You are currently browsing the monthly archive for Maret 2010.

Bro sekalian yang lahir di tahun 80an ke bawah pastinya masih ingat serial TV di RCTI yang satu ini: Dark Justice. Serial TV tahun 90an awal ini mengangkat cerita yang sangat menarik bagi saya, walaupun saat itu saya masih kecil dan tidak terlalu tahu banyak tentang keadaan dunia nyata. Ya, namanya anak kecil, pasti berpikir: hakim, polisi, jaksa, pengacara, mereka semua orang baik yang siap menegakkan keadilan. Pada kenyataannya, sampeyan tahu sendiri kan parahnya image institusi-institusi yang seharusnya melindungi kebenaran ini digerogoti oleh oknum-oknum yang membuat semboyan “berani karena benar” seringkali tidak berlaku lagi!

Dulunya Judge  alias hakim Nicholas Marshall adalah seorang polisi, tetapi tangkapannya lepas dari jerat hukum karena “lubang” dalam  aturan. Namun, dia tetap percaya pada sistem peradilan yang legal. Nick Marshall pun banting setang menjadi jaksa dengan maksud mempertinggi peluangnya untung menjebloskan begundal ke penjara. Sayang, di posisi ini ia kalah dalam suatu kasus akibat kelihaian pengacara si terdakwa. Meskipun gagal, dia tetap percaya kepada sistem.

Akhirnya ia naik menjadi seorang hakim, posisi tertinggi di pengadilan. Namun, di posisi ini justru tangannya terbelenggu oleh undang-undang dan peraturan. Jika polisi dan jaksa gagal, ia hanya bisa pasrah mengetuk palu dan membebaskan terdakwa, meskipun dia tahu atau punya dugaan sangat kuat bahwa si terdakwa bersalah. Meskipun begitu, ia tetap percaya kepada sistem…. hingga suatu hari ketika istri dan anak perempuannya terbunuh akibat bom mobil yang sebenarnya ditujukan padanya. Ia pun berhenti mempercayai sistem peradilan yang legal dan mulai percaya pada keadilan itu sendiri. Tentunya tidak bisa keadilan itu terwujud begitu saja, harus ada yang rela “main becek-becekan”. Disinilah menariknya kisah yang diangkat serial dark justice…

Yang menarik, cerita ini tampak begitu nyata, sebab si hakim biker ini bukanlah seorang jagoan superpower ataupun diperlengkapi peralatan extracanggih. Ia hanya menggunakan kemampuannya menyelidik dan mengumpulkan data dari pengadilan yang dipimpinnya. Bedanya, jika ia merasa para jaksa maupun pihak kepolisian impoten, dia bisa turun sendiri beraksi mengumpulkan barang bukti dan mengeksekusinya dari posisinya sebagai hakim! Bukan main tembak di luar pengadilan! Itulah aksi elegan yang menarik disimak pencinta sinetronnya bule-bule.

Buat saya, kisah yang diangkatpun seringkali menyerempet kenyataan. Cara penyelesaiannya pun bukan dengan cara-cara “mendapatkan keajaiban” ataupun kebetulan. Nick Marshall bukanlah superhero, tapi superindo   tetapi kemampuannya terbatas. Pengalamannya sebagai polisi, jaksa dan hakim sangat membantunya dalam mengatasi kejahatan-kejahatan “cerdas” yang tidak sanggup ditanggulangi polisi ataupun detektif biasa. Kerjasama tim pun membuat langkah sang hakim yang menembus batas ini semakin sakti! Ia dibantu si negro, si cantik dan si pak tua yang punya spesialisasi sendiri-sendiri. Inilah yang membuat cerita ini lebih mendekati realita!

Nah, kadang-kadang saya berangan-angan, andai tiap kota di Indonesia punya hakim dengan kemampuan special engine layaknya si Nick Marshall. Jangan heran kalau di tanah air banyak juga bikers yang seperti Nick Marshall. Hanya saja, mereka terbalik, jadi bikers dulu, baru jadi hakim. Banyak kan yang main hakim sendiri? Kenapa begitu? Ya jelas saja, banyak yang senasib sepenanggungan dengan si jagoan kita kali ini: Sama-sama merasa kehilangan kepercayaan terhadap sistem peradilan yang legal….

so, percayalah yang dikatakan Om Marshall:

“Indeed, justice is sometimes blind, but it can also see in the darkness……..”

 

Teks By: Prof. Dr. Arie Slight SH, MH. (Ahli Hukum dan Tata Boga Aliran Sesat)

Foto by: HP-Klassikku, nyomot dari sini nih:

http://www.youtube.com/watch?v=lVBg2otAp6M

Mendengar bangkit kembalinya Kymco dengan nama Benson, saya merasa cukup senang sebab ada tambahan pilihan di pasar dan ada produk yang bisa menaikkan kualitas barang di pasaran secara tidak langsung. Mengapa kualitas bisa naik? Ya simpel saja, bukankah hadirnya sebuah produk bisa membawa dampak bagi produk kompetitornya?

Saya punya seorang Om yang dulunya bekerja di Kymco. Memang saya tidak terlalu dekat dengan Om yang satu ini. Waktu Lebaran 4 atau 5 tahun lalu dia bercerita dengan semangat, bahwa Kymco dan teknologi di pabriknya canggih! Si Om saya cerita dengan semangat. Saya sih dengerin aja, namanya juga dia bekerja di situ, ya kemungkinan besar omongan positif itu dikarenakan faktor dia senang bekerja di Kymco, bukan karena memang dia sudah membandingkan pabrik Kymco dengan pabrikan lain. Namun, kalau dilihat, memang produk Kymco saat itu cukup tampil beda, bahkan bebek Spyke saat itu menjadi bebek 4 tak pertama  dengan suspensi Monoshock bukan? Sayang bentuknya yang nyeleneh dan nama Kymco yang belum sedahsyat pabrikan Jepang membuat motor ini tidak laris manis. Produk motor maticnya pun saat itu belum bisa menggoyang keperkasaan motor bebek, sayang….

Untuk pertama kalinya saya mengendarai Kymco sekitar akhir Desember lalu. Saat itu saya menemani teman saya yang mau menggebet mercy Tiger. Karena si Tiger Hitam terlalu boros, kami pakai saja motor yang sebenarnya dititipkan di rumah teman saya itu. Si pemilik yang bekerja di Australia memang sedang menaruh motor Kymconya di rumah teman saya. Kalau tidak salah motor exotis ini bernama Kymco Trend 125 SR  Metica GLX (*thx to Bro Treeweeluu) . Sekitar jam 2 siang, kami pun berboncengan (total berat kami berdua=sekitar 160 Kg hehehe…) dari Pondok Cabe ke Daan Mogot, lumayan jauh lah, dan lewat trek Permata Hijau yang lumayan lengang dan bumpy. Sebelum naik motor, jujur saya meremehkan si silver:

-Bodi gambot, pasti tidak lincah..

-Motor non Jepang, powernya pasti alakadar, ngerung tinggi dan jalan di tempat..

-Velg ring kecil, pasti kerasa banget kalau lewat jalan rusak, pasti kurang sip meredam rusaknya permukaan jalan… Motor bakal sering mentok di polisi tidur..

Ternyata, setelah saya coba, ada beberapa hal yang saya temukan:

-soal power, ni motor asli asoy… digeber hingga 90 Km/jam, masih mau banget nambah, cuma teman saya yang tidak mau ngebut-ngebut, lagian, ni motor orang Bro… Soal akselerasi pun termasuk spontan, padahal saya dan teman saya termasuk gerombolan siberat! Tidak terpikir sebelumnya kalau Kymco punya tenaga yahud!

-Soal peredaman: ternyata ban ring kecil benar-benar bukan kelemahan! Entah bagaimana, sempat motor terpaksa menerabas lubang di kecepatan tinggi maupun rendah: rasanya kaya naik Mercedes! Asli saya bingung sendiri merasakan ampuhnya redaman si Kymco. Mungkin ban gendutnya sanggup meredam permukaan jalan yang sedikit rusak, tetapi untuk lubang yang sebesar tampah,  ini pasti karena kelihaian suspensi dan rangkanya!

-Meskipun ini motor sudah berumur, tidak terdengar bunyi bodi plastik bergetar layaknya yang timbul di motor-motor bebek negara matahari terbit! Singkatnya, soal kenyamanan okeh! Jok, suspensi dan rangka menawarkan kenyamanan berkendara yang prima.

-Soal tampang: kurang oke sih menurut selera saya, tapi exotis! Serasa naik motor CBU!

Kekurangannya:

-lampu depan cukup terang, tetapi terlalu fokus ke tengah, pinggiran jalan kurang dapat penyinaran.

-Bodi terlalu gambot. Sebenarnya di bagian depan dan buritan tidak terlalu bermasalah, tetapi di dek bawah sebaiknya sedikit dibuat lebih ramping agar lebih mudah saat harus menurunkan kaki di tengah padatnya lalu lintas.

-Kurang cocok berkendara di kemacetan, ya karena bodinya yang terlalu besar itu… padahal secara handling cukup lincah!

Petuah Gaib untuk Benson:

1. Jaring sebanyak mungkin calon korban untuk test ride! Masih banyak orang yang skeptis dan memandang remeh Kymco a.k.a Benson! Persilahkan mereka melewati jalan yang justru agak hancur!

2. Lebih perhatikan selera konsumen! Kalau sulit mengubah-ubah desain, minimal dikejar dari pengecatannya! Soal harga tinggi tidak perlu khawatir, justru tunjukkan, kalau harga mahal itu setimpal dengan kualitas dan kepuasan berkendara. Jadikan harga tinggi sebagai senjata, gunakan istilah “berkelas” atau “ekslusif”  untuk meracuni calon korban. Bukankah mereka akan sangat tertarik jika dengan dana 20 jutaan bisa dianggap membeli motor dengan alasan “prestise”?

3. Perkuat hubungan dengan konsumen! Asuh komunitas! Merekalah yang nantinya secara tidak langsung menjadi jajaran “Public Relations” yang paling “beracun”. “Racuni” calon korban dengan kata “lifestyle”. Tahukah Bro, bagaimana VW kodok bisa merangsek ke pasar Amerika Serikat padahal mereka menawarkan mobil dengan teknologi biasa saja dan tenaga yang jauh di bawah mobil-mobil AS sendiri? Yup, “lifestyle” lah yang dijadikan slogan tim marketing VW  Amerika Serikat saat itu!

 

Petuah Gaib by Ki Gede Anue

Foto: HP-Klassikku

Kalau Bro masih ingat pelajaran zaman SMU dulu, pastinya pernah ketemu dengan istilah Nimbus, yup awan-awanan lah… Nah kali ini Bro akan saya perkenalkan dengan motor asalnya tim bola tim dinamit, yakni Denmark. Jangan heran kalau Bro belum pernah dengar nama Nimbus sebagai merk motor, sebab memang jumlah Nimbus yang kalau ditotal relatif sedikit dan sebagian besar produk mereka dijual di Denmark.

Nimbus sendiri pada awalnya lebih dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang alat-alat kebersihan, terutama vaccum cleaner (Nilfisk). Perusahaan ini didirikan oleh seorang ayah dan anak laki-lakinya, yakni P. A. Fisker dan Andreas Fisker. Perusahaan yang berkedudukan di Kopenhagen ini mulai merancang sepeda motor setelah PD II. Sebenarnya Andreas Fisker mulai merancangnya semasa kuliah. Beruntunglah dia yang punya ayah yang mau membantu mewujudkan ide-idenya itu.

Motor mereka bisa diancungi jempol secara kualitas dan teknologi. Perusahaan ini bahkan mengembangkan teknologi suspensi depan teleskopik, yang lucunya di Jerman, BMW pun juga sama-sama sedang mengembangkan suspensi teleskopik. Artinya, sama-sama mengembangkan tanpa tahu satu sama lain!

Pada awalnya, mesin 4 silinder dibangun terpisah, artinya satu blok mesin untuk satu silinder. Akhirnya, keempat silinder ini dicor bareng sehingga menjadi sebuah blok mesin besar. Langkah ini lebih baik bagi pendinginan, sebab jika masih mempertahankan konstruksi lama, silinder yang terletak di bagian belakang mengalami overheat lebih dulu. Artinya, panas mesin tersebar tidak merata, dari satu silinder ke silinder lainnya. Singkatnya, terciptalah mesin 746 cc bertenaga 18 @ 4000 rpm. Mesin ini terus dikembangkan hingga lahirlah mesin yang bertenaga 22 PS @ 4500 rpm. Bahkan, untuk kepolisian Denmark, diciptakan juga mesin yang lebih bertenaga dan berkompresi lebih tinggi.

Contoh yang Bro lihat diatas adalah Nimbus II Luxus kelahiran 1948 . Motor dengan 3 tingkat percepatan ini memiliki mesin 4 silinder 4 tak yang berkapasitas 750 cc. Meskipun besar, mesin ini bertenaga kecil, hanya 18 PS. Soal torsi sepertinya lumayan, sebab motor ini sering juga digunakan dengan sespan. Soal top speed, lumayan lah untuk ukuran motor sebelum tahun 50an, bisa sampai 120 Km/jam (solo dan tanpa sespan). Yang menarik adalah konstruksinya yang gagah. Silahkan lihat rangkanya yang mengingatkan kita pada motor-motor balap Jepang era akhir 80-an. Hanya saja, rangka dari baja yang dibuat pipih ini dibuat memanjang hingga kebelakang sehingga motor ini rigid! Hanya di sektor depan Nimbus yang berpenggerak gardan ini dikawal suspensi teleskopik. Sayang Nimbus harus mengakhiri kariernya sebelum masuk tahun 60-an. Permintaan pasar yang lebih tinggi pada roda 4 dan mahalnya harga bahan baku yang harus diimport membuat Nimbus berhenti diproduksi.

Kini, motor yang bisa dibilang nyaman dan diakui kualitas serta pengerjaannya yang tinggi ini kembali banyak memiliki penggemar. Akibat desainnya yang extra khas dan segenap paket yang awet, tidak heran motor Denmark yang dulunya termasuk motor high class ini mulai kembali dilirik. Di Jerman sendiri terdapat sekitar 250 unit, sedangkan di negara asalnya masih ada 4000 unit. Bagaimana di tanah air? Sampai saat ini sih saya belum pernah melihat penampakannya, baik secara langsung, maupun melalui media terawang gaib.

Sumber:

http://de.wikipedia.org/wiki/Nimbus_(Motorradhersteller)

http://www.motorrad-oldtimer.de/galerie/nimbus-galerie/index.htm

(more info: 931 32 788)

 Suatu hari di parkiran, saya bertemu dengan sebuah Honda Absolute Revo merah yang tertempel stiker di tebeng kirinya. Di stiker itu tertulis: PT AHM, 25.000.000 Production Achievement. Dalam hati muncul pertanyaan: motor bebek yang laris manis ini motor AHM yang ke 25 juta? Wow…. Belum sampai 4 dasawarsa, Honda bisa memasarkan sebanyak itu di Indonesia. Banyak yah…belum termasuk motor-motor produsen lain tuh…

Kalau dilihat dan dipikir-pikir, perkembangan jumlah sepeda motor di tanah air memang sangat pesat. Bahkan dalam setahun belakangan ini, beberapa produsen tak sungkan memperbesar kapasitas produksinya. Artinya: perkembangan bisa semakin pesat! Atau mungkin mereka berpikir: Ombak yang bagus takkan datang dua kali, atau bisa dibaca: inilah kesempatan untuk sebanyak-banyaknya meraih untung sebelum jumlah bahan bakar minyak terlalu langka dan bisa mengancam industri permotoran bermesin bensin. Apapun alasannya, jumlah motor di tanah air pasti bertambah, pertanyaannya: kapan laju pertumbuhan itu terhenti? Apa yang menghentikan? Apakah adanya transportasi umum yang murah dan nyaman? Atau adanya aturan dari pemerintah?

Bro yang wara-wiri di Jakarta pasti merasakan dampak negatif banyaknya orang-orang yang jadi bikers karena terpaksa, ya alasan kalau naik angkot atau mobil tidak cukup waktu lah, yang dibilang tidak ada angkot menjangkau tempat tinggalnya lah…atau sebatas mau ngirit ongkos transport. Intinya: motor tambah banyak, yang jadi masalah: banyak juga yang egois dan main serobot hingga tingkat kemacetan semakin tinggi. Yang naik angkot pun mau tidak mau akan melirik motor sebagai jalan keluarnya.

Nah, apakah jumlah motor baru yang akan mewarnai jalanan ibukota akan bertambah secara tidak terkendali? Atau harus ada program diet atau KB? Di Jerman, saat pemerintah menawarkan Abwraeckpraemie yang mensubsidi konsumen untuk beli mobil baru, si pelamar biaya subsidi harus menyerahkan mobilnya untuk dihancurkan (program subsidi per mobil sebesar 2000 Euro ini untuk menyelamatkan industri mobil Jerman yang tertimpa krismon 2.0). Dengar-dengar, di Singapur juga ada aturan yang mirip: saat seseorang membeli mobil, dia harus menyerahkan mobil lamanya untuk dihancurkan. Buat kita-kita yang berekonomi pas-pasan tentunya kebijakan ini terlihat kejam, tetapi di sana memang harus begitu agar jalanan tidak stagnan dan timbul chaos.

Bagaimana di Indonesia? Apakah kebijakan yang sama akan diberlakukan agar jalanan tidak macet-macet amat? Sampai saat ini sih baru ada aturan yang melarang memasukkan motor second berplat nomor daerah ke Jakarta. Namun, jumlah itu sepertinya tidak seberapa  jika dibandingkan jumlah motor baru yang masuk ke ibukota.

Saya sempat membaca program Honda Jerman di majalah. Mereka menghargai motor second (tanpa menyebut mereknya harus tertentu) sebesar 1500 Euro. Jumlah sebesar ini digunakan sebagai potongan harga bagi mereka yang mau menggebet motor baru Honda. Nampaknya inipun sudah menjadi langkah Honda Jerman untuk mengendalikan jumlah motor bekas yang bisa jadi dianggap menggangu pemasaran motor baru, mengingat jalanan Jerman masih bisa dibilang bebas macet.

Bagaimana di tanah air, apakah akan ada program serupa untuk mengendalikan populasi motor dan meminimalisir kemacetan? Tampaknya sih tidak tuh…bukannya kalau semakin macet, semakin banyak orang yang naik motor????

Berhubung garasi tambah penuh aja (dengan rongsokan-red), maka dijual sajalah:

BMW R25-3 tahun  1955  (surat STNK, BPKB asli bawaan)

Kondisi terawat, mesin baru di-rebuild total

90% (katanya sih..-red) orsi…

(hubungi: 0816 135 1838)

nb: Achtung Bro sekalian, ijk ga ikut-ikutan yah, cuma bagi info…..

 

Maaf, sudah laku, terimakasih atas perhatiannya…

Kalau produsen motor di Indonesia kebanyakan mengiklankan motornya seakan-akan bertenaga extra dahsyat, bisa jadi hasil penelitian mereka terhadap selera pasar memaksa demikian. Artinya, mayoritas calon konsumen harus diyakinkan, bahwa motor yang dipasarkan memang bertenaga extra dahsyat, minimal sanggup mengasapi lawan-lawan sekelasnya lah… Sekarang pertanyaannya, apakah motor yang powerfuuuullll harus diiklankan berlebih-lebihan dahsyatnya? Yang ngebut ga karuan lah..yang bikin mental orang ampe ke genteng lah…

Kebetulan saya ketemu majalah luar tahun tua, Motorcyclist edisi Maret 1996. Majalah ini mengkomparasi motor 600 cc Jepang terbaru saat itu, yakni Honda CBR 600 F3, Yamaha YZF-600, Suzuki RF 600 dan Kawasaki Ninja ZX-6R. Dari hasil komparasi, CBR 600 F3 yang digelontorkan Honda untuk menggantikan versi F2 tampil sangat dominan di semua lini. Kontestan lainnya bisa dibilang dibuat babak belur di semua lini, baik tenaga, top speed, stabilitas, handling, jarak tempuh hingga konsumsi bahan bakar. Hanya Ninja saja yang sanggup merusak ajang sapu bersih CBR 600 F3, ya seperti biasa= mesin yang paling powerfull dan top speed terbaik.

Di majalah itu juga terpampang iklan CBR 600 F3 yang tampangnya sangat mirip Honda NSR 150 R biru-ungu-kuning. Motor digambarkan  dalam keadaan diam, dan foto lainnya diperlihatkan dalam keadaan menikung hingga si rider bisa menggaruk dengkulnya yang kegatelan ke aspal.

Yang menarik di sini sebenarnya bukan spek mesin ataupun bodi+teknologi keseluruhan+suspensi. Aspek-aspek itu hanya digambarkan dalam data, jadi tanpa embel-embel kalimat yang berapi-api. Justru yang bagi saya pribadi “membuat terpana” adalah kalimat di bagian akhir=”And please, always ride responsibility  responsibly.”

Dari sudut pandang sesat: itu motor asli kueeenceeeng…jadi yang bawa harus orang yang punya tanggung jawab, yang otaknya lebih kenceng dibanding nafsunya!

“masih penasaran sama michael schumacher, gara2 dia comeback
akhirnya ketemu juga, michael’s heartbeat rate sampe 200 bpm.”

Endurance and cardiovascular fitness is achieved by aerobic exercise, many drivers choosing activities such as running, mountain biking and cross country skiing, where the pulse rate can be raised over a lengthy time period to simulate race conditions. Whereas ‘normal’ people have a pulse rate of around 70 beats per minute at rest, drivers can have pulse rates as low as 40. When racing their rates can raise in the region of 150 – 160 beats per minute for up to a two hour period, Michael Schumacher aims to keep his heart rate at 140 beats per minute throughout a race. In times of stress this race pulse rate can raise as high as 200 beats per minute or higher – a level which would lead normal people to seriously collapse. A driver’s cardiovascular training is therefore imperative to make sure the heart is working at maximum capacity and can recover quickly. In extreme exercise conditions, David Coulthard can raise his heart rate to over 190 beats minute yet can return to a resting pulse of below 50 beats per minute in five minutes.

http://www.btinternet.com/~rhobbs/physical.htm

edun

Itu tadi text dalam bahasa Inggris yang disampaikan juragan celengan Jombloati. Menarik sekali membaca cuplikan teks ini. Setelah membaca (dan mengerti tentunya), semakin jelas terbayangkan pentingnya olahraga teratur yang dapat meningkatkan kinerja jantung. Apa maksudnya meningkat? Artinya jantung dilatih untuk berdetak jauh lebih cepat di atas kecepatan normal, karena selama balapan berlangsung mau tidak mau jantung akan berdetak jauh lebih cepat.

Berhubung latihan menggunakan mobil balap mahal dan kalau tujuannya hanya untuk meningkatkan kinerja jantung tersedia cara lain yang lebih ekonomis, maka olahraga semacam ski dan mountain bike bisa diandalkan! Detak jantung seorang pembalap bukan hanya harus bisa berdetak extra cepat, tetapi juga harus sanggup pulih ke keadaan normal dengan cepat pula…saya jadi ingat, sebelum ke Jerman pun saya harus menempuh test fisik. Detak jantung sebelum melakukan squat jump diukur, kemudian saya disuruh melakuakn 30 kali squat jump misalnya, setelah itu detak jantung per menitnya harus kembali diukur. Nah, 5 menit setelah itupun kembali diukur. Dari situ bisa terlihat, berapa detak jantung normal, berapa detak jantung saat dipaksa bekerja keras dan seberapa cepat detak jantung bisa kembali turun alias pulih. Bayangkan, itu saja semata untuk mendapatkan surat keterangan sehat, bukan mau jadi pembalap!

Di teks hasil terawang gaib Jombloati diterangkan, jantung David Coulthard sanggup berdetak hingga lebih dari 190 kali per menit, dan dalam 5 menit bisa turun kembali ke 50 detik per menit (detak jantung manusia normal 60-70 kali per menit). Bahkan Schumi punya jantung yang sanggup berdetak hingga 200 kali per menit, dimana di orang biasa, kecepatan detak jantung 200 kali per menit bisa bikin kolaps! Tidak heran makanya badan saya waktu itu gemeteran sendiri!

Kenapa begitu penting bisa mengontrol detak jantung yang tinggi? Ya karena pembalap di atas kendaraannya otomatis bergelut dengan detak jantung tinggi, bahkan sangat tinggi! Apa jadinya kalau pembalap profesional tidak terbiasa dengan detak jantung mereka sendiri yang extra tinggi? Ya gaya balapnya bisa ngawur, racing line bisa berantakan, buka gas bisa terlalu nafsu, strategi jadi tidak jalan, tingkat intelegensia pun turun karena termakan nafsu yang terpengaruh kecepatan extrem detak jantungnya (sotoyberat.de). Tidak percaya kalau detak jantung mempengaruhi kemampuan berpikir kita? Silahkan lari sprint 100 meter sekencang-kencangnya, sesampainya di finish, coba, apakah badan Ente bisa langsung diam tak bergeming? Apa Ente bisa langsung berkonsentrasi dan mengerjakan soal matematika berupa tambah-tambahan yang tidak menggunakan angka bulat?

Bagi kita sebagai bikers, safety riding sudah merupakan kewajiban yang berdasarkan kesadaran yang pada intinya untuk diri kita sendiri. Bagi produsen, safety riding pun punya arti tak kalah penting, bahkan sangat penting bagi ke-safety-an karier mereka sebagai produsen motor.

Kenapa sangat penting? Kok produsen sangat memperhatikan keselamatan bikers? Kok kaya yayasan aja? Begini Bro, produsen motor itu kan perusahaan, tujuannya pada intinya ya mencari keuntungan. Kalau produsen mengkampanyekan safety riding, bukan berarti mereka memiliki “tujuan mulia” layaknya yayasan, tetapi ada tujuan lain yang sebenarnya ada di situ: mencari untung!

1. Sekarang perhatikan saja dibalik media-media yang digunakan untuk mengampanyekan safety riding, apakah nama atau logo si produsen tidak terlampir di media-media yang mereka gunakan untuk mengampanyekan safety riding? Sebagai contohnya, lihat nih artikel dari warung pink:
http://jombloati.wordpress.com/2010/03/01/iseng-iseng-foto-himbauan-safety-riding-surabaya

Nah, enak kan, bisa beriklan sekaligus mewujudkan langkah sumbangsih sosial sebuah perusahaan untuk masyarakat. Dengan banyaknya iklan yang sambil menyelam minum pertamax ini, secara tidak langsung produsen menanamkan image baiknya di masyarakat.

2. Safety riding buat mendukung kebijakan marketing! Oke, kita bicara terbuka saja… Di acara ultah KOBOI lalu, motor apakah yang dikedepankan pihak AHM sebagai sponsor? Jawabnya: bebek injeksi dan matic. Dalam kesempatan kali itu, sudut pandang sesat melihat besarnya niat AHM untuk merajai kelas matic yang memang dibilang mas Tri beberapa kali akan memiliki pasar terbesar. Prasangka saya sangat kuat, mengingat tidak satupun motor batangan AHM dihadirkan di acara itu. Target AHM untuk menjadi juara di kelas matic yang notabene semakin besar bagian kuenya secara keseluruhan semakin jelas terlihat atas jawaban pihak AHM tentang kehadiran motor sport Honda berkapasitas 250 cc. Katanya sih: kita disuruh ngumpulin duit dulu (bisa diinterpretasikan: demandnya terlalu kecil). Adanya gerakan sarfety riding yang dikompori AHM bisa diinterpretasikan sebagai “tameng” mereka atas kebijakan yang ingin mengedepankan safety riding. Begini, secara tidak langsung: motor matic=safety, motor sport cc besar=tidak safety (untuk kondisi Indonesia).
Padahal kalau kita baca dengan sudut pandang sesat: motor sport cc besar=tidak safety untuk keuangan AHM.

Nah dengan adanya “usaha” untuk mengedepankan safety riding, maka AHM punya alasan untuk menggenjot penjualan motornya yang “safety” itu. Niatan AHM untuk menguasai market matic tanah air bisa disimak di tulisan mas Tri berikut ini:
http://triatmono.wordpress.com/2010/03/04/ambisi-honda-meraih-50-market-share-skutik-ancaman-serius-buat-para-kompetitor
Motor bebek yang masih menguasai segmen pasar terbesar pun ikut digiring ke arah yang lebih “safety”. Ini bisa terlihat dengan diciptakannya bebek matic yang menggabungkan kemudahan berkendara ala matic, bentuk lebih konvensional ala bebek dan fitur safety untuk semakin menguatkan “tameng” safety riding itu. Contoh fitur-fitur safety dan penjualan bebek matic yang diperkirakan kedepannya laris manis itu bisa dilihat di tulisan mas Taufik:
http://ninja250r.wordpress.com/2010/03/02/fitur-fitur-safety-pada-bebek-matik-honda

Jelas kan sekarang, kenapa kampanye safety riding bisa dijadikan “tameng” dari kritik pedas terhadap AHM yang enggan turun penuh di segmen motor sport. Kan AHM mengedepankan safety….(mau jualan yang laku keras aja-red).

3. Safety riding pada intinya memang harus dikedepankan agar para bikers bisa hidup senantiasa sehat dan tidak celaka di perjalanan. Bayangkan saja kalau misalnya 30 orang per hari tewas di jalanan tanah air… Nah dalam setahun berapa???? Dan bayangkan, mereka itu adalah bikers, artinya bagi pabrikan: mereka adalah konsumen atau pasar atau calon pembeli potensial. Nah, kalau dalam sehari saja produsen kehilangan (anggap saja) 5 orang calon pembeli potensial, setahun mereka kehilangan berapa? Jangan juga dikesampingkan orang-orang yang saat ini masih menggunakan jasa angkutan umum ataupun naik mobil pribadi. Apakah orang-orang ini akan tertarik naik motor (baca: ikutan beli motor), kalau mereka menyaksikan tindakan bikers yang ugal-ugalan? Melihat bikers kejang-kejang meregang nyawa di jalan? Artinya, semakin banyak jumlah bikers yang tidak mengedepankan gerakan safety riding di jalan, semakin sempit juga pasar para produsen motor!

*Teks tentang safety riding ini dijabarkan dari sudut pandang sesat.

tersesat muter-muter

  • 2.531.478 x 1000 rpm

Waspadalah! Mungkin saya menyesatkan Anda....

Telah Menyesatkan

hmmm

Top Clicks

Follow Motorklassikku on WordPress.com