You are currently browsing the monthly archive for Agustus 2015.
Dynojet adalah sebuah merk yang sering digunakan untuk mendeskripsikan mesin pengukur tenaga kendaraan, kalau di pasta gigi ya Odol dan kalau di mie Instant Indomie dan Aqua di air mineral kemasan. Saya pakai istilah dyno saja ya..Harusnya dinamometer sih..tapi kepanjangan hihi…
Selama ini kita tahu bahwa yang tertera di pabrikan adalah tenaga di kruk as yang ujung-ujungnya pasti lebih kecil jika diukur dengan dyno, sebab yang terukur dan dibaca di layar komputer adalah tenaga di roda belakang. Nah, ada hal menarik yang saya baca di artikel di Motorradonline tentang pengukuran tenaga kendaraan ini.
Ternyata, dyno itu memang mengukur tenaga mesin di ban belakang (ban penyalur tenaga mesin) dan tidak bisa mengukur tenaga mesin di kruk as! Menurut artikel ini, tenaga mesin di kruk as itu bisa diperhitungkan, bukan diukur! Jadi, yang diukur hanya tenaga di ban dan kemudian diperhitungkan berapa tenaga di kruk asnya!
Jadi, sistem mengukur, seberapa cepat roll diputar oleh roda belakang motor. Di sini terukurlah akselerasinya dan diukur tempo yang diperlukan untuk berakselerasi. Dari akselerasi ini, computer memperhitungkan berat roll dan tenaga yang diperlukan untuk memutar roll. Dari situ, muncullah torsi maksimum dan tenaga puncak motor di ban belakang! Tentu saja, motor digeber hingga sampai kena limiter untuk mengetahui karakter power band dan tenaga maksimalnya. Kalau Bro mau lebih tau itung-itungannya dengan rumus, ada di artikel yang linknya saya beri, tetapi saya terlalu dodol untuk menjelaskannya hehe..
Nah, kembali ke tenaga maksimal di kruk as. Sekali lagi, tidak bisa diukur, tetapi diperhitungkan setelah mendapatkan tenaga maksimal di ban belakang. Selain itu, komputer akan memperhitungkan berapa tenaga yang hilang akibat friksi. Hilangnya power akibat friksi ini karena ada medium perantara antara kruk as hingga ban belakang, yakni rantai, final gear, gear ratio dan kopling. Ban juga berpengaruh di sini. Semakin kasar kembangan ban, semakin besar juga tenaga yang hilang. Oleh karena itu, untuk bisa memperhitungkan tenaga motor di kruk as, motor enduro atau trail diganti dulu bannya dengan ban streetbike.
Hasil pengukuran di roll ditambah penghitungan kehilangan power akibat unsur-unsur tadi pun digabungkan. Jadi, kalau tenaga di roda belakang 180 PS, berarti di kopling lebih besar tenaganya. Nah, berapa tenaga di kruk as? Kalau berdasarkan standard Eropa, tenaga di kopling dibandingkan tenaga di kruk as, maka tenaga di kruk as ditambahkan 2 % tenaga di kopling. NAh, kalau di kopling saja sudah 200 PS, berarti tenaga di kruk as diperhitungkan jadi 204 PS.
Nah, untuk mendapatkan hasil yang sama, ya tentu harus fair ke semua motor. Mulai dari oli, bahan bakar, ketegangan rantai, peluamasan rantai hingga tekanan ban harus sama. Bahan jenis ban dengan kompon lunak pun akan mengurangi tenaga mesin! Semoga bisa menambah wawasan yang tersesat ke sini ya..
Sumber:
http://www.motorradonline.de/rat-und-tat/leistungsmessung-pruefstand-bei-motorrad-tests/658604
Di Indonesia, Yamaha XS650 sangat digemari, terutama mesinnya… Kalau beli Honda CB450 Blackbomber harganya amit-amit, maka XS650 yang masih amit-amit juga juga sebenarnya lebih pemaaf. Bagaimana tidak, mesin XS650 dibanderol 30 jutaan. Meskipun begitu, tetap saja laku, terutama bagi para penggemar motor custom. XS650 dengan konfigurasi inline twin 4 tak 650 cc bertenaga 50 PS menjadi dambaan. Mesin pun bentuknya cantik… suaranya pun HD aka Hampir Davidson.. Lari pun ga malu-maluin…
Kata yang tersesat