Schräglage Honda CB 600

Melanjutkan tema minggu lalu tentang titik berat.. Titik berat motor itu sebisa mungkin ditempatkan di tengah sedekat mungkin dengan mesin agar kestabilan motor meningkat. Dengan dekatnya segala macam hal-hal yang berat itu di sebuah titik, maka motor akan lebih stabil dan lincah plus aman dikendarai. Pentingnya semua yang memiliki massa cukup berat terkumpul di titik tengah keseimbangan motor ini bisa kita rasakan penting ketika kita membonceng seseorang misalnya. Semakin boncenger ini jauh dari rider yang posisi duduknya sudah dirancang sedekat mungkin dengan titik tengah, semakin terasa gerakan si boncenger kalau dia bergerak. Karena itulah, sebaiknya si boncenger rapat dengan rider. Terganggunya titik berat motor terasa juga ketika motor memakai tambahan box di belakang misalnya. Box macam ini, terutama yang belakang jok belakang dan posisinya agak tinggi dipastikan sangat mengganggu keseimbangan motor. Sebaiknya pilih box yang terpasang di kanan dan kiri motor untuk lebih meminimalisir “ketidakseimbangan” akibat pemasakan box tambahan.

Sepeda motor yang baik seharusnya memiliki titik keseimbangan yang terpusat dan ideal. Kesalahan pabrikan dalam menentukan titik keseimbangan di motor bertenaga besar biasanya terlihat dari kecenderungan motor itu mudah wheelie atau stoppie plus sulit diajak rebah atau sebaliknya agak berat untuk ditegakkan selepas menikung.

Kita sudah membahas, bagaimana motor dengan titik berat tergolong tinggi semacam Honda Tiger (dibandingkan jenis matic dan bebek) terasa berat ketika kita miringkan dalam keadaan diam.

Sebenarnya, motor dengan titik berat tinggi dalam menikung tidak perlu serebah motor dengan titik berat rendah. Berikut ini saya ambil itung-itungan dari Motorradonline:

Sepeda motor dengan titik berat setinggi 800 mm menikung dengan kemiringan 30 derajat (dihitung dari posisi tegak). Nah, dengan anggapan motor ini sama ban, teknologi suspensi, rangka dan beratnya, motor kedua yang memiliki titik berat lebih rendah, yakni 500 mm, harus menikung lebih rebah, yakni minimal 33 derajat! Beda tipis memang, tetapi dalam dunia balap ini besar pengaruhnya lho..

Dari pengamatan dan referensi saya, motor yang sama, kalau titik beratnya disetel lebih tinggi, maka akan lebih agresif juga saat menikung. Kecepatan motor dari posisi tegak menuju ke rebah akan lebih cepat. Maksudnya, motor lebih cepat rebah! Jadi motor akan terlihat lebih lincah. Bahayanya, titik berat tinggi lebih berpotensi mengalami highsider ketika ban yang kehilangan grip terpeleset dan mendadak mendapatkan grip kembali, sehingga ride terpelanting terbawa motor. Jika titik beratnya rendah, maka risiko motor ngedelosor yang lebih tinggi, sedangkan risiko highsider lebih kecil, kalaupun terjadi, bantingannya tidak sekuat motor dengan titik berat yang tinggi, sehingga lebih mudah untuk dikuasai.

Wah, enakan rendah dong titik beratnya?

Weittss… ingat, kalau titik beratnya rendah, otomatis itu motor harus bisa lebih gila rebahnya… nah, apakah grip bannya sanggup? Pastinya semakin rebah, semakin kecil juga gripnya ke lintasan. Selain itu, motor bisa jadi malah lebih lambat untuk rebah ataupun menaklukkan tikungan kombinasi kanan-kiri. Belum lagi rider akan lebih kesulitan di tikungan patah dan motor sulit untuk nyodok-nyodok alias lebih sulit untuk diajak agresif.

Kalau aku, yang sedang-sedang saja…………..