Berbagai belahan dunia dijamin tergenang air kalau curah hujannya gila-gilaan, apalagi di Jakarta yang memang banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan banjir.
Salah satu faktor yang gampang diamati tentunya masalah sampah! Banyak sekali masyarakat yang tidak peduli soal yang satu ini, buang sampah bisa dimana saja, di kali, di got, di jalan tol, jalan umum. kampus, bahkan di tanah orang. Bahkan sekarang, sepertinya dengan banyaknya pembangunan rumah sistem cluster yang tak memperhatikan proses pembuangan dan pengolahan sampah, banyak orang yang bawa sampah sebuntelan plastik besar untuk dibuang di pinggir jalan atau sungai dengan sengaja. Penegakan hukum yang tegas diperlukan untuk menanggulangi masalah ini (ya, tapi situ tahu kan….)
Cara apalagi yang bisa digunakan untuk mengurangi sampah penyebab banjir? Sebenarnya ada satu cara untuk mengurangi jumlah sampah, yakni daur ulang. Tapi sistem yang belum memadai pasti membuat usaha ini jadi tak terasa di banyak daerah.
Salah satu jenis sampah yang sangar tentunya sampah plastik. Kemasan botol air mineral dan plastik belanjaan memang terbukti joss untuk bikin saluran air mampet, apalagi plastik sangat sulit terurai secara alami dalam waktu singkat.
Untuk menguranginya, apakah harus menunggu kesadaran masyarakat?????? Preeeeettttttt……. Kapan???????
Sebenarnya bisa dimulai dengan peraturan yang mewajibkan para produsen hanya memproduksi air mineral di kemasan botol besar. Di Jerman misalnya, tidak akan ada tuh air mineral dalam kemasan gelas! Yang ada kemasan 1,5 liter dan 5 liter. Itupun botolnya bisa kita uangkan kembali. Jadi, misalnya kita beli air mineral sebanyak 6 botol ukuran 1,5 liter. Kita harus membayar sebesar 3 Euro. Nah, kalau sudah habis dan keenam botolnya kita kembalikan ke swalayan penjualnya, mereka akan memberikan kita voucher belanja seharga 1 Euro misalnya, ya seharga botol-botol itu!
Hal lain di swalayan yang bisa ditiru adalah penggunaan kantong plastik. Jadi, di Jerman, konsumen harus beli kantong plastik dan membungkus belanjaannya sendiri, beda dengan di Indonesia yang gratis, bahkan dibungkusin kasirnya! Nah, kalau plastik diwajibkan diberi harga, kan orang-orang lebih memilih membawa tas kain sendiri untuk berbelanja. Atau mereka bisa juga beli tas kain yang bisa digunakan berulang-ulang, bahkan bertahun-tahun! Andaikan kedua aturan ini diwajibkan pemerintah, Blog Sesat memprediksi, jumlah sampah dan permasalahannya akan turun dalam jumlah yang cukup signifikan.
Namun, ya, tergantung, apakah semua produsen air minum kemasan dan swalayan bersedia mengikuti. Demi kebaikan bersama, ya seharusnya semua mengikuti, jangan sampai ada yang mengikuti dan ada yang tidak!
5 komentar
Comments feed for this article
26 Februari 2013 pada 10:59 am
ipanase
cckckcckckckc
26 Februari 2013 pada 11:20 am
nunoe
setujuu!!! 😀
DIET PLASTIK!!!
saya sudah melakukannya sejak beberapa taun lalu…tapi sayang, orang2 disekitar saya anggep saya ‘aneh’ -_-‘
26 Februari 2013 pada 11:27 am
arieslight
ya, ane juga kalau ga perlu ane bilang: ga usah dibungkus, dah bawa tas sendiri..
hihi..ya gitu deh, yang bener malah dianggap orang aneh, bahkan kadang dibilang: kaya orang susah aja lu… hadeeuuh… -__-‘
28 Februari 2013 pada 3:47 am
aryoooo
lah.. ane kalo lagi beli barang di minimarket jg dibilang aneh.. krn langsung ane masukin ransel.. ga mau pke plastik.. masa beli rokok sebungkus aja mao diplastikin 😀
mana kalo bungkus barang di minimarket pake beberapa kresekk utk jenis barang yg berbeda..
harusnya sekelas jakarta minimal punya incinerator raksasa…
1 Maret 2013 pada 11:18 am
arieslight
Nah, itu dia, ini negara di berbagai sendi kehidupan sangat boros dan belum peduli benar soal lingkungan.. Kalau tidak diatur (fungsi negara), ya orang juga pada suka-suka. Saya pernah tanya ke taman, kok orang Jerman (atau negara2 maju lainnya) disiplin ya? Apa mereka lebih sadar diri?
Sebenarnya sama aja sama kita, tapi katanya, mereka takut kalau sampai melakukan pelanggaran, sebab aturan dijalankan. Nah, PRnya siapa tuh ya yang harusnya menegakkan hukum dan aturan??????? hihihi…you know lah…