You are currently browsing the monthly archive for Desember 2015.
Sampeyan pikir yang punya nama MT cuma Yamaha? Nah, ternyata sepantauan Blog Sesat, Honda sudah punya duluan sebelum Yamaha memulainya dengan Moge Yamaha MT-01. MT-01 loh ya, bukan MT-10 yang seharusnya sih kalau mengikuti tradisi masih diberi nama FZ-1, yup, R1 yang ditelanjangi harusnya bernama FZ-1. Namun, buat apa ane protes, toh beli juga nggak hahaa… ini bukti bahwa konsistensi bisa berubah demi kepentingan marketing.
Oh ya, Honda punya MT 250, sebuah motor dual purpose klasik yang hadir di tahun 1974. Sebelumnya Honda punya motor trail CR 250 Elsinore yang bisa disebut special enginenya dengan bobot yang ringan dan tenaga motor yang besar. MT-250 dibuat dari bahan yang lebih murah tentunya, sehingga bobotnya naik dan karakter mesin pun berubah. Fly wheel dibuat lebih berat demi torsi yang lebih cocok untuk motor harian.
Tenaga MT-250 lumayan lho, 16,69 HP, tetapi itu bisa dibilang kecil untuk output sebuah mesin 2 tak 248cc single silinder. Motor berbobot 127 Kg ini tentu dibuat untuk kerja keras dan hidup panjang umur. Tampangnya pun didesain lebih “harian”. Menurut saya sih simple, tetapi dari kesederhanaan itu dan mesin 2 tak 250 cc yang kabarnya gampang banget dinaikkan powernya itu, saya lumayan kesengsem dengan MT-250. Kalau suruh pilih, Yamaha MT-25 dengan Honda MT-250, Blog Sesat tanpa ragu pilih Honda MT-250. Sorry bukan buta merk, tetapi MT-250 memenuhi ekspektasi yang saya idamkan dari sebuah motor dual purpose.
Di daerah-daerah tertentu, binatang ini menjadi momok yang mengerikan. Relatif sulit di berantas dan kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar. Blog Sesat saja tak hanya kehilangan lemari, piano pun habis disikat si rayap dan pasukannya huhuhu..
Berbagai upaya dilakukan memeranginya, tetapi mereka tak sepenuhnya bisa hilang. Ada lagi..ada lagi, mati 1 tumbuh sekampung..ajaibnya, bisa nongol dari ubin! Asli dari sela-sela ubin tau-tau menggerogoti benda kayu di atasnya. Tak hanya kayu, kertas yang juga asalnya kayu menjadi santapan empuk.
Ini baru terjadi 2 hari lalu huhuhu..Sebuah majalah motor dan buku motor yang kalau masuk indonesia harganya bisa di atas 1 juta habis dimangsa the predator… Dalam hati sedih bingits, tetapi di sisi lain bersyukur, untung cepat ketahuan. Bayangkan kalau yang kena santap ijazah-ijazah, sertifikat, BPKB waaaaaaaaaaa tobaaaaaaat…
Yang namanya naik Vespa itu memang identik tak sebatas naik motor, di situ ada lifestyle, ada gengsi, ada passion. Konstruksi-konstruksi image yang ditampilkan foto-foto artsy Vespa dan iklan-iklannya plus penggemarnya memang membuat para pengendara Vespa, terutama vespa-vespa baru (namanya juga ini yang dijual) terlihat cool. Pokoknya kalau sampeyan mau jadi cool kids tanpa harus modal terlalu besar, naik Vespa baru saja.
Meskipun tak perlu keluar uang “sebesar” itu untuk membeli lifestylenya, tetap saja itungannya lumayan, apalagi kalau yang dijadikan motor matic pabrikan Jepang berkapasitas kecil.
Seorang teman bercerita bahwa saudaranya membeli sebuah Vespa baru, entah Vespa yang tipe mana (foto hanya ilustrasi-red). Doi beli karena terpincut konstruksi yang diciptakan pihak Piaggio dan penggemar Vespa lainnya. Naik Vespa yang kelihatan cool dan nyaman berubah ketika dirasakannya sendiri.
Keluhan pertama, sebenarnya dari teman saya. Dia bilang, dibonceng naik Vespa tak enak hehe… Terus di polisi tidur sering mentok… Ya beda lah dengan gambar-gambar iklan dari luar negeri itu. Nah, terus saudaranya juga mengeluhkan feeling berkendaranya ga seenak matic Jepang. Belum lagi servis dan ganti olinya tembus 300 ribu rupiah lebih, belum lagi beli motornya yang di kitaran 40 juta wkwkwk..
Ya, begitulah kira-kira kalau kemakan iklan dan image yang tersebar di berbagai media. Saya sebenarnya juga begitu sih… Untung saja hanya dengan Vespa Excel yang harganya tak seberapa, jadi ga pusing memikirkan uang yang meninggalkan dompet..
Awalnya sangat excited, terus bete dengan minusnya: yakni boros dan remnya ABS (asal berhenti syukur), rasanya rigid ketika lewat jalan keriting dan yang saya paling tak suka: kabel kopling cepat putus.
Eh sekarang sih sudah kembali bisa menerima dan menyukai si Excel Rose. Dengan cara pindah gigi yang benar, alhamdulillah kabel kopling awet, apalagi kalau sudah bisa mengganti sendiri, mudah kok.. Saya pun sudah terbiasa dengan karakter remnya yang tentu dibandingkan motor Jepang tak sepadan. Setelah setting karbu lagi, Excel Rose pun lumayan irit. Hanya saja ya kalau buat harian tak saya rekomendasikan. Vespa sangat tak enak stop n go…Sebagai kendaraan hobi bisa jauuuh lebih menyenangkan, sebab pajak murah, servis dan parts murah, dan yang serunya, 1 bulan lebih tak dihidupkan, Excel tak perlu dibongkar-bongkar untuk bisa kembali meraung..cukup 1-2 menit menyelah, hidup deh hehe…
Anak-anak tahun 80an dan 90an pasti akrab dengan istilah yang satu ini. Begitu ada sesuatu yang ukurannya di atas normal atau untuk membuatnya terdengar seru dan hiperbola, kita akan menyebutnya dengan: “Segede Gaban!”
Anak-anak sekarang mungkin bingung, apa maksudnya segede Gaban. Toh Gaban pun mereka tak kenal sama sekali… Jangankan mereka, orang-orang yang kenal dengan tokoh superhero asal Jepang ini pun bingung, sebab Gaban kan kecil..gedean Ade Ray pastinya hahaha.. Surya Saputra aja masih lebih gede dibandingkan Gaban..
Pertanyaan tentang etimologi Gaban yang sejak lamaaaa mengganggu saya pun suatu hari dalam perjalanan menuju Pandeglang terjawab. Seorang rekan kerja yang ga kenal-kenal banget memberikan jawabannya via WhatsApp, nih Bro:
Kata yang tersesat