You are currently browsing the category archive for the ‘motor klassik’ category.
Judulnya bisa membuat penggemar BMW Klassik kalap, gelap mata, siap tikung kawan sendiri bahkan haha…
Sebagai penggemar BMW klassik, kita tentu perlu memikirkan parts yang perlu kita simpan sebagai cadangan. Memang tidak murah, sebab orang sudah pada tahu barang. Bahkan di Jerman pun, untuk dapat barang original dengan harga bagus itu suliiiit. Ibarat melempar ulat hongkong ke kolam Arwana, tak pakai tunggu lama, langsung disikat kalau harganya dinilai ekonomis.
Harga tanki BMW R27 sendiri di Indonesia bisa dibilang gelap. Namun, menurut hasil terawang gaib Blog Sesat, harga 6-7 juta merupakan harga yang wajar untuk barang yang bisa dibilang langka ini. Nah, kali ini, dijual tidak sampai 1 jutaan!
Dan ini bukan hoax, memang sudah kejadian.. Sudah kejadian! Ini dia barangnya:
Gimana Bro? Minat ga? Ngantri pasti… dan sayangnya sudah laku! Ini buktinya:
Tuh kan..sudah laku…. Dan yang jual saya huhuhuhu…NJLEEEEEB!!!!
Saya nitip akun ebay teman untuk menjualkan tanki yang saya dapatkan dengan harga sebenarnya hampir 2 kali lebih mahal. Ya daripada ga jadi duit sama sekali.
Jadi, ceritanya tanki ini saya beli dan mau saya kirimkan via pos ke Indonesia. Nah, sebelumnya saya coba kirim yang kecil dulu, lampu belakang original BMW R26/R27 second dan beberapa perintilan lainnya. Harga pun saya isi jujur, ya tapi totalnya di bawah 100 US Dollar lah.
Setelah 3 pekan, barang pun tiba dan harus diambil di Kantor Pos Pasar Baru. Biasanya kan paling bayar pajak ya..nah kali ini saya baru tahu, harus ada Surat Izin Import barang bekas yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan… dan ngurusnya ga gampang. Si pegawai Kantor Pos pun menjelaskan tidak mudah dan biasanya gagal, apalagi kalau barangnya keburu datang. Ujung-ujungnya, barang pun diminta adik saya yang datang mengurus untuk dikirimkan lagi ke Jerman hiks…
Dan setelah 1 bulan lebih, tak ada tanda-tanda kedatangan barang itu…
Sedih kan huhu… Ya namanya main motor klassik, kebanyakan barang ya barang second. Padahal sempat lihat di Youtube ada yang bangun motor tua juga dan masukin barang second dengan enaknya…
Dengar-dengar, main gini ya butuh orang dalam juga.. atau jumlahnya harus dibawah 50 US Dollar, atau deklarasi untuk keperluan pribadi..ya rumor-rumor saja… ya entahlah.. Ik cuma rakyat jelata..
Karena itulah, Tanki R27 itu harus saya relakan saja.. daripada bernasib seperti lampu belakangnya yang kini entah ada di mana…
*Kisah Sedih Untuk Berakhir Pekan
Senang rasanya bisa kembali mengudara lagi. Ada 4 faktor yang membuat Blog Sesat hampir sebulan ini kesulitan untuk menyajikan jajanan di warung yang sudah doyong ini:
- Deadline yang makin menekan.
- Laptop yang super lemot untuk menulis artikel di WordPress, bayangkan kalau tiap kata hang beberapa detik!
- Lab Computer yang sekarang jauh, itu pun kadang dipakai untuk kelas.
- Ide dan kuantitas bahan menulis otomatis menurun dengan kendala-kendala di atas.
Namun, ada saja yang datang ke Blog Sesat meskipun tak ada hidangan baru, membuat karyawan Blog Sesat tersentuh. Kami coba mengupdate sedikit-sedikit ya. Alhamdulillah ketemu lokasi baru buat ngetik-ngetik di perpustakaan haha… Jadi, kendala nomor 2 dan 3 otomatis gugur!
Wacana pembatasan umur kendaraan menjadi kegalauan sebulan belakangan ini. Bagi masyarakat yang tergantung dengan kendaraan yang ekonomis, ini tentu paling merisaukan. Maklum, pengeluaran kita untuk transportasi itu rata-rata terlampau tinggi. Ga mungkin kan kalau kerja, tapi penghasilan malah minus? Ya kalau mau polusi langsung turun drastis, Blog Sesat menyarankan penggratisan angkutan kota selama 1 bulan hihi… Dengan cara ini, masyarakat dibiasakan dulu naik kendaraan umum. Oh ya, kendaraan umumnya tentu harus ramah lingkungan juga ya, hybrid atau full elektrik lah.. kalau tidak sih sama aja bohong…
Cara ke dua, reboisasi besar-besaran. Mungkin 1/3 rooftop gedung-gedung Jakarta bisa diwajibkan tertutup tanaman. Nah, kalau begini, kan bukan rakyat jelata yang makin diperas hidupnya.
Cara ke tiga, pengadaan sepeda kota gratis! Jadi di tiap halte disediakan juga sepeda-sepeda milik pemkot. Jangan ribet pakai aplikasi segala lah… Anggap program amal wkwkwk… Hanya saja memang pengawasannya lumayan PR. Bisa dibuat pos-pos di perbatasan kota untuk mencegah sepeda dipakai meninggalkan kota. Dan tentu perlu biaya untuk menjalankan program ini. Tapi lebih bermanfaat kok untuk jangka panjang dibanding bikin hujan buatan.
Bagaimana dengan uji emisi? Ya boleh saja sih. Namun, di sini banyak kecurangan juga lho hihi.. Jadi jangan terlalu mengandalkan uji emisi. Jangan sampai hanya jadi alat pemerah duit juga. Dan jujur saja, emisi kendaraan tua kan perlu diperlakukan dengan adil. Ga mungkin disamakan dengan standard kendaraan sekarang yang sudah pada injeksi. Nah, ini jangan sampai jadi ladang wani piro?
Blog Sesat sebagai penggemar motor klassik sangat keberatan dengan uji emisi di tiap perpanjangan. Sebab kadang kita punya motor klassik dalam keadaan tidak hidup! Mahal juga lho untuk bisa menjaga kendaraan simpenan ini untuk bisa selalu hidup dan bisa dibawa jalan. Meskipun begitu, tetap taat pajak. Perlu dipikirkan juga untuk kendaraan yang berusia di atas 30 tahun misalnya, tak perlu harus cek ini itu sekompleks kendaraan yang relatif baru dan dipakai harian.
Semoga pemegang kebijakan bisa benar-benar bijak… Kendaraan antik juga bisa dilihat sebagai kebudayaan dan cagar budaya lho.. Perlu dipikirkan juga kelestariannya, dan memang perlu pengistimewaan hihihi…
Selama ini baru ketemu Yamaha SR 500 dan SR 400. Motor klassik dan yang keluaran baru pun masih bergaya klassik ini memang menarik. Blog Sesat pun sempat menganggap, ini termasuk motor yang enak untuk dipelihara seumur hidup setelah melihat desain dan simplisitas mesinnya.
Motor ini rupanya punya yang berkapasitas kecil juga, yakni 250 dan 125cc. Yang 250cc sih belum pernah ketemu. Nah, barusan ketemu dengan yang 125 cc. Gimana, menarik juga kan si Yamaha SR 125 ini? Gaya soft chopper tahun 80an memang membangkitkan nostalgia tersendiri.
Gaya soft chopper gini asik juga lho. Buat yang bosan dengan aliran motor modern, atau custom culture yang arahnya scrambler, jap style, cafe raser atau brat style, gaya soft chopper gini bisa dilirik juga lho..
Perawakannya memang mini, tetapi ergonominya memberikan ruang ke berbagai rider dengan ukuran tubuh yang berbeda. Buat yang tingginya hanya 160cm, ini motor oke, buat yang 175 cm, motor dinilai nyaman, buat yang 190 cm pun dikatan motor ini masih mumpuni. Ya ini tak lepas dari tinggi setang dan jok yang luas sih, membuat pengendara bisa geser-geser untuk menyesuaikan sesuai posisi enaknya.
Kelemahannya memang terletak di mesinnya yang hanya 125cc 1 silinder 4 tak berpendingin udara. Ya itu kalau dilihat dari performa ya, maklum, hanya 12 PS dengan 5 tingkat percepatan. Dengan tenaga segitu, katanya sih masih mudah lari ke 80 Km/jam. Lebih dari situ, mulai berat. Namun, masih mau digeber terus sampai 105 Km/jam, lumayan banget kan buat motor berbobot kosong hanya 115 Kg.
Motor ini ada minusnya juga: Tidak dilengkapi kick starter seperti abang-abangnya. Doi juga tak punya meteran bensin, tachometer dan tripmeter. Motor pun dianggap terlalu ngayun suspensinya…
Ya, okelah ya kalau minusnya gitu doang. Menarik juga sih kalau punya motor yang blok mesinnya masih punya tulisan made in Japan ini…
Di tahun 2000-2001, ini dia motor besar yang jadi impian banyak bikers dan ga bisa kebeli kebanyakan bikers, biar kaa bikers bule sekalipun. Maklum, dengan harga sekitar 86000 Euro, harga segini jelas sekitar 7x lebih mahal dibandingkan motor-motor superbike sekarang. Ya berarti kalau kita anggap motor superbike dihargai 15000 Euro, dengan kondisi sekarang, harga Mammut 2000 nangkring dengan angkuhnya di kisaran 105000 Euro!
Soal besar, jelas ukurannya lebih besar dibandingkan motor superbike di zamannya yang sebenarnya pun masih besar dibandingkan superbike zaman now. Velg belakang lebar 6.5 inchi jelas lebih lebar dibandingkan superbike yang rata-rata lebarnya 5 inchi. Ban belakang lebar 200 tentu diperlukan untuk menyalurkan tenaga tak tersaingi superbike zaman itu, bahkan tak tersaingi MotoGP zaman sekarang!
Mesin 4 tak 1998cc 4 silinder inline dengan 16 klep berturbo ini mampu menyemburkan tenaga 256 PS! Hmm setara ya sama MotoGP sekarang, atau sudah kalah sedikit..Namun, tenaga segitu diperoleh di 5250 rpm saja. Okelah beratnya edan, sampai 390 Kg, tetapi torsinya yang sampai 359 NM @4500 rpm artinya setara 3 torsi motor superbike zaman now!
Nah, bayangin tenaga dan bobot segitu, tapi tidak dibekali traction control.. Artinya, memang ini motor hanya bisa dikendarai dengan aman oleh bikers berpengalaman menjinakan kuda besi level perkasa.. Motor dikatakan baru berasa manusiawi tarikannya kalau dimasukkan ke gigi 4. Di gigi 1-3, main gasnya harus sangat haluuuus. Di gigi 4, mulai lah berasa aman..masalahnya di gigi 4 rpm bawah, ini motor sudah ada di 180 Km/jam.
Gimana Bro? Naksir punya motor collector item ini? Hmmm.. agak berat sih untuk memilikinya. Maklum, hanya ada 15 unit saja.. Padahal rencana awal mau diproduksi 250 unit. Yup…terlalu mahal..dan itupun tak membuat si pembuatnya kaya, sebab biaya membangun Mammut 2000 memang sangat mahal…
Maaf angle fotonya kurang oke, sebab di pameran itu, ada pagar melintang hihi..mau lihat penampilannya yang utuh dan berwarna silver? cek link berikut ini:
Di kalangan penggemar motor besar yang mengenal sejarah permotoran, pasti kenal dengan merk motor Münch asal Jerman..
Buat anak-anak sekarang yang bisa beli moge dan ngaku demen moge, harus kenal nih dengan mbahnya moge! Yup, ini the real Mbah Moge! Sebelum Honda di tahun 1969 memperkenalkan Honda CB 750 K0 yang dijuluki sebagai the first superbike, ada motor yang performanya lebih superbike dan merupakan motor massal. Hanya saja, karena muahal dan terbatas jumlahnya, kesannya Münch bukan motor massal…
Kalau Bro ada waktu mengenali merk ini dan membaca karier si penciptanya, Friedel Münch, wah seru.. Di situ kita bisa lihat seorang konstruktor motor jenius dan mencintai roda dua, tetapi tidak jenius mengelola keuangan.. Akibatnya, pabrikan yang seperti bengkel rumahan ini beberapa kali mengalami kebangkrutan. Meskipun berulang kali tekor, padahal motor yang dijual terbukti joss dan pelanggannya worang kayah, kecintaan Münch pada roda dua membuat doi terus melanjutkan kebisaannya dalam membangun motor.
Münch sendiri menamai motor ini dengan Mammut, tetapi, motor 4 silinder yang berkapasitas 1000cc dan lebih besar ini tak bisa memakai nama Mammut karena masalah paten. Meskipun begitu, motor yang diproduksi dari tahun 1966-1976 sebanyak 500an unit ini tetap dikenal dengan nama Mammut.
Münch tadinya bekerja di pabrikan motor Horex sebagai konstruktor, mekanik dan juga terjun di dunia balap motorna. Di akhir 1950an, seorang pembalap bernama Jean Murit menghubungi Münch untuk membuat sebuah motor dengan mesin tahan banting dan rem yang berfungsi bagus. Münch pun memilih menggunakan mesin mobil NSU PRinz 1000 yang merupakan mesin 4 silinder berpendingin udara berkapasitas 1000cc. Kopling dan transmisi diambil dari Horex, sisanya dirancang dan diproduksi sendiri! Yang menarik perhatian selain mesinnya adalah bagian remnya yang merupakan tromol coran sendiri dari logam ringan.
Motor yang secara tampilan dan cc jelas-jelas moge dibanding motor-motor sezamannya, bahkan sampai zaman sekarang, diberi nama Mammut. Namun, harus diganti menjadi TT karena masalah paten. Meskipun resminya bernama Münch TT, para penggemar keburu menyebutnya dengan nama Mammut hingga saat ini.
Berikut ini gambaran Münch yang pernah diproduksi:
Münch-4 TT         1000 cc        1966–1967         13 unit
Münch-4 TTS        1100 cc        1967–1968         30 unit
Münch-4 TTS        1200 cc        1968–1976         478* (inkl. TTS-E)
Münch-3                                1972         1 unit
Münch-4 TTS-E       1200 cc        1973–1979         478* (inkl. TTS)
Horex 1400 TI                      1978–1983         3 unit
Mammut 2000                     2001–2002         15 unit
Münch memproduksinya dengan bekerjasama dengan berbagai investor yang berbeda… Dan sepertinya semuanya gagal secara finansial hihi.. Jadi, memang mereka membangun motor karena urusan passion saja. Sampai akhir hidupnya pun beberapa tahun lalu, Münch tidak dikenal sebagai orang kaya, tetapi sangat dihormati sebagai “professor”.. babenya Mammut…
Secara performa, Mammuth bisa dibilang sebagai motor massal dengan tenaga terbesar di zamannya.. Contohnya, di tahun 1973, Münch meluncurkan TTS-E ke pasar.. Teknologinya sudah pakai injeksi! Di mobil, teknologi yang sama juga dipakai di BMW 2002 TII yang legendaris itu.
TTS-E bertenaga sampai 100 PS, bandingkan dengan the first superbike CB 750 yang masih di 67 PS! Tp speed pun jelas di atas CB 750, lumayan, sampai 206, 9 Km/jam. Soal akselerasi 0-100 K/jam, bisa dalam 4,2 detik saja! Meskipun wow, harganya yang 19.425 DM atau sekarang diperkirakan setara dengan 31.200 Euro, Münch tak bisa bersaing dengan big bikes asal negara matahari terbit yang harganya jauh lebih murah..tak sampai 1/4nya kalau tak salah. Makanya motor ini tidak sukses dalam penjualannya.
Karena langka, banyak Münch yang sekarang jadi penghuni museum. Peredaran secondnya pun cukup sulit. Biasanya penggemar Münch menjual ke sesama temannya dulu. Soal harga, ya siap-siap kocek 50.000 Euro lah tergantung tipe.
Kita lanjutkan pembicaraan kita tentang CB 750 klassik lainnya. CB 750 F3 ini bisa dibilang sebagai yang terakhir di keturunan Honda CB 750 yang bisa digolongkan sebagai motor klassik. Doi merupakan kelanjutan Honda CB 750 F1.
Di tahun 1977-1978, Honda di USA membuat Honda CB 750 F2 dan F3. Beda dengan F1 bisa dilihat di velgnya yang sudah meninggalkan model jari-jari. Dan seperti CB 750 F1, knalpotnya berbeda dengan CB 750 K-Series yang masih punya 4 muffler, CB 750 F3 menganut konstruksi 4 in 1. Dan ini lebih oke secara performa dibandingkan yang 4 in 4.
Tenaga pun terdongkrak lumayan dibanding CB 750 F1. Naik sampai 5 PS jadi 73 PS di rpm 9000, naik 500 rpm dibandingkan CB 750 F1.
Secara top speed, CB 750 F3 tak bertambah dibandingkan CB 750 K0 sekalipun.. Jadi dari tahun 1969 sampai 1978, top speednya segitu saja..200 Km/jam.. Di motor ini malah dikatakan pemiliknya hanya 195 Km/jam.
Minusnya di atas kertas, bobot CB 750 F3 naik 20 Kg dibandingkan yang F1! Bobot kosongnya jadi mencapai 247 Kg! Entah karena faktor apa.. Masa iya cuma karena velg? Atau informasi dari wikipedia tidak valid ya.. maklum, banyak pihak bisa meretas masuk Wikipedia kan wkwkwk…
Gimana Bro? Mirip banget GL 100 ya? Tinggal ganti velg palang, lampu bulat, sen bulat, spion bulat, bisa tuh mirip-mirip CB 750 F3 kelahiran 1978 ini..
Jangan bosan-bosan ngomongin Honda Cb 750 ya.. Bukan apa-apa, karena Blog Sesat sedang adanya ya ini hihi..
Nah, kita kenalan nih dengan Honda CB 750 F1 (Super sport). Motor ini jelas keturunannya Honda CB 750 dan lahir pararel dengan Honda CB 750 K-series yang biasa kita kenal wujudnya sebagai CB 750 yang klassik alias the first superbike itu. Di tahun 1975, Honda CB 750 F1 lahir bebarengan dengan Honda CB 750 K5.
Pertengahan 1975, harga CBÂ 750Â F1 termasuk pajak pertambahan nilai adalah 7.198Â DM atau sekitar 3672Â Euro.. Wah, masih murah banget ya.. Zaman sekarang, harga segituan cuma dapet motor 1 slinder 125 cc pabrikan Jepang.
Beda jelas terlihat dengan Honda CB 750 seri K. Jelas terlihat di desain tanki, jok dan bodi belakang. Ya, bisa dibilang, ini lebih mirip GL-Serier kalau di Indonesia.. Yup, mengingatkan sama motor macam Honda Gl-100 kan?Perbedaan lain yang tampak jelas adalah knalpotnya yang jadi 4-1, tak lagi 4-4 seperti K-series.
Mesin dan rangka basisnya sih sama saja. Hanya saja, Honda melakukan penyempurnaan di sisi karburator dan noken as. Hmmm..sepertinya lebih performance oriented ya… Terlihat juga dari cakram belakang yang disematkan, sementara di K-Series masih tromol di buritannya.
Motor yang ada di artikel ini merupakan produksi tahun 1977. Soal tenaga, dari informasi di pameran, rasanya masih sama saja dengan CB 750 klassik, masih ada di 67 PS yang dihasilkan mesin 736cc SOHC 4 taknya.
Toh dengan tenaga segitu, di zaman itu sudah menghabisi kemampuan mesin motor Eropa macam Triumph, Norton dan BMW. Honda hanya dianggap kalah di handling/rangka saja.
Mesin CB 750 pun dinilai super tahan banting. Ketika motor-motor besar di zaman itu perlu turun mesin untuk servis besar di 30.000-40.000 Km, tak jarang motor 4 silinder Honda ini mencapai umur 150.000 Km!
Gimana Bro? Lumayan juga ya..meskipun jelas cakepan CB 750 K-series tahun awal sih..
Kali ini kita kenalan dengan adiknya si Honda CB750, yakni Honda CB 500 K0 yang diperkenalkan Honda dua tahun setelah peluncuran Honda CB 750. Melihat perawakan dan warnanya, anak motor klassik di Indonesia pasti teringat sama Honda CB 175 Twin yang warna hijaunya sama dengan ini dan desainpun sangat mirip!
Menyusul kesuksesan the first superbike, Honda pun ingin mengisi kelas menengah dengan ramuan serupa, yakni motor dengan mesin 4 inline 4 tak yang lebih lincah, lebih ringan, tetapi performanya tak memalukan. Berbekal suksesnya sang kakak, CB 500 pun dengan pedenya dihadirkan pada tahu 1971. CB 500 ini sendiri dijual Honda mulai 1971 hingga 1978. Lumayan panjang lah..
Soal mesin, Honda membekalina dengan mesin 4 slininder inline OHC berpendingin udara yang bisa menghasilkan tenaga sampai 48 PS @9000 rpm dan torsi maksimum 40, 2 NM @7500 rpm. Mesin berkapasitas 498cc dengan 5 tingkat percepatan ini menjadi dapur pacu motor berbobot kosong 202 Kg. Hasilnya, top speed yang dicapai bisa sampai 180 Km/jam, cuma kalah 20 Km/ jam saja dari kakaknya, Honda CB 750.
Akselerasi motor dengan kompresi mesin ):1 ini pun cukup impresif. Ya ini berkat desain mesin yang lebih ringan hingga 35 Kg dibandingkan CB 750 juga. Akselerasi 0-100 Km/jam bisa dicapai dalam 5,5 detik. Perbaikan di sisi rangka pun membuat motor ini dinilai bisa menghadirkan handling lebih lincah, tetapi secara kenyamanan juga dianggap kelas atas. Media pun memberikan jempol sekecamatan untuk motor yang rem depan cakramnya ini sudah hidrolik.. Ya iyalah, kalau masih mengandalkan kabel alias mekanik, bakal meloyor ga karu-karuan ni motor.. Blog Sesat sudah buktikan performa rem cakram mekanik di Honda GL 100, benar-benar ga pernah ketemu rem lebih menguji kesabaran daripada rem tipe ini wkwk.. Jauh lebih mumpuni rem tromol!
Majalah Motorrad pernah menguji performa CB 500 di Nürburgring! Hasilnya, masih dapat 11: 02 menit Bro! Hanya tertinggal 11 detik dibandingkan Honda CB 750 lho…
Dan ini kuenceng bener di sirkuit dengan panjang lebih dari 20 Km dengan 73 tikungan itu. Sebagai perbandingan, rekord resmi untuk motor adalah sekitar 7menit 49 detik sekian dengan Honda RC 30 oleh Helmut Dähne di tahun 1993. Di tahun 1980, motor GP 500 cc yang dipacu Marco Lucchinelli dengan Suzuki 500ccnya hanya dapat 8 menit 22 detik.. Sampai hari ini, bisa naik motor di Nürburgring di bawah 10 menit itu sudah dipastikan pembalap Pro..
Soal kualitas, nampaknya memang Honda tak main-main. Terbukti dari performanya kan.. Oh ya, CB 500 dijual hanya 900 DM (deutsche Mark) lebih murah dari CB 750. Dengan harga 5.595 DM atau sekitar 9600 Euro harga motor sekarang, Honda CB 500 jadi motor paling mahal di kelas menengah. Bandingkan dengan pesaingnya:
- BMW R 50/5: 4.295 DM
- BSA 500 SS: 4.255 DM
- Ducati 450 M II D: 3.599 DM
- Honda CB 450: 4.248 DM
- Kawasaki H1: 4.700 DM
- Moto Guzzi Falcone: 4.500 DM
- Triumph Tiger Daytona: 4.040 DM
Meskipun harganya paling mahal, CB 500 menjadi motor terlaris di segmen menengah, yakni kelas 500cc. Bahkan pada tahun 1974, 70% motor level ini yang terjual ya CB 500! Gila ya dominasinya…
Di tahun 70an, CB 500 bisa dibilang jadi motor cafe racer terfavorit. Selain setang dibuat nunduk, knalpot 4 in 4 diubah jadi 4 in 1. Modifikasi favorit lainnya dengan membuat cakram depan menjadi dobel…
Motor ini bisa dibilang kencang tak cuma di jalan. Ternyata di sirkuit juga. Blog Sesat pun sempat tak percaya… Di awal 70an, beberapa unit CB 500 pun terjun di ajang TT Isle of Man. Bahkan di tahun 1973, Honda CB 500 yang digeber Bill Smith juara 1 di kelas 500cc production 500 yang melombakan 4 putaran. Dan posisi ke dua dihuni Suzuki T500 yang bermesin 500cc 2 tak!
Buat kalangan penggemar motor klassik, salah satu motor yang dikenal cantik dan punya performa menggigit adalah Honda CB 450 Super Sport yang dikenal dengan nama CB 450 Black Bomber. Seperti yang sudah pernah kita bahas, nama Black Bomber ini muncul di pasar USA karena kehandalan motor yang diproduksi Honda tahun 1965-1968 ini dengan performa DOHCnya yang merontokkan performa motor-motor HD yang kapasitasnya lebih besar.
Motor cantik dengan kapasitas mengigit ini membuat kompetitor Eropa macam motor-motor Inggris dan BMW pun terlihat jadul kemampuannya. Banyak yang nyinyir mempertanyakan teknologi DOHC Honda ketika itu. Mereka menyangka, mesinnya memang oke performanya, tetapi daya tahannya diduga keras rendah…
Dugaan hanya dugaan. Mesin twin pararel 444,9 cc 4 tak CB 450 bisa menjawab tantangan waktu. Kapasitasnya yang jauh lebih kecil terbukti bisa menghasilkan tenaga hingga 43 PS @ 8500 rpm dengan torsi maksimum 39,2 Nm @ 7000 rpm. Semua itu dihasilkan karena mesin disuplai dua karburator Keihin berventuri besar, 36mm Bro..
Dengan bobot kosong hanya 187 Kg, tidak heran, motor dengan 4 tingkat percepatan ini bisa tembus 170 Km/jam.
CB 450 sendiri di Jerman diperkenalkan di sebuah motorshow di kota Essen yang diselenggarakan dari tanggal 10-12 September 1965. Baru di tahun 1966 sang Black Bomber bisa wara-wiri di benua biru ini. Kehadirannya juga bikin gempar permotoran Eropa. Akhirnya Honda punya motor yang bisa menggoyang dominasi motor-motor kencang Eropa.. Bahkan bisa mengasapinya!
Motor yang kencang dengan handling yang ringan… Mesin pun terbukti tahan banting.. Tergusurlah motor-motor 650cc Triumph, 750cc Norton dan 600cc boxernya BMW. Dan semua itu pun tidak bisa bersaing dengan Honda dalam hal harga!
Tak heran, motor ini jadi pembuka jalan larisnya Honda CB 750 nantinya yang diluncurkan di tahun 1969…
Blog Sesat termasuk golongan yang Mashikere kata orang Jepang… Dan suatu saat setelah awal-awal bekerja, dalam pikiran bergumam, “ya Allah..ga mungkin punya moge…”. Yup, dengan profesi itu dan penghasilan segitu, ga mungkin punya motor besar bersurat…
Namun, apa yang ga mungkin buat Allah kan.. Jadi ceritanya alhamdulillah dapat beasiswa S2 dan tersesat ke Jerman. Duit pun diirit-irit biar bisa nabung.. Ya makan hampir ga pernah di kantin lah dan ga banyak jalan-jalan keliling Eropa seperti yang biasanya orang-orang lakukan kalau sudah terdampar di Eropa hihi…
Singkat kata, motor yang pertama dibeli pakai uang sendiri itu ya CB 750 Police kalau tak salah tahun 1982… yup.. saya pun ingat pikiran dulu “ya Allah..ga mungkin punya moge…” Ga pernah kepikiran bisa beli motor pertama sebuah moge.. sebuah CB 750 pula..
Gak mahal kok, sekitar 30 jutaan di awal tahun 2010 itu… Ninja 250 jelas lebih mahal.. tapi intinya moge ya moge, Allah sudah buktikan, kalau ngimpi dan minta sama Allah, jangan yang ecek-ecek hihihi…
Nah, yang namanya barang punya sendiri itu justru ga banyak foto-fotonya yah wkwk.. Rasanya bahkan saya tak punya foto mejeng di atas CB 750 Police itu.. haduuuh… giliran barang orang, wah malah seneng banget buat foto-foto..
Ya okelah.. karena tak ada fotonya, ini saja galeri mini Honda CB 750 Police 1969… Yup, generasi awal banget rupanya sudah ada versi Policenya..
Soal mesin, sama saja dengan CB750 K0 lah, sama-sama 4 tak 4 silinder inline yang bisa menyemburkan 67 PS @7500rpm. Dengan bobot 245 Kg, ya motor ini bisa tembus top speed 200 Km/jam… Kata yang punya di keterangannya. Namun, Km/jam itu kan versi standar, si versi Police paling lari sampai 180 Km/jam saja sih..
Kalau yang versi Police ini kayanya sih ga tembus 190 Km/jam ya. Maklum, banyak peralatan lenongnya kan. Dengan box tilang, box kiri-kanan, lampu rotator dan wind shield plus engine bar, doi jelas lebih berat sampai 27 Kg (versi standar bobotnya hanya 218 Kg) dan tidak aerodinamis..
Namun, ya pasti cukup lah buat ngejar motor inggrisan dan motor Amerika yang dulu cuma 2 silinder atau 1 silinder. Ingat, CB 750 sendiri kan motor massal pertama yang harganya terjangkau yang menghadirkan konfigurasi 4 silinder inline di zaman itu, konfigurasi mesin yang tadinya hanya ada di lintasan balap. Dan doi motor massal pertama yang bisa menyentuh 200 Km/jam, ga heran predikat the first superbike ada padanya..
Gimana Bro? Lucu juga kan… Kalau ada rejeki, ini motor cukup layak dijadikan peliharaan. Karburatornya juga masih karburator biasa, jadi lebih mudah buat perawatan harian. Lebih ga rewel dibanding moge lawas yang sudah pakai karburator vakum.
Oh ya, ada satu cerita paling berkesan dengan si CB 750 Police dulu. Ceritanya justru menyebalkan wkwkw.. Melibatkan oknum polisi haha…
Jadi suatu malam, saya sedang mau isi bensin si CB 750 Police itu di pom bensin Terogong, Pondok Indah. Nah, pas lagi ngantri dan sudah hampir giliran saya, ada polisi dengan enaknya ga ikut ngantri nyelak. Dia langsung main parkir Thunder 125 Policenya di depan CB 750 Police. Ga bilang sorry, ga minta maaf, main selak aja.. lagi buru-buru dan ada urusan negara pun tidak. Nampak arogan banget dia.. Mungkin dia ga ngerti CB 750 Police ya wkwk.. ya memang sudah ga ada lampu-lampu dan rotatornya sih.. tapi ini contoh arogansi aparat bergabung dengan kekurangpahaman sejarah permotoran polisi.. Semoga Bro dihindarkan dari ketemu oknum-oknum arogan macam gini.. lumayan bisa merusak suasana wkwk..
Kata yang tersesat