Jumat pekan lalu sebenarnya hari biasa saja. Namun buat beberapa gelintir mahasiswa di Ruhr Universität Bochum (RUB) menjadi hari yang menyentuh.
Sebelumnya saya pernah cerita tentang rencana penutupan musholah/mesjid/ruang sholat di Gedung NA (Naturwissenschaft A) di RUB. Rencana itu sudah diberitahukan tahun lalu dan tentu yang mengurus ruang sholat ini juga berusaha negosiasi untuk mendapat ruang pengganti. Apa daya, tidak mendapatkan sambutan positif pihak universitas. Bahkan seusai renovasi nanti pun, tidak dijanjikan akan diberikan lagi ruangan ini untuk dijadikan mesjid. Sedih sih..setelah 30 tahun eksistensinya, ruangan ini harus berpisah dari orang-orang yang menempelkan dahi di lantainya untuk mendekatkan diri ke Penciptanya.
Untung pihak AKAFÖ yang merupakan bagian dari kampus juga meminjamkan satu ruangan yang hanya untuk menunaikan sholat Jumat saja. Untuk sholat-sholat berjamaat lainnya, tidak ada tempat. Sedih, mengingat sebenarnya banyak ruangan-ruangan yang terkesan kosong di kampus ini. Tapi ya begitulah keadaan sekarang.. yang berkibar di samping bendera universitas malah bendera-bendera pelangi..
Dan di tanggal 12 Juli 2019 itu, di waktu ashar, menjadi sholat berjamaat terakhir di ruangan itu. Azan dilantunkan dengan lebih lantang dari biasanya.. dan dada rasanya bergetar…… Yang mengumandangkan iqomah pun bahkan terisak-isak dan sangat kesulitan mengumandangkan iqomahnya.
Selesai sholat pun beberapa terlihat berkaca-kaca matanya dan bergetar badannya..
Setelah itu ada pidato kecil dari ketua perhimpunan mahasiswa muslim RUB. Dia menceritakan bagaimana ruangan ini nantinya akan merindukan orang-orang bersujud di dalamnya dan bersaksi untuk mereka.
Setelah itu mulailah barang-barang dikeluarkan dengan bergotongroyong untuk dibawa ke mesjid lain yang membutuhkannya..
Itulah 12 Juli 1019……. Saya pribadi akhirnya hanya bisa meminta ampunan kepada Allah karena tidak melakukan apa-apa.. Semoga Allah mengampuni saya yang hanya bisa bercerita.. Semoga Allah gantikan dengan yang lebih baik…..
8 komentar
Comments feed for this article
20 Juli 2019 pada 2:45 am
nurk
Insyallah diganti Allah yg lebih baik… berjuanglah saudaraku….
21 Juli 2019 pada 2:35 am
arieslight
amin..terima kasih doanya Bro… kita tunggu rencana Allah yang pasti baik dan mudah2an yg disini dikasih banyak hikmah atas kejadian ini
20 Juli 2019 pada 5:53 am
tomcat s
akhirnya terjadi juga…
lā haula wa lā quwwata illā billāh
semoga Allah memberi kesabaran untuk saudaraku semua
dan semoga Allah memberi ganti dengan yang lebih baik
21 Juli 2019 pada 2:41 am
arieslight
amiiin…terima kasih doanya Bro.. saya rasa di situ kita pada baru sadar, punya tempat buat solat berjamaat dan bisa berdoa dengan tenang plus ketemu teman-teman yang baik itu sebuah karunia Allah yang besar, mungkin kami-kami ini kurang bersyukur selama ini dan sibuk dengan urusan sendiri-sendiri.. kalau dipikir, dari 30 tahun ga bisa punya ruangan sendiri yang ga tergantung kampus, itu bukan prestasi.. memang minusnya kebanyakan mahasiswa itu datang dan pergi sih..kurang kelanjutannya, kegiatan-kegiatan positifnya banyak, tetapi baru belakangan kayanya memikirkan harus punya ruang sendiri. Tapi terlambat..lagi-lagi masalah dana dan perlu memikirkan keberlanjutan pendanaan sewa ruangannya
1 Agustus 2019 pada 2:11 pm
Roy
Wajar karena disana mayoritas non muslim, disini malah Islam yang dibabad abis dengan narasi2 provokatif, issue Khilafah dan anti NKRI selalu di kumandangkan setiap hari.
Mengerikan disini…
2 Agustus 2019 pada 6:30 pm
arieslight
di situ kadang saya merasa sedih…hihihi..
orang2 yang berpendidikan dari agama sebelah yang mengaku humanis juga hanya humanis untuk kepentingan sendiri.. tapi yg lebih lucu lagi justru memang yang orang Islam tapi menyerang dan membuat agamanya sendiri jadi lelucon.. tapi justru orang2 gini makin membuat saya yakin sama Al Quran, soalnya kelakuan mereka juga udah disebut2.. di dunia udah kelihatan, tinggal lihat nanti di akhiratnya gimana
ibarat sebuah buku skenario, sudah lengkap semua, tinggal kita pilih, mau mainkan peran yang mana
6 Agustus 2019 pada 2:06 pm
Roy
ya mereka pikir mereka abadi… tinggal tunggu saatnya tiba.
6 Agustus 2019 pada 5:15 pm
arieslight
mudah2an dengan gempa dan mati lampu baru2 ini membuat banyak orang tersadar, apa yang dipunya bisa hilang begitu saja..bisa jadi sesuatu yang ga ada gunanya sama sekali..
mudah2an pada lebih bersyukur dan sadar mahalnya apa yg Allah karuniakan: tidak perang, tidak kelaparan, punya kampung halaman dll.