You are currently browsing the monthly archive for Juli 2014.
Vespa berhasil membuat image: naik Vespa = lifestyle. Image seperti ini mahal Bro.. tidak bisa didapat setahun-dua tahun, tak bisa didapat dengan main keluar atau investasi duit jor-joran. Ingat, selain faktor produk itu sendiri, faktor komunitas dan invisible hand main peranan di sini.
Semenjak Vespa berani jualan yang buatan Vietnam, jelas terlihat mereka semakin laris manis, maklum, harga terjangkau. Namun, seterjangkau-terjangkaunya modern Vespa, tetap tidak ekonomis dibandingkan dengan matic-matic keluaran negeri sakura.
Di satu sisi ini tentu baik bagi Vespa, sebab income semakin banyak dan orang yang merasakan produk mereka semakin banyak. Tak kenal maka tak sayang kan… kalau orang sudah jatuh cinta, pasti dia akan bilang: terimalah kekuarangannya.. Atau Vespa tuh lifestyle…
Mengkritik Vespa sama saja tak kenal lifestyle dan ga punya sense of style wkwkwk… Sampeyan bakal kelihatan dongo kalau membanding-bandingkan Vespa dengan matic Jepang, kalau ukurannya ekonomis. Vespa sudah begitu menguasai mind set banyak scooterist dan bikers. Nah, kebayang nggak kalau Honda Scoopy atau Fino keluaran Vespa? Dijual 50 juta juga ludes!
Ada satu yang enak dari modern Vespa, ketika pengguna mengkritik produk ini, relatif aman dibandingkan mengkritik produk Jepang. Si pelempar kritik tak akan kena cemooh atau dituduh fans fanatik. Itulah enaknya, kalau pemilik produk ini rata-rata lebih berpendidikan dan tingkat ekonominya sudah lumayan. Naik motor bukan cari murah, tetapi cari feeeeeeel……..
Enak banget ya sekarang jualan Vespa… meskipun begitu, tak bisa selamanya mengandalkan jualan lifestyle. Vespa harus bisa terus inovasi dan meningkatkan kualitas produknya. Masalah-masalah modern Vespa pelan-pelan mulai muncul. Salah satunya saya lihat sendiri kemarin. Entah ini bawaan pabrik atau bukan, ada Vespa S yang lampu belakangnya ngecembeng air! Saya ngelihatnya sampe ilfeel sama motor yang satu ini, padahal sempet naksir juga sama yang type S. Mungkin sempat dibongkar, tetapi masangnya yang tak benar ya???
Masalah sambung-sambungan body kedepannya juga perlu diperhatikan. Ada teman yang kepincut Primavera, tetapi sampai di showroom dan melihat di bagian tengah bawah, doi mengurungkan niatnya. Katanya sih: kurang rapih! Gue tunggu yang Super aja keluar.. Nah, sekarang yang Super sudah keluar, tetapi saya belum ketemu dia lagi.
Mengenai Vespa=Lifestyle, sekarang juga sudah berubah. Vespa tua itu lifestyle karena memang lifestyle murni… sedangkan modern Vespa itu lifestylenya sudah bercampur duit! Lifestyle=berduit, tajir! Brotherhood di kalangan modern Vespa dan Vespa tua juga ada saja lho yang mempertanyakan…
Mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang biasanya tidak menjadi mata pelajaran favorit para pelajar di kota manapun dan di tingkat manapun dengan berbagai latar belakang sosial manapun (lebaystyle.de)
Namun, tidak tahu sejarah bisa membuat kita terlihat dongo de la dodol… Tak usah lah sejarah bangsa yang jelas-jelas penting, sejarah permotoran yang baru beda satu dasawarsa saja sudah mulai dilupakan, padahal ngakunya anak motor, anak balap, anak racing dan anak berpendidikan.
Salah satu motor yang super duper terkenal di jamannya dan mulai terlupakan adalah Aprilia RS 125. Padahal motor ini di daswarsa ini masih terbit! Ya, tetapi bisa dimaklumi, sebab yang terbit sekarang tak seganas dulu akibat restriktor, katalisator demi terciptanya motor yang ramah lingkungan. Motor 2 tak dibuat ramah lingkungan, tentu jelas habislah si motor 2 tak itu, sebab keunggulannya di soal power pasti terkebiri.
Keterlupaan ini ditambah lagi tayangan yang hanya menampilkan kelas Moto2 dan MotoGP, sedangkan Moto3 terabaikan. Kalau zaman dulu, selain kelas 250 cc a tak ditayangkan, kelas 125 cc 2 tak juga masih ditayangkan, meski dipotong-potong durasinya. Banyak ABG sekarang sudah tak kenal motor 125 cc 2tak, meskipun mereka mengidolakan Valentino Rossi. Sebagai fans, kalau saja mereka mengulik-ngulik sejarah sedikit, tentu tahu, RS 125 pernah digeber Rossi dan membuat the Doctor mengumandangkan lagu kebangsaan Italia di Sentul 1997. RS 125 memang begitu berjaya saat itu, hanya bisa sesekali saja ditandingi Honda RS 125 (kalo ga salah), sedangkan TZR Yamaha seperti buat lucu-lucuan saja, beda jauh dengan ganasnya YZR 500 di kelas tertinggi.
Nah, minggu lalu saat tersesat ke tempat mal praktik Mbah AAL di Depok, saya ketemu salah satu piaraan Mbah AAL, sesosok RS 125 dengan mesin Rotax 123. Mesin ini standarnya bertenaga 31,27 PS / 21 Nm dan hanya membopong motor berbobot kosong 144 Kg. Kalau lihat di Wikipedia, top speednya hanya 155 Km/jam. Eitss… berhubung ini Wikipedia Jerman, 155 Km/jamnya saya rasa jujur hihihi….
Melihat fitur dan merk-merk vendor yang menempel di RS 125, jelas, ini bukan barang murah. USD, velg lebar, rem cakram lebar, lengan ayun alumunium kekar dan frame alumunium berbobot kalau tak salah hanya 8,75 Kg, semuanya membuat pencinta motor balap ngiler-ngiler. Ga heran, kalau sudah turun di trek GP 125, bobotnya 90 Kg an dengan power mencapai 50 PS!
Kalau Bro punya duit 40 juta dan ingin tampil eksklusif, gagah plus power mumpuni, RS 125 layak banget diuber. Tak perlu takut soal parts dan perawatan, sebab ini motor bejibun di Eropa sana dan partsnya mudah didapat. Kalau mau service atau cari parts bisa langsung hubungi AAL (0856 838 0856). RS 125 memang piaraannya sehari-hari, jadi sudah kenal dengan cabe paprika berasa cabe rawit ini…
NAh, kembali kenapa belajar sejarah itu penting. Ada suatu kejadian saat Aal sedang di sebuah bengkel dan disana ada anak muda gaya penunggang Ninja 250 yang tertarik sama sosok RS 125 Aal.
Si pemuda (P) itu bertanya: berapa cc mas?
A: 125 cc…
P: Ah yang bener? Ga kegedean badan nih? Kan ccnya kecil?????
A: Kenceng kok.. mau test?
Mekanik yang ada di bengkel itu pun nyeletuk: awas, kenceng tuh…
Singkat kata adu drag Ninja 250 dan RS 125 pun terjadi. (RS 125 sudah pakai knalpot Arrow lho…)
Daaan……… Ninja 250 tertinggal lumayan jauh di trek lurus itu…
Saat kembali ke bengkel, si pemuda tampak terkejut dan terkesima.. motor yang kapasitasnya 2x lipat dan 2 silindernya dibuat tak berkutik.. Doi pun kembali bertanya dengan antusias:
P: Kok kenceng banget ya?
Aal pun menjawab: kan ccnya kecil………
*Begitulah ceritanya, entah benar entah tidak atau saya salah memahaminya…..
Kata yang tersesat