You are currently browsing the monthly archive for Juni 2011.
Performa seorang pembalap memang kadang naik, kadang turun. Semua itu banyak yang mempengaruhinya, mulai dari fisik dan mental pembalapnya, persiapan pembalapnya, motor, team, setting, cuaca dan sebagainya. Kadang pembalap sudah siap-siap dan optimis, tetapi kenyataan di lapangan berkata lain, boleh jadi dia buat kesalahan sendiri, boleh jadi ketimpa kesalahan orang lain.
Kejadian konyol sempat menimpa team MZ, tepatnya Anthony West (di foto Max Neukirchner lho), pembalap Australia yang nasibnya dan prestasinya makin jauh saja dari Casey Stoner. Kalau tidak salah di seri Le Mans, pembalap ini tampil sama sekali tidak kompetitif dan semakin merosot menjelang akhir race. Pembalap yang karakternya belum jodoh juga dengan rangka FTR (tahun lalu performanya terhitung lebih baik menggunakan rangka teralis produksi MZ sendiri-red), ketiban sial akibat kelalaian mekanik Dunlop.
Sesuai judul, apakah ban slick bisa dibolak balik??? Mestinya sih bisa-bisa saja, sebab tidak ada alur bannya. Namun, dalam dunia balap, produsen masa kini memperhitungkan juga karakter sirkuit dan jumlah tikungannya. Misalkan tikungan kanannya 12 sedangkan ke kiri hanya 4, maka kompon ban sebelah kanan dibuat lebih keras. Dan inilah yang menimpa West. Mekanik Dunlop terbalik memasang ban, akibatnya West pun kehabisan kompon secara dini. Bersamaan dengan habisnya kompon, habislah harapannya menuai poin di race itu…
Dulu kita sempat membahas tentang aki kering yang sebenarnya nggak kering alias maintenance free vs. aki konvensional alias aki basah.
Setelah memikirkan keunggulan-keunggulan aki kering, rasanya memang saat ini sebaiknya beralih ke aki kering. Bukan cuma karakter yang relatif lebih awet, tetapi juga bebas tumpahan cairan air aki yang merusak rangka. Selain itu, harga aki kering sepertinya lebih murah.. saya tidak yakin, sebab aki kering dan basah yang saya tanyakan harganya memang beda merk.
Pertengahan tahun lalu, harga aki basah GS di bengkel langganan saya dapatkan seharga kalau tidak salah 220 ribu, sehingga saya putuskan memilih aki kering merk Toyo untuk Tiger hitam, seharga 180 ribu. Beda jauh kan…
Sekitar 2 minggu lalu, saya membeli aki kering untuk R27 di bengkel yang sama. Dan…haraganya malah turun! Aki yang biasa dipakai Tiger saya dapatkan seharga 160 ribu! Sayang saya tidak menanyakan harga aki basahnya..
Aki kering alias maintenance free memang menggiurkan, tetapi baru beberapa saat lalu saya mulai melihat kelemahannya. Sudah 3 kali saya alami, untuk motor yang sangat jarang dipakai, aki kering drop dan ketika hendak disetrum ulang ogah mengisi! Beda dengan aki basah, selama sel akinya bagus, kalau tidak mau mengisi bisa ganti air aki, baru disetrum.
Jadi, kesimpulan saya sekarang, untuk motor yang bukan dipakai harian atau minimal seminggu sekali, aki basah boleh dibilang pilihan yang lebih tepat..
Ingat Bro, itu kesimpulan saya dari 3 kali kejadian yang saya alami, benar atau tidaknya, buktikan saja sendiri hihihi
BMW tidak mau tertinggal KTM yang sudah membidik pasar Asia, terutama Asia Tenggara yang menjadi pasar besar roda dua cc kecil. Untuk memuluskan langkahnya, BMW pun berniat membangun namanya di kelas capung, tentunya dengan mengibarkan nama BMW di ajang balap motor kapasitas kecil, sebab nantinya memang akan menjual motorsport lagi dengan kapasitas 250 cc.
Dikarenakan waktu yang terbatas, BMW dengan terpaksa menurunkan motor 250 cc single silindernya yang memang sudah ada saja, daripada tidak jadi ikut toh? BMW pun menurunkan BMW R 27nya, sebagai single silinder klassik terakhirnya yang terbit dari tahun 1961 sampai 1966. Pembalap dikatakan akan menurunkan Arie Slight, ex pembalap (pemuda berbadan gelap) yang pernah menjuarai balap (makan Pizza) dan balap (menggambar dengan mata tertutup). Bagaimana kiprah BMW di Moto3 nanti? Kita tunggu saja!
Pertama kenalan dengan Honda Tiger sekitar tahun 1994. Ketika itu, kalau tidak salah, motor ini masih berharga 7 jutaan. Teman komplek ada yang beli, ketika itu dia masih kelas 3 smp dan saya masih kelas 1 smp. Pertama diajak muter-muter komplek tanpa helm dan jaket, wah ngeriiii… maklum, dibonceng dengan jok tinggi dan kaki saya tidak bisa menjangkau tanah dari jok boncenger. Alhasil, pernah kami berdua ketiban Tiger saat berhenti, maklum, teman saya itu ceking dan juga lebih pendek dari saya.
Pernah juga lagi muter-muter diajakin trek-trekan sama masteng… biasa, dia pegang RX-King korek, pastinya ingin tahu juga performa Macan Noceng ini. Wah, ternyata di jalan pinggiran komplek yang berlika-liku, RX-King cuma nempel saja. Ane sebagai boncenger cuma bisa doa-doa hiiii.. maklum, cuma anak SMP yang pake baju main dan celana pendek aja..kalo jatuh ya sayonara…
Yang lucu lagi di motor ini saat itu adalah suara klaksonnya yang kecil banget… Saya selalu menoleh kebelakang saat teman saya mencet-mencet klakson, sebab saya pikir motor lain..eh, tak tahunya suara klakson sendiri..cupu deh bunyinya, nggak bisa dipake buat ngamuk nglakson-ngelakson hihihi…
Sekarang, tidak terasa itu sudah sekitar 17 tahun berlalu. Saya pun sudah punya Tiger sendiri dibeliin nyokap pas mau masuk SMA.. Lumayan, menyelamatkan saya juga dari ancaman tawuran pelajar kalau naik angkot.
17 Tahun terlalu lama untuk sebuah motor yang mesinnya begitu-begitu aja. Bahkan banyak yang mengganggap Tiger Jadul lebih baik karena masih banyak unsur Jepangnya. Mesin Kaizen teknologi tahun 74nya masih saja nemplok hingga saat ini. Stagnan? Jadul? Lemot? Bisa dibilang begitu…. Namun, kalau boleh dibilang, mungkin inilah yang namanya sudah memasyarakat. Sudah menjadi “teman lama”. Ditengah menariknya motor-motor baru saat ini, masih saja ada yang melirik Tiger. Honda Tiger lama pun harganya lumayan bertahan. Mereka-mereka yang punya Tiger keluaran awal seharga 7 juta dan kondisinya original bahkan bisa menjual lebih besar dari harga belinya (kita nggak ngomongin penurunan nilai uang lho ya…).
Bagaimana dengan Tiger baru? Memang sih kemahalan, kelemotan dan tampang tidak sesuai power. Namun, itu selera dan kebutuhan yang beli lah, tidak bisa diseragamkan.. Iklan AHM yang melibatkan komunitas Tiger dan menyebut-nyebut Tiger sebagai Legenda pun muncul seminggu terakhir ini. Kalau dipikir-pikir, inikah isyarat kalau Tiger baru (dengan teknologi mesin 70an) itu akan tetap diproduksi beberapa tahun kedepan? Atau akan ada motor dengan mesin sepenuhnya baru yang tetap menggunakan nama Tiger?
Membaca judul artikel ini, pasti langsung banyak yang punya perasaan tidak setuju… Maklum, Karel Abraham saat masuk ke MotoGP tahun ini bukan apa-apa. Di Moto2 dia pun bukan pembalap yang difavoritkan untuk juara race. Hanya penampilannya di race terakhir Moto2 saja yang membuat orang berdecak kagum.. Sampeyan tonton racenya kan, bagaimana pemuda Ceko ini menyikat tikungan cepat Valencia sudah seperti Casey Stoner saja. Di race itupun dia juara dengan duel keras, bahkan Toni ELias pun bertekuk lutut!
Pemuda Ceko anak pengusaha tajir melintir bidang farmasi yang namanya sama, Karel Abraham, memang bisa dibilang beruntung. Babenya yang kaya itu memang pemilik sirkuit Brno yang jadi favorit banyak pembalap juga karena lay outnya yang naik-turun. Soal kesempatan latihan mengasah skill dan pengadaan motor bukan masalah bagi Karel Abraham.
Kembali ke judul! Pembalap yang paling dipandang sebelah mata ini ternyata mampu tampil konsisten. Dia pun sudah membuktikan, dia bukan lagi juru kunci, baik dalam Qualifikasi, maupun race. Di FP 1 Assen Kamis lalu, bahkan doi dapat posisi ke 7 dan hanya tertingal 1,5 detik dari best lap, dan 0,5 detik dari Jorge Lorenzo.
Kembali ke judul! Judul ini benar kan… kalau dilihat dari klassemen sekarang. Karel Abraham punya 33 poin berada di posisi 10, sedangkan Simoncelli di posisi 11 punya 32 poin. Pembalap lainnya yakni Barbera, Crutchlow, Elias, Bautista, Capirossi dan Depuniet menyusul di belakangnya… Kalau bicara di atas tabel poin saja, terlihat sudah kan buktinya.. Bayangkan, ABG pencinta motor 10 tahun lagi kalau membaca tabel klassemen ini, mereka akan bilang Karel Abraham lebih baik dari pembalap tersebut sebelumnya…namanya juga nggak kenal kan…
Percaya atau tidak, Blog Sesat meramalkan, di kelas 1000 cc nanti Karel Abraham akan tampil semakin berbahaya! Bodinya lumayan besar, dananya besar, anunya juga besar…. walaupun tidak sebesar Ki Gede Anue…
Marak-maraknya Kawasaki dengan Ninja 250nya sayang tidak disertai kehadiran tim mereka di MotoGP. Di WSBK pun prestasinya hingga hari ini belum cukup untuk dibangga-banggakan. PErcaya atau tidak, ini melemahkan jumlah calon korban yang berminat meminang Ninja 250.
Namun, masa tanpa tim idola di MotoGP bisa jadi akan berakhir. Meskipun tidak turun penuh, nama besar Kawasaki akan hadir di MotoGP yang akan menjadi Moto 1 nantinya. Mesin Ninja ZX-10R gress terpilih oleh tim BQR asal Spanyol yang sudah kita kenal di Moto2. Tim ini akan mengawinkan motor buah karya FTR asal Inggris dengan mesin gacoannya Kawasaki. Produsen FTR ini juga bukan pabrikan tunning ecek-ecek, sebab pernah memenangkan 4 race di kelas 600 cc Moto2 ini.
Kenapa yang terpilih mesin Kawasaki? Sayangnya tim BQR atau berita yang tiba di redaksi Blog Sesat tidak menjelaskannya. Namun, kalau dipikir-pikir, ada beberapa faktor yang bisa dicurigai:
1. Kawasaki memiliki bahan dasar mesin dengan teknologi terkini di tahun ini! Kan tahun depan akan keluar (mungkin nih-red) yang baru dari pabrikan lain??? Mungkin sih, dan dapat dipastikan lebih canggih karena tuntutan zaman dan teknologi yang semakin maju. Namun, perlu diingat, latihan mentunning motor harus dimulai saat ini, sebab butuh waktu untuk mengetest performa dan daya tahannya. Kalau tunggu tahun depan, bisa dibilang waktu untuk development tidak ada. Jatah 12 mesin memang cukup banyak dibandingkan tim pabrikan yang dibatasi 6 mesin, tetapi untuk mengail performa terbaik sambil memperhatikan karakter daya tahan mesin sepanjang race dan power delivery yang berpengaruh pada daya tahan ban dan kestabilan secara umum perlu waktu. Tim butuh waktu juga kan untuk mengawinkan performa mesin dengan karakter rangka dan setting suspensi.
2. Faktor kedua, boleh jadi ini langkah inisiatif Kawasaki untuk kembali terjun penuh suatu hari nanti. Supaya mesin siap dan dana yang dikeluarkan tak terlalu besar, simbiosis mutualisme dengan tim balap tentu membawa untung, sebab teknologi balap tak ketinggalan, biaya pun bisa ditekan. Tim BQR sendiri sepertinya juga diuntungkan, sebab mereka bisa jadi tim Privateer dengan sokongan pabrikan, mungkin layaknya Ducati Althea sekarang ya…
3. Kalau BQR nantinya jadi satu-satunya tim yang menggunakan mesin Kawasaki, keuntungan bisa diraih dari segi support penonton. Fans Kawasaki akan tertarik untuk mendukung tim ini, secara otomatis bisa meninggikan daya jual tim, terutama untuk merchandise mereka. Bisnis merchandise lumayan juga kan?
Kata yang tersesat