You are currently browsing the monthly archive for Februari 2009.










Banyak bikers yang terpaksa menghancurkan impiannya sendiri untuk memelihara motor klassik karena mendengar besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk merestorasi ataupun membuat knalpot doi tetap mengebul. Salah satu diantara bikers itu adalah saya.
Bukan hanya harganya saja yang bikin mata melotot, bahkan mata hatipun ikutan melotot. Untuk mendapatkan onderdil motor klassik tidaklah mudah. Mereka yang gemar motor klassik harus sering-sering ngubek loakan atau cari info sana-sini. Kalaupun sudah ketemu barangnya, belum tentu harganya jodoh lho..Maklum, barang langka, bahkan yang orisinal sebagian besar sudah tidak diproduksi lagi. Sesuai hukum ekonomi lah, kalau banyak permintaan, otomatis yang si pemilik barang jadi jual mahal. Cara lainnya adalah langsung memesan keluar negeri. Meskipun barangnya relatif lebih tersedia, harganya juga tidak bisa dibilang murah lho…wong bule-bule banyak yang rebutan juga…
Coba kita lihat bareng-bareng bagaimana puyengnya memikirkan harga barang untuk merestorasi motor klassik. Biar mudah, kita ambil kasus yang belum pernah terjadi alias rekayasa saya. Misalkan ada seorang teman yang baru mendapatkan BMW R25/3 bersurat dengan harga 30 juta. Mahal ya??? Itu belom paling mahal Bro, itu sih standard lah.. masih perlu renovasi sana-sini. (Sebagai info: Di Jerman sendiri, harga BMW R25/3 kondisi 1a alias full orisinal seperti baru keluar pabrik dihargai 6900 Euro)
Oke, kita anggap si R25/3 itu butuh sepasang bantalan di tanki, sepasang emblem baru, mur knalpot, dan sepasang grip gas Magura. Eh ternyata tenaga mesin sudah ngempos…Pas dicek, ternyata kompresinya sudah lemah dan butuh piston baru. Nah, mules-mules deh tuh si empunya…Kita rinci ya:
1. Sepasang grip gas Magura: 15 (2×7,5) Euro
2. Satu mur knalpot:25 Euro
3. Sepasang emblem tanki: 52 (26×2) Euro
4. Sepasang bantalan tanki: 76 (38×2) Euro
5. Piston kedoyanan BMW single engine (Nüral): 128,9 Euro
6. Ongkos kirim ke Jakarta dengan paket kilat hingga 2Kg: 25,8 Euro (naik 2 Euro Bro..kemaren, 09.02.09, ngirim barang ongkosnya jadi 27,8 Euro)
Total: 322,7 Euro.
Berdasarkan pengalaman saya, waktu itu sempat mengirim paket senilai 190 Euroan, pajaknya nyaris Rp. 800.000, 00. Nah Kalau 1 Euro kita anggap Rp. 15000,00, maka untuk melunasi barangnya saja (tidak termasuk pajak) sudah Rp. 4.840.500,00. Lumayan nendang kan? Itu beli sendiri lho..kalau lewat pedagang mah naik lagi lah pastinya… Belum ongkos pasangnya yang tidak semurah bengkel motor umum..maklum, butuh skill yang jarang dijumpai…Jadi, kalau masih ada yang menganggap main motor tua alias motor klassik murah, ya tidak benar itu… tergantung motor dan mereknya juga lah. Mungkin untuk belajar terjun ke segmen ini bisa dimulai dengan merawat Honda CB 100…
Foto: HP-Klassikku

Nah, kebetulan saya menemukan artikel menarik di katalog motor yang beredar di Jerman di tahun lalu. Ternyata tidak rumit kok, mudah dimengerti lah, tetapi bisa jadi bahan perdebatan juga lho karena ketidakkonsistenannya..
Pabrikan yang didirikan Michio Suzuki ini tidak neko-neko dalam memberi nama motor. Kodenya menyimbolkan spesifikasi teknis si motor. Namun, kalau kita tidak mengerti rahasianya, susah juga kan. Begini lho: G itu bukan plat kendaraan Tegal, tapi digunakan untuk motor yang habitatnya di jalan aspal. S sendiri mewakili mesin-mesin 4 tak. X berarti mesin motornya memiliki 4 klep per silinder. Nah, R itu paling gampang, Racing! Jadi GSX-R artinya….tahu sendiri lah, gabungin aja semuanya.. Namun, pasti Bro yang kenal sama motor-motor Suzuki lainnya merasa ada kejanggalan. Memang, ada yang tidak konsisten lho…misalnya, Suzuki TS..apakah S untuk mesin 4 tak??!!! Contoh lainnya di jajaran Suzuki Bandit/ GSF, ga ada X-nya kan? Padahal Bandit satu silindernya punya 4 klep juga lho.. Nah kalau F di Bandit itu singkatan dari Four, jumlah silindernya.
Kawasaki
Jurus singkat menyingkat di perusahaan yang didirikan Shozo Kawasaki ini agak-agak tidak jelas. Kenal Kawasaki seri GPZ kan? Salah satunya ya yang beken gara-gara dinaikin Tom Cruise di film Top Gun, itu lho film tentang penerbang pesawat tempur USA yang dikloning sama insan film Indonesia jadi Perwira Ksatria yang dibintangi Dede Ucup bin Sanusi dan Doni Damara Blezynski. GP itu singkatan Grand Prix, sedangkan Z untuk menandai kalau mesinnya 4 tak. Kalau huruf X di jejeran motor ZX Kawasaki menandakan motor itu motor sport. Nah R-nya sendiri seperti biasa: Racing, contohnya ya ZX-6R dan ZX-10R. Bagaimana dengan moge untuk pemula, si ER-6? Huruf E disini artinya mesin 2 silinder sejajar. Nah, kalau huruf R letaknya sebelum strip (-) artinya itu motor sport, tetapi bukan motor balap lho…
Yamaha
Bagaimana urusan singkat menyingkat di perusahaan yang didirikan Torakusu Yamaha ini? (masih ada hubungan sama Tora Sudiro ga ya??). PR Yamaha Jerman menjelaskan begini: Y itu ya untuk Yamaha, Z untuk 4 tak, sedangkan F untuk 4 silinder dan R ya Racing pastinya…masa Raden…Nah ada banyak ketidakkonsistenan kan..apakah RX-Z, F1ZR dan 125 Z, mesinnya 4 tak????!!! Terus Zaenudin MZ mesinnya 8 tak ya?? kan Z-nya ada 2… Kalau Bro ingat YZR 500, itu lho, andalan Yamaha di GP500, kan mesinnya 2 tak tuh. Belum lagi TZR yang juga 2 tak..Jangan-jangan PR Yamaha Jerman ngaco nih ngasih informasi. Kalau benar, artinya Z bukan kode untuk mesin 4 tak. Atau mungkin ada standard lainnya di Yamaha??? The truth is out there…..
Menjual Nama Besar
Tahun 90an, pasti kita masih terpukau kalau ada orang yang bilang di rumahnya nangkring CBR. Hari gini, biarpun termasuk mahal, tetapi sudah lumrah…ya dengan hadirnya si CBR 150. Nama CBR yang melegenda di dunia motorsport memang punya nilai jual tersendiri. Tidak hanya si CBR 150, CBR 125R juga termasuk motor yang menyandang nama besar CBR. Pernah membayangkan, seandainya kedua CBR mini ini tidak menyandang nama CBR? Apakah bisa selaris saat ini? Hal yang sama juga bisa kita lihat di produk Yamaha. Apakah YZF-R125 bermesin 4 silinder?? kan ada F-nya? Begitu juga dengan Kawasaki. Apakah ZX130R memang motor sport untuk balap??
Tampak jelas kan kalau nama besar moge-moge pabrikan tersebut dikerahkan untuk menaikkan daya jual motor-motor berkapasitas kecil mereka. Pabrikannya saja sudah tidak konsisten, jadi jangan salahkan kalau sebagian pemilik Suzuki Thunder 250 menyebut motor mereka GSX 250 dan sebagian pemilik Yamaha V-ixion menjuluki motor kesayangannya FZ150. Itulah arti kebesaran sebuah nama……
Sumber:
Katalog. Alle Motorräder in Deutschland 2008.
Foto: HP-Klassikku









Kata yang tersesat