Banyak anggapan yang mengeluhkan mahalnya harga moge menjadi biang keladi, mengapa kita tidak punya pembalap yang bisa berlaga di tingkat GP internasional. Saya pada awalnya pun menyetujui hal ini. Alasan “bisa karena biasa” menjadi landasan kuat untuk menyetujui, bahwa mahalnya moge membuat kita kesulitan untuk mencari bibit yang benar-benar unggul. Kalaupun dapat, ketika naik moge butuh adaptasi panjang, dan biasanya juga tidak atau kurang kompetitif untuk level dunia.
Setelah menemui Ki Gede Anue dan menanyakan pendapat beliau tentang hal ini, doi malah geleng-geleng laksana sedang enjoy di disko dangdut… Katanya, biang keroknya adalah minimnya sirkuit bertaraf internasional! Kita cuma punya satu yang layak untuk menyelenggarakan balap moge! Ingat, yang layak lho ya, artinya juga selain panjang sirkuit, sirkuit juga safety untuk balap moge…Suzuka saja kena kritik!
Lihat saja negara macam Spanyol dan Italia! Di kota-kota mereka banyak memiliki sirkuit-sirkuit bertaraf internasional, layak untuk dipakai menggelar balap moge. Saking banyaknya, bahkan ada yang awam untuk pihak di luar negara itu. Balap motor disana memang begitu digemari dan didukung pemerintahnya, tidak heran yang namanya sirkuit sudah seperti stadion bola saja….
Kalau kita lihat, memang kehadiran sirkuit bertaraf internasional menjadi prasyarat yang lebih penting, bahkan jauh lebih penting agar kita punya pembalap yang kompetitif di GP. Ingat, pembalap GP saat ini benar-benar belia…Mereka bukan hasil penggemblengan kebut-kebutan di jalan raya! Mereka terlatih di sirkuit bagus! Kalau pembalap yang lahir dari kebut-kebutan di jalan raya saya rasa hari gini sudah keburu ketuaan untuk ikut GP! Tidak heran, pembalap model beginian biasanya mentok di event nasional atau regional saja, bukan berjaya di GP! Kalaupun bisa berjaya di tingkat internasional, WSBK masih memungkinkan, tetapi untuk GP terlambat… Walaupun pembalap di GP masih muda, 18 tahun misalnya, pengalaman mereka sudah buaaanyaaak… Bayangkan, kalau dari umur 6 tahun sudah terbiasa naik motor di sirkuit, dan bahkan berspek full racing, artinya di usia 18 doi sudah punya 12 tahun pengalaman geber motor balap!Selain itu mereka pun terbiasa dengan atmosfir persaingan dan prosedur balap profesional!
Bandingkan dengan 4L4y di kita yang mulai bawa motor dari usia misalnya 12 tahun dan merasa bangga ketika usianya 17 tahun serta beranggapan doi sangat pengalaman… Ingat, jagoan geber-geberan di jalan itu cuma 10% teknik… 30% motor, 20% nasib baik dan 40%nya nggak pake otak.. (perbandingan dari Departemen Sensus Republik Sesat–red)
Sekali lagi, anak-anak muda GP lahir di sirkuit, bukan di jalanan!
15 komentar
Comments feed for this article
13 Desember 2010 pada 5:21 pm
hyde
Ingat, jagoan geber-geberan di jalan itu cuma 10% teknik… 30% motor, 20% nasib baik dan 40%nya nggak pake otak..
i like this 😀
kapan ada pembalap indonesia bisa tampil dan dominan di motogp?
13 Desember 2010 pada 5:55 pm
3120aw
like this
13 Desember 2010 pada 6:42 pm
Fortynine
Yang saya terawang secara ngawur selama ini, sembalap diseluruh endonesa, fisiknya jauh daripada prima.
Kenapa eh kenapa? Ya kerna tak ada tempat latihan. Tak ada metode latihan, dan tentu saja tak tahu harus latihan apa; terkecuali latihan nekat dan latihan berani
13 Desember 2010 pada 10:39 pm
siapa yg pantas untuk aku dambakan..
like this juga
13 Desember 2010 pada 10:46 pm
nunoe
setuju..!!!
liat di spanyol, GP aja sampe diadain di Spanyol 4 kali semusim…saking banyaknya sirkuit yg layak disana…
14 Desember 2010 pada 2:18 am
#99 bro
idem
14 Desember 2010 pada 4:00 am
j4na
sbenarnya moge ga terlalu mahal kok… tapi karena monopoli pemerintah aja, jadi bengkak 2x lipat…
14 Desember 2010 pada 4:23 am
мαšЌüя
kita kan terkenal dengan dengan sirkuti pasar senggol…………………..
nah harusnya balapan di pasar KRAMAT JATI WAKTU pagi, bener sengol san sini itu
14 Desember 2010 pada 6:38 am
Mercon C a.k.a Mercon Mretelli
gue pernah ngimpi pas tidur siang jadi pembalap moto GP, kalo gak salah bela LCR honda
14 Desember 2010 pada 9:42 am
abe
Ingat, jagoan geber-geberan di jalan itu cuma 10% teknik… 30% motor, 20% nasib baik dan 40%nya nggak pake otak.. (perbandingan dari Departemen Sensus Republik Sesat–red)
Perhitungan Khas Ki Gede ini yang paling gue gemari,,,,,,
14 Desember 2010 pada 11:01 am
blognyamitra
Sayang sirkuit Kenjeran, Skyland dsb didesain utk balapan bebek…
14 Desember 2010 pada 5:56 pm
Daftar Harga Motor Terbaru
Nyobain naek GSX 1000 R (Stroke saya..)…
ok sob manteb banget…thanks…..
15 Desember 2010 pada 8:36 am
asmarantaka
nice artikel….emang parah negara ini..cuma punya Sentul..itupun aspalnya tambalan..bner2 sirkuit jalan raya
15 Desember 2010 pada 6:26 pm
Bosal Exhaust
Hi this post is nice and interesting. I’ll use it for my project :). Can you tell me some related articles I could use too?
16 Desember 2010 pada 3:35 am
thinx
motor moge bisa murah juga koq……., asal statuzny off road (ga da stnk, bpkb, cuman ada faktur) ga boleh d pke d jlan raya n cuma d pke d sirkuit….
harga juga kisaran 120jtan