You are currently browsing the monthly archive for Januari 2014.
Jika sebelumnya kita sudah bahas kemampuan Kurven ABS MSC Bosch, tentu kita lumayan dibuat terpana dan ingin segera (jika mampu-red) membeli piranti seharga 399 Euro ini.
Penting lo punya peranti macam malaikat pelindung ini, tau sendiri kan kalau terkadang di tikungan kita dipaksa mengerem keras. Semakin penting lagi bagi mereka yang doyan touring ke luar kota, maklum, speed tinggi, keadaan jalan kurang terprediksi. Bisa jadi tikungan buta tiba-tiba begitu tajam atau ada permukaan jalan rusak. Bisa jadi juga karena ada pengendara error yang menyalip di tikungan buta. Dengan alat ini, risiko celaka akibat mengerem keras saat rebah bisa banyak diminimalisir.
Nah, sekrang kita bahas kelemahannya. Pertama, motor Ente harus KTM 1190 Adventure hihihi… (Kayanya kelemahan pertama ini membuat kita tak perlu bahas kelemahan lainnya-red). Yup, KTM hanya mencangkokkannya secara optional ke model ini. Kurven ABS tak bisa sembarang dipindah-pindah, ingat, kemampuannya harus memperhitungkan motor, ban dan keadaan jalan!
Keadaan jalan tak semua sama kan, kadang ada garis putih, kadang ada plat besi tutup gorong-gorong, kadang mulus, kadang ada oli tumpah… nah, yang aneh-aneh begini tak bisa dilacak oleh si Gyro sensor! Peranti ini hanya mengolah input signal yang masuk ke prosessornya sebanyak 100 kali per detik, yang masuk ya kekuatan rem di roda depan dan belakang, kemiringan motor, posisi gigi dan sebagainya, tetapi bukan keadaan jalan!
Untuk KTM 1190 yang sudah dipasangi Kurven ABS ini pun tak bisa sembarangan, sebab setting Kurven ABS ini adalah ketika si motor menggunakan ban bawaannya, yakni buatan Continental. Jadi, kalau ganti Swallow karena bokek atau ganti Battlax dkk., Kurven ABS jadi tak maksimal. Jangan begitu, tekanan ban bawaan pabrik saja harus sesuai. Ketika si tester mengurangi tekanan ban, motor memang masih terasa terlindungi kinerja peranti ini, tetapi rider merasakan sedikit kesulitan dalam mengontrol motor .
Merestorasi motor biasa hingga 100% original saja sudah tidak mudah, apalagi merestorasi motor klassik! Saya ingat ketika Om Grattiano Deru (BMW Motorrad) bercerita, parts BMW baru dijamin ada, tapi atas kebijaksanaan BMW, harganya jadi 15 kali harga yang ada di motor yang keluar dari pabrikan! Kebayang kan kalau sampeyan bikin R1200 dengan beli parts satu-satu, nah kali aja tuh 500 juta dengan 15 plus 32,5% pajak masukkin barang hahaha….. (ketawa gila-red)
Nah, bagaimana jadinya kalau mau merestorasi motor klassik hingga 100% original??? Sangaaaaat sulit Bro… Untuk motor Eropa/Amerika, pastinya akan sangat mahal dan butuh waktu yang lumayan lama, bisa tahunan malah!
Nah, sekarang kita kenalan dengan Mike Kron aka Michael Kron, seorang pria berusia 52 tahun yang punya reputasi internasional dalam merestorasi motor klassik.
Pria ini dikenal luas dapat merestorasi motor klassik hingga 100% original. Keperfektionisan ini tentu tak bisa instan, dia sudah mulai sejak 25 tahun lalu! Ketelitian, kemampuan dan kepiawaiannya membuat ia dipercaya kolektor motor dan museum-museum motor. Nah, kerjasama dengan orang-orang macam ini tentu membuat doi punya akses untuk memperoleh barang dan informasi yang diperlukan.
Di sisi lain, bekerja dengan orang-orang macam itu tentu butuh ilmu dan ketelitian tingkat dewa. Tak heran, bahkan Mike dikenal sebagai yang pertama dalam hal merestorasi motor klassik hingga 100% original. Sampai sekarang pun doi hanya mengerjakan motor klassik saja! Fokus!
Untuk bisa melihat keprofesionalitasan seorang Mike Kron bisa kita lihat dari bengkelnya! Rapih… semua terorganisir dan bersih. Nah, kalau Ente mau mekanik super oke, bisa mulai lihat dari keadaan tempat kerjanya lho… Namun, ada harga ada rupa Bro… Yang seprofesional Mike Kron dijamin sangaaaaaaaat langka. Maklum, restorasi hingga 100% original dibutuhkan dokumentasi dan penelitian yang mendalam. Kalau Ente tak percaya, nih lihat sendiri dokumentasi dan hasil penelitian si Mike Kron untuk meraih ke-100%an dalam merestorasi motor klassik:
Saya rasa, setiap pencinta otomotif memiliki mobil atau motor impian sendiri-sendiri. Dan saya jamin, mayoritas dari motor dan mobil impian itu biasanya tidak mampu kita beli saat ini, yup saat ini, mudah-mudahan kedepannya bisa…
Karena tak bisa kebeli itu kan makanya disebut motor/mobil impian? Kalaupun bisa kebeli, harus habis-habisan kita keluarkan uang untuk memperolehnya. Tidak enaknya adalah, akan ada orang yang berkomentar negatif jika kita bisa memperoleh kendaraan impian itu karena secara finansial kita dianggapnya belum mampu/layak membelinya.
Nah, disinilah susahnya… Kebahagiaan orang itu kan beda-beda, tetapi banyak orang menutup mata soal itu dan terlalu cepat menghakimi…bahkan, mungkin sekali pelakunya kita sendiri! Coba, sampeyan mau komen apa kalau lihat kuli bangunan beli Ninja 250??? Dalam hati, pasti ada tuh penilaian subjektif kita, tergantung bagaimana kita mengontrolnya saja.
Nah, sekarang kita omongin nih soal pujian. Sebagai manusia biasa, pujian adalah hal yang dianggap positif dan menyenangkan. Masalahnya adalah, ketika kita melakukan sesuatu dan membeli sesuatu hanya demi pujian.
Kembali ke kendaraan impian. Biasanya jika kita memiliki kendaraan impian, kita akan memperoleh pujian. Nah, pujian ini yang sebenarnya bisa merusak moral perlahan-lahan kan… Ketika orang terbiasa dengan kendaraan itu, orang berhenti memuji. Ketika orang berhenti memuji, apakah kendaraan itu masih menjadi kendaraan impian sampeyan? Ya, semoga kita bukan tergolong orang seperti itu..
Piston racing yang benar-benar punya kualitas piston untuk balapan merupakan komponen penambah tenaga yang langsung terasa khasiatnya. Selain berkhasiat menaikkan kompresi, meringankan putaran mesin dan tahan digebuk kompresi tinggi plus awet untuk berkitir extra tinggi, piston jenis ini juga sangat berkhasiat bikin kantong jebol!
Tahun 2007an saya ke Kebon Jeruk III dalam rangka menghidupkan kembali Tiger Hitam yang pistonnya sudah aus. Piston aus=kompresi bocor (anehnya tidak berasap putih lho…). Karena sudah parah, mesin tak bisa hidup, sebab mesin tak mampu menyedot bensin dari karburator.
Singkatnya, saat itu ada 2 macam piston Tiger. Katanya sih dua-duanya original, hanya saja yang satu 200 ribuan, yang satunya lagi 500 ribu (impor dari Jepang). Berhubung dananya ada dan malas bongkar pasang mesin karena piston loyo, saya ambil yang Jepang. Nah, di masa itu, katanya ada piston racing (belum seperti sekarang yang berlimpah ruah dan murah). Kalau baca-baca, piston asal USA itu satunya 1,7 juta (ih ngeriiiiii… -_-‘ )
Nah, gimana caranya membuat piston racing dengan gaya manual tech alias cuma modal kikir dan bor tangan?
Sebenarnya intinya ada bagian-bagian yang dibuang dengan tujuan untuk meringankan body piston itu sendiri. Saya coba cari-cari literatur via internet dalam bahasa Jerman. Sialnya, orang-orang Jerman pada menyarankan tak usah buat piston racing sendiri, ada ilmunya dan butuh alat. Orang Jerman punya karakter tidak suka yang coba-coba dan tanpa hitungan. Nah, beda dengan orang Indonesia yang doyan ambil risiko dan coba-coba (makanya, jangan sampai ada wacana bikin Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indoensia deh!)
Di Otomotif yang saya baca (jadi bungkusan tukang sayur heheh…) ada 2 tips. Tips ini lebih ke menaikkan volume oli yang nempel di piston. Tips pertama dalah memperbesar jalur oli di tepian pin piston. Nah, selain meringankan, pin piston dijamin lebih terlumasi dengan baik. Saya sudah coba yang ini, dan sampai hari ini Tiger Hitam sejak 2007 belum ganti piston (tapi jarang pake juga sih hihihi).
Tips ke-2, bisa minta ke tukang bubut untuk buat jalur oli di badan piston. Katanya sih lebih licin jadinya, otomatis power bisa naik lho… Hanya saja harus hati-hati, jangan terlalu dalam, salah-salah pecah. Di sobekan tabloid otomotif itu hanya ada 1 jalur oli buatan saja, entah apa bisa lebih… Mungkin riskan kalau lebih dari satu ya..
Nah, yang ekstrem, ada juga yang memapas bagian bawah piston. Ya, piston racing itu kalau kita lihat di moge memang badannya pendek-pendek ya. Cara ini memang termasuk efektif mengurangi bobot dan mudah dilakukan, hanya saja, risikonya piston cepat minta ganti. Ingat Bro, bentuk piston kan silinder yang makin ke bawah diameternya makin membesar (coba ukur pakai sigmat)
Kalau saya pribadi punya cara lain dalam mengurangi bobot piston. Saya lebih senang mengamplas kasar bagian dalam piston. Jadi bagian luar dan bentuk piston tak ada perubahan, hanya sebelah dalamnya saja yang saya tipiskan sedikit. Cara ini dijamin lebih aman deh, si Tiger Hitam kan baik-baik saja sampai saat ini dan sudah saya test ke Jawa Tengah non stop kok.
Barangkali ada yang mau nambahin/ bagi-bagi pengalaman?
Kebersihan sebagian dari iman.. siapa yang belum pernah dengar kalimat bernada nasihat ini? Sejak kita kecil sering sekali kalimat ini diujarkan, rata-rata sih untuk menasehati anak kecil untuk menjaga kebersihan tubuhnya sendiri dan untuk tidak buang sampah sembarangan.
Nah, gambar coret-coretan saya ini bukan ide saya. Asli ini nyontek, tapi seingetnya saja. Saya menconteknya dari sebuah sticker yang menempel di kiri bawah kaca belakang mobil Nissan Grand Livina warna abu-abu tua berplat nomor B 1833 WED (jika ada kesamaan, anggap saja kebetulan belaka-red).
Mobil itu melaju hari Minggu lalu di jalan Nusantara Depok sekitar pukul 12.00 (pas adzan Dzuhur). Ketika melaju, tiba-tiba dari sebelah kiri depan mobil itu terlempar sampah ke tengah jalan, ya tissue sih… Tapi rasanya kalau main buang sampah sambil jalan kendaraan itu rasanya tidak sopannya naik level! Tak peduli kebersihan bagi orang lain, yang penting mobilnya sendiri bersih.
Saya masih berkendara di belakang Livina itu. Di spion tengah tergantung tasbih…ya, trend beginian kata teman saya yang ahli sejarah terdokumentasikan dalam film Catatan Si Boy yang dibintangi Onky Alexander (entah salah atau benar penulisan namanya-red). Menurut saya trend yang bagus, membantu kita lebih banyak berdzikir kalau melihatnya.
Saat jalanan padat, saya merayap melalui kiri mobil itu. Tampak wanita berhijab duduk di samping pengemudi.
Hmmm… disinyalis keras pelaku nyampahnya doi….
Aneh rasanya… menyedihkan… memprihatinkan…
Kata yang tersesat