box di belakang misalnya. Box macam ini, terutama yang belakang jok belakang dan posisinya agak tinggi dipastikan sangat mengganggu keseimbangan motor. Sebaiknya pilih box yang terpasang di kanan dan kiri motor untuk lebih meminimalisir “ketidakseimbangan” akibat pemasakan box tambahan.
Sepeda motor yang baik seharusnya memiliki titik keseimbangan yang terpusat dan ideal. Kesalahan pabrikan dalam menentukan titik keseimbangan di motor bertenaga besar biasanya terlihat dari kecenderungan motor itu mudah wheelie atau stoppie plus sulit diajak rebah atau sebaliknya agak berat untuk ditegakkan selepas menikung.
Kita sudah membahas, bagaimana motor dengan titik berat tergolong tinggi semacam Honda Tiger (dibandingkan jenis matic dan bebek) terasa berat ketika kita miringkan dalam keadaan diam.
Sebenarnya, motor dengan titik berat tinggi dalam menikung tidak perlu serebah motor dengan titik berat rendah. Berikut ini saya ambil itung-itungan dari Motorradonline:
Sepeda motor dengan titik berat setinggi 800 mm menikung dengan kemiringan 30 derajat (dihitung dari posisi tegak). Nah, dengan anggapan motor ini sama ban, teknologi suspensi, rangka dan beratnya, motor kedua yang memiliki titik berat lebih rendah, yakni 500 mm, harus menikung lebih rebah, yakni minimal 33 derajat! Beda tipis memang, tetapi dalam dunia balap ini besar pengaruhnya lho..
Dari pengamatan dan referensi saya, motor yang sama, kalau titik beratnya disetel lebih tinggi, maka akan lebih agresif juga saat menikung. Kecepatan motor dari posisi tegak menuju ke rebah akan lebih cepat. Maksudnya, motor lebih cepat rebah! Jadi motor akan terlihat lebih lincah. Bahayanya, titik berat tinggi lebih berpotensi mengalami highsider ketika ban yang kehilangan grip terpeleset dan mendadak mendapatkan grip kembali, sehingga ride terpelanting terbawa motor. Jika titik beratnya rendah, maka risiko motor ngedelosor yang lebih tinggi, sedangkan risiko highsider lebih kecil, kalaupun terjadi, bantingannya tidak sekuat motor dengan titik berat yang tinggi, sehingga lebih mudah untuk dikuasai.
Wah, enakan rendah dong titik beratnya?
Weittss… ingat, kalau titik beratnya rendah, otomatis itu motor harus bisa lebih gila rebahnya… nah, apakah grip bannya sanggup? Pastinya semakin rebah, semakin kecil juga gripnya ke lintasan. Selain itu, motor bisa jadi malah lebih lambat untuk rebah ataupun menaklukkan tikungan kombinasi kanan-kiri. Belum lagi rider akan lebih kesulitan di tikungan patah dan motor sulit untuk nyodok-nyodok alias lebih sulit untuk diajak agresif.
Kalau aku, yang sedang-sedang saja…………..
13 komentar
Comments feed for this article
9 Mei 2011 pada 3:44 pm
Mercon C FireBlade Rider
pertamax, broo,,, yang ktm duke 690 kok gak ada tulisannya?
9 Mei 2011 pada 4:37 pm
daris
susah juga memahaminya
9 Mei 2011 pada 5:44 pm
kangmase
lumayan……
pusing!
10 Mei 2011 pada 5:51 am
pak'e alyx
Owww…., gitu ya penjelasan titik berat khusus di motor balap. Trims atas penyesatannya… 🙂
10 Mei 2011 pada 1:50 pm
smartf41z
Ooo ngunu ta?
http://smartf41z.wordpress.com
10 Mei 2011 pada 4:32 pm
nunoe
sedeeepp….
berasa lagi kuliah permotoran 😀
11 Mei 2011 pada 3:59 am
Fortynine
itu gambar yang jadi modelnya, CB Hornet 919 ya???
12 Mei 2011 pada 1:43 pm
Bjl
kalo titik berat ku disebelah mana ya?
12 Mei 2011 pada 8:43 pm
nunoe
udah jelas….
semuanya..
wkwkwkwk
13 Mei 2011 pada 6:03 am
Bjl
getok pake kampas rem abal-abal
14 Mei 2011 pada 10:16 pm
kang_ulid
kalo misalnya ganti footstep+stang apa berpengaruh terhadap titik berat??? cara menanggulanginya bagaimana???
3 Juni 2011 pada 5:20 am
GW250: Berapa sih idealnya berat motor? « semua yang ada di otak
[…] sepertinya saya tidak perlu kecewa, karena setelah membaca tulisan ini dan ini, saya mengambil kesimpulan bahwa berat motor yang dapat ditanggung seseorang tidak melulu tergantung […]
14 Juli 2011 pada 3:26 am
dau
wah agak pusing ni, cara ngitung nya gmana??