You are currently browsing the monthly archive for September 2016.
Jujur saja, saya orangnya baperan kata anak sekarang… Kadang terlalu sensitif, lihat matahari terbenam saja bisa nangis hehe..
Dan begitu juga kalau melihat motor yang menderita ngejogrok dan tersia-siakan. Ada rasa iba, ingin mengadopsi, membangunnya kembali, hingga orang yang pernah membuangnya menyesali sifat menyia-nyiakan apa yang pernah dimilikinya.
Dan hari ini perasaan itu muncul… Ya sudah lama sebenarnya saya melihat sosok motor yang tampaknya mengalami kecelakaan, lalu diparkir begitu saja. Bisa terlihat dari tankinya yang penyok dan buritan belakang yang raib…
Lumayan aneh dan tak mungkin ada di Indonesia, sebab motor ini ngejogrok hampir 2 bulan ini.. Dan bukan di gudang lo, tetapi di tepi jalan besar.. Kalau di Jakarta, ya di tepi ring roadnya…dan pasti sudah digondol orang haha..
Ini dia tampilannya:
Setelah kita bahas Honda Revere, saya cukup yakin 99% motor yang ngejogrok dan minta diadopsi ini Honda Revere alias NTV650 alias RC33. Konstruksi mesin, knalpot dan bentuk velgnya khas lho… Dan melihat motor yang membuat iba ini, fantasi muncul… poles-poles n bangun dikiiit, si motor ini akan jadi moge streetfighter minimalis yang berkelas.. Siluet ala MV Agusta saja dalam keadaan begini saja sudah dapat kan…
Setelah keluyuran dengan Excel Rose ke Yogya di awal tahun ini, salah satu keluhan yang timbul adalah komstirnya yang mengendor. Namun, tergolong oke banget, sebab kendornya komstir baru mulai terasa beberapa minggu setelah motor balik lagi ke Jakarta. Awalnya saya acuhkan saja, tetapi tentu semakin parah kendornya hingga suatu hari saya pikir, ini harus segera diatasi. Maklum, godek kiri kanan parah, serasa naik motor GP500, bukan cepatnya, tapi godek-godek setang ala motor 500cc saat berakselerasi hehe..
Karena sibuk dan belum ada pengalaman mengencangkan sendiri komstir Excel, saya pun memutuskan membawanya ke bengkel. Biasanya saya bawa ke bengkel langganan di daerah Lebak-Bulus-Pondok Cabe, tetapi karena godeknya luar biasa bikin ngeri, akhirnya berhenti di bengkel yang ada saja. Di daerah Tanah Baru Depok dekat perempatan tugu, ada bengkel Vespa bernama Sahabat Vespa. Mekaniknya sudah berumur dan tampaknya hari itu bekerja sendirian saja.
Ternyata mengencangkan komstir Excel tak susah, hanya perlu buka batok, langsung deh getok-getok untuk mengencangkan komstirnya. Semua proses dari bongkar, mengencangkan hingga memasang kembali batok tak lebih dari 30 menit. Excel Rose pun kembali stabil dan aman.
Oh ya, baru kali ini saya kasih tips 100% dari biaya servis. Gaya banget ya hehehe… Sebenernya biasa aja Bro, orang mekaniknya hanya minta 10 ribu rupiah kok. Saya kasih 20 ribu saja karena kerjanya lumayan cepat dan beres.
Semoga bengkel Vespa 2 tak bisa selalu ramah di kantong seperti ini…Inilah salah satu faktor membahagiakan punya Vespa 2 tak, biaya service sangat terjangkau! Oh ya, tergantung bengkel juga sih.. Karena makin banyak agan-agan yang hobi, ada juga bengkel-bengkel Vespa dengan tarif cukup tinggi. Namun, setinggi-tingginya, mayoritas kita-kita masih bisa tersenyum lah..
Salah seorang kolega yang menyesatkan diri ke Tibet mengirimkan saya foto ini. Doi tau, saya senang motor, jadi kalau ada yang terkait dengan motor yang menarik di tempat-tempat yang dikunjunginya, doi mengabadikannya dan menunjukkan kepada saya.
Lihat motor yang ada di sana, selera langsung turun kan.. Motor ala kadarnya, serasa 20 sampai 30 tahun mundur ke belakang. Motor-motor di sana masih berteknologi 80an dengan tampang motor 80an juga. Ya,desain sebangsa Honda GL100 atau GL Pro gitu deh..
Meskipun jadul, motor-motor yang harus bernafas dengan oksigen ekstraterbatas ini benar-benar sesuatu yang memotorisasi, eh memobilisasi penggunanya. Di sini tampak tak ada masalah merek, masalah desain, masalah DOHC VS SOHC, masalah ABS nonABS, masalah cela-mencela antarpengendara motor..ya entahlah, mungkin ada, tapi sepertinya tak ada.. Motor bisa hidup handal saja sudah cukup! Punya motor tak bikin nambah dosa..dosa mengomentari motor lain yang sebenarnya tak pernah dicobanya sendiri, tak pernah dimilikinya , bahkan lihat langsung sendiri pun belum pernah! Bahkan motornya dijual saja belum sudah dikomentari dan dikritik. ..Haha, tapi di situlah serunya… kita pun sebenarnya menyukai ketidakpastian. Kita suka membuat gambaran sesuatu yang tak pasti seakan-akan pasti. Kita suka terlihat pintar di hadapan orang lain..
Kadang kedamaian itu ada dalam serba keterbatasan dan kesederhanaan. Motor itu hanya sesuatu yang bermanfaat buat kita, menggerakkan kita mencapai tempat-tempat dalam jangkauannya, bukan sesuatu yang malah membuat perkataan kita menyakiti orang lain, bukan sesuatu yang digunakan untuk membuat diri terlihat lebih dari yang lain. Ah..ga jelas saya ngomong apa..Saya hanya mau “sadar” dan “menyadarkan” diri sendiri saja…
-Bukan Pujangga-
Jual moge itu tidak mudah, kalau tidak mau rugi. Nah, jual moge bodong lebih susah lagi! Biasanya, yang ribet itu jualan moge bodong 4 silinder, maklum, perawatannya mahal Bro..
Tadinya, saya pikir menjual moge bodong itu susah. Semua moge bodong susah dijual! Hanya moge bodong berstatus klassik saja yang masih relatif cepat lakunya. Sebut saja moge macam Yamaha XS 600, BMW bermesin boxer dan motor-motor Inggris dan Amerika (mayoritas Harley Davidson tentunya). BMW pun tak semuanya laku, hanya BMW bermesin boxer saja yang “relatif mudah” terjual dalam keadaan bodong alias surat menyurat yatim piatu! BMW bermesin 4 silinder, susah banget Bro, kasian malah sama motornya kalau dibandingkan harga pasarannya. Maklum, merawat BMW 4 silinder tahun 80an dan 90an itu muahalnya luar biasa, jadi kalau statusnya bodong, biasanya tak menguntungkan merawatnya terus dalam keadaan prima, apalagi membangunnya!
Selain motor-motor bodong yang mahal yang saya sebut di atas, ternyata ada juga motor Jepang berkapasitas besar yang bodong, tetapi relatif mudah dijual dengan harga tinggi. Oh ya, ini kesimpulan saya ya: Moge bermesin V-Twin!
Yup, beda nasib dengan moge bodong tahun tanggung 4 silinder, moge-moge bodong Jepang bermesin V-Twin lebih cepat terjual dan harganya lumayan tinggi! Ini saya saksikan sendiri ketika seorang teman dititipin Yamaha Dragstar bermesin V-Twin 600cc. Kondisi motornya lumayan Bro, hidup gampang, tenaga yahud, jauh lebih menyenangkan daripada Dragstar 400. Tadinya motor titipan itu saya perkirakan hanya akan laku 20 jutaan dan butuh waktu bulanan. Eh, dalam kurang dari sebulan, motornya laku! Harganya juga di atas 30 juta. Sudah sold, eh masih banyak yang nanyain motornya, kata teman saya. Hmmm pesona mesin V-Twin ala HD memang terbukti berdaya jual tinggi…
Ini bukan knalpot Honda CBR250RR Bro, tapi knalpot Ducati 959. Yup, knalpot underbelly yang beberapa tahun belakangan ini ngetrend di Panigale series dan KTM Duke sudah lewat masanya. Meskipun unggul karena berat motor semakin seimbang dan bobot knalpot terpangkas, knalpot model ini habis masa depannya di Eropa karena aturan Euro4.
Karena kebisingan di Euro4 semakin diredam dan emisi semakin ketat, maka produsen pun harus menyesuaikannya. Nah, korbannya ya desain knalpot! Masih ingat kan knalpot Panigale untuk pasar Jepang yang jadi panjang dan besar? Nah, Ducati yang mengikuti Euro4 harus mengubah desain knalpot Panigalenya jadi seperti ini! Hmm apa Honda sudah memantaunya ya? Wah CBR250RR bakal semakin mirip dengan motor-motor balap Ducati nih hehe..
Yang ikutan puyeng juga produsen knalpot aftermarket Bro! Aturan Euro4 mewajibkan db-Killer tak lagi bisa dibongkar pasang, melainkan harus dilas! Eng ing eng… Semakin susah kalau mau akal-akalan! Tidak hanya itu, tingkat kebisingannya pun tak boleh lebih keras dibandingkan knalpot standar! Bubar ga tuh…Belum selesai Bro, peningkatan tenaga pun diwajibkan maksimal plus minus 5% saja dibandingkan versi standar!
Perusahaan macam Akrapovic sangat serius menghadapi aturan baru ini. Mereka dikabarkan sangat banyak melakukan tes untuk mendapatkan hasil maksimal. Mereka kesulitan mendapatkan bunyi knalpot khas Akrapovic, ya iyalaaaaah..ga boleh lebih keras dibandingkan yang standar. Dalam kondisi tertentu, saat Euro 3 diwajibkan maksimal 80 db, Euro 4 minta 77 db dengan kondisi lebih ketat dibandingkan Euro 3!
Oh ya, keadaan ga enak ini bagi penggemar motor sport akan kembali terulang dengan hadirnya Euro5 tahun 2020 mendatang hehehe…siap-siap motor keluaran lama di Eropa bertahan harganya..karena bunyinya boleh lebih keras wkwkwkw…
Sumber:
http://www.motorradonline.de/auspuff/tuning-spezial-auspuffanlagen/750502
Pertanyaan yang sangat mudah dijawab kan. Saya rasa, dalam keadaan normal, kita akan menghentikan motor, mencari benda asing yang biasanya paku yang menancap, mencabutnya, dan pelan-pelan menuntun sepeda motor ke tukang tambal ban terdekat. Kalau tidak langsung dicabut, muncul kekhawatiran, ban semakin rusak karena tertusuk-tusuk benda asing itu.Ya, setidaknya itu yang ada di pikiran saya. Kalau mau aman tak keluar duit banyak untuk ganti ban dalam, ya harus laksanakan cara tadi. Namun, ada kalanya mencabut paku itu bukan pilihan terbaik. Misalnya dalam hal yang saya alami sehari sebelum berangkat ke Jerman. Karena ban kempes, saya berhenti untuk mencabut paku. Setelah memastikan paku tercabut dan ban bersih dari benda asing, saya melanjutkan perjalanan. Dan kesalahannya adalah: Motornya saya naiki, bukan saya tuntun. Dan mencabut paku ternyata malah membuat ban kempes total! Yup, pelajarannya: Kalau memang belum kempes total dan masih ingin berjalan menaiki motor pelan-pelan, ya lanjutkan hingga tambal ban terdekat! Mencabut paku malah membuat ban langsung kempes, dan kalau kempes total ya harus dituntun.
Karena saat itu sudah malam, sekitar jam 11 malam, saya pun tak menuntun motor. Bukan karena rawan Bro, tetapi harus hemat tenaga. Dan ban meletat meletot pun akhirnya sempat ngesot dan motor terasa tersangkut. Akibatnya baru terlihat setelah motor ditambal bannya! Oh ya, hebatnya, tukang tambal bannya ibu-ibu..ini ada di daerah Beji Depok. Ban saya kempes sejak daerah Citayam dan paku saya cabut setelah fly over dekat stasiun Depok Baru.
Selepas ditambal, saya pulang ke rumah, tetapi belum menyadari sepenuhnya ada yang aneh, mungkin karena sudah lelah. Besok-besoknya. saya merasa Thunder 125 jalannya agak endut-endutan. Saya pikir setelan rante terlalu kencang/tegang (biasa banget nih, tukang tambal ban banyak yang tak peduli tingkat kekencangan rantai). Setelah saya cek, ternyata aman tingkat kekencangan rantenya. Eh, pas diputar ban belakangnya, terlihat ban belakang rusak Bro, peyang parah, pantas saja jalannya jadi serasa naik turun naik turun haha.. Ya, kaya velg peyang parah…
Nah, pelajarannya jelas buat saya, kesalahan ambil keputusan saat ban kempes bukan hanya berakibat ganti ban dalam baru, tetapi bisa juga ganti ban luar! Intinya, jangan naiki motor saat benar-benar kempes! Kalau mau masih jalan sedikit, lebih baik biarkan paku tetap menancap! Kalau sudah kempes total, tuntun! Atau risiko ganti ban luar siap menerkam, saya sudah buktikan sendiri huhuhu…
Terong tau kan? Susu pasti tau juga….Nah, kalau terong susu, saya rasa belum semua tau.. Umur saya yang sudah tergolong klassik pun bukan jaminan untuk bisa melihat semua hal, dan tak mungkin.. Yup, semua yang kita tidak lihat sendiri kan bukannya tidak ada..
Pertemuan pertama saya dengan terong susu terjadi di daerah Ciloto, dekat Cipanas Bro.. Lihat pertama kali saat sedang lari pagi. Oh ya, ini penampakannya:
Ya, begitulah penampakannya. Ada yang bilang ini tanaman hias semata karena beracun. Ada yang bilang ini tanaman obat. Ya, karena penasaran, saya pencet-pencet hehe.. Ternyata keras Bro, tidak seperti terong ungu yang empuk. Mungkin kerasnya seperti terong hijau, eh, entah apa itu, tahu lah ya terong yang bulat dan berwarna hijau. Oke, sekian laporannya tentang terong susu hehe..
Euro 4 akan diberlakukan di Jerman tahun depan. Artinya, mulai tahun 2017 nanti, motor-motor yang tidak memenuhi persyaratan Euro 4 tidak akan mendapatkan izin dipasarkan di Jerman, dan saya rasa di beberapa negara EU juga begitu. (Tidak jelas juga sih, apakah semua negara EU akan memberlakukan standar Euro 4 bersamaan).
Namun, ada pengecualian juga sih, kabarnya produsen masih bisa menjual produk yang belum memenuhi standar Euro 4, tetapi jumlahnya dibatasi dan produsen itu perlu meminta izin khusus.
Mengenai Euro 4, sepertinya banyak motor-motor yang tak lagi diproduksi Bro.. Sebut saja Kawasaki W800! Dari pabrikan Suzuki, GSX-R 600 dan 750 tidak jelas rimbanya. Sederet moge cruiser Suzuki pun dikabarkan dihentikan produksinya. Dari pabrikan Honda, jelas CBR600RR yang dipastikan tak lagi dikembangkan.
Yamaha pun juga dikabarkan akan menghentikan XJR, XJ-6, SR400, dan FZ8. Kawasaki, selain W800, tak membocorkan, motor mana lagi yang tidak akan dilanjutkan kariernya.
Motor macam Triumph, MotoGuzzi, KTM, dan sebagainya pun tak luput Bro…
Kubu Harley Davidson dikabarkan tak melanjutkan produk V-Rodnya, sedangkan Ducati Panigale 1299 pun dikabarkan juga tak berlanjut. Aprilia bahkan menghentikan produksi motor Vtwinnya, jadi varian macam Dorsoduro dan Shiver akan pamitan..
BMW sudah merencanakan menghentikan K1300nya, toh mereka sebenarnya aman karena sudah bisa mengandalkan mesin sport 1000cc untuk motor sport-touringnya. Pastinya ya berbasis mesin S1000 Bro…
Oh ya, apa itu Euro 4???? Saya juga tak paham sepenuhnya sih, awalnya saya pikir hanya peningkatan standar emisi saja. Ternyata, tidak itu saja Bro.. Motor yang memenuhi Euro 4 itu juga harus memiliki ABS, on board-diagnostic, memenuhi standar kebisingan baru, dilengkapi filter karbon aktif pada lubang pernafasan tanki, dilengkapi katalisator dengan daya tahan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Wah, pantas saja banyak motor yang dipensiunkan.. Karena jika dipaksakan, motor-motor ini tidak lagi ekonomis, artinya jelas kehilangan daya tarik dari segi ekonomis yang bisa berdampak minimnya minat beli calon konsumen pada produk itu..
Kata yang tersesat