You are currently browsing the monthly archive for September 2010.
Ducati kembali memanfaatkan nama besar motor sejuta umat mereka, yakni Ducati Monster. Ducati meluncurkan monster ganteng mereka yang bisi mengisi kelas menengah yang menjadi kompromi antara Monster 696 dan Monster 1100 yang saat ini dipasarkan, ya kira-kira mirip dengan Suzuki yang masih menyediakan Gixxer 750 yang menjembatani Gixxer 600 dan Gixxer 1000.
Secara fitur sendiri tidak ada yang terlalu istimewa. Velg dan lengan ayun Alumunium bukanlah sesuatu yang eksotis. Model pun tidak berbeda dengan yang sudah beredar. Ducati pun flexibel saja dan tidak banyak keluar biaya untuk menerbitkan monster yang ini, sebab mereka hanya menggunakan mesin yang sudah ada, yakni milik Supermotard yang berkapasitas 803 cc. Mesin V-twin 90 derajat bertenaga maksimum 87 PS @ 8250 rpm dan bertorsi maksimum 78 Nm @ 6250 berpendingin udara ini cukuplah untuk hepi-hepi, dan tentunya melanjutkan karier Ducati Monster sebagai motor sejuta umatnya Ducati. Sayang juga sebenarnya, kalau yang dikeluarkan 250 cc, rasanya biker Indonesia banyak yang siap-siap daftar jadi anggota DDOCI xixixixi…
Di Indonesia, ada beberapa pom bensin yang beken dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Namun, di kalangan pencinta motor klassik Jawa, ada satu pom bensin yang dianggap surga, pom bensin yang wajib disinggahi kalau melintas di dekatnya, yakni di daerah Probolinggo. Kalau berkendara ke arah timur, maka pom bensin ajiip ini terletak di sebelah kanan jalan.
BMW Edan Klub menyempatkan diri mampir di pom bensin milik seorang pengusaha yang katanya tinggal di Bali dan punya bisnis travel bis ini. Sayangnya saat mampir, baik berangkat maupun pulang, selalu malam hari, sehingga sulit untuk mengambil gambar koleksi kendaraan klassik yang bikin jantung nyut-nyutan jauh lebih cepat dan bikin banyak penggemar cenut-cenut kepalanya.
Kalau tidak salah, menurut sang kuncen, pom bensin ini menyimpan 18 motor klassik. Motor klassik yang dipamerkan pun bukan motor sembarangan, banyak yang masuk kategori langka, dan semuanya dalam keadaan top abis! Benar-benar kelas kontes dan original. Tadinya motor-motor ini bisa didekati, ditunggangi dan diamati lebih dekat, karena memang diparkir dan dipamerkan di ruang terbuka. Namun, semenjak salah satu motor Norton kehilangan tutup bensinnya, motor-motor yahud ini pun dipamerkan di dalam ruangan kaca, sehingga penggemar tidak bisa lebih dekat dan ngelus-ngelus motor-motor antik ini. Sebagian lagi dijual dan dipindah karena mungkin ruangannya yang terbatas.
Luar biasa memang surganya motor klassik di Probolinggo ini. Jadi, kalau lewat daerah Probolinggo, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan sendiri aura motor-motor klassik kelas wahid di sana, nggak rugi!
Foto: HP-Klassikku
Jangan kaget kalau gambar yang terpampang bukan gambar mesin superbike, melainkan tampang pembalap senior Australia, Troy Corser. Pembalap berusia 38 tahun ini bisa dibilang cukup tua untuk ukuran pembalap aktif yang berlaga di tingkat dunia. Namun, kemampuannya merngembangkan motor dan masih kompetitifnya doi membuat BMW memperpanjang kontraknya, sehingga pembalap yang membawa S 1000 RR dua kali podium 3 ini bisa kembali disaksikan aksinya diatas superbike terkuli saat ini.
Beralih ke soal V4 vs 4 inline, ada komentar doi yang bisa sedikit memberikan gambaran pada kita tentang perbedaan kedua mesin ini. Seperti sudah kita ketahui, Max Biaggi yang sudah sama seniornya dengan Corser akhirnya bisa kembali merengkuh juara dunia lagi, dan kini di WSBK. Mantan juara dunia 4 kali GP 250 ini memang terlihat masih mampu bicara banyak, meskipun usianya tidak muda lagi. Aprilia, pabrikan yang juga membuat Biaggi menjadi legenda GP kini telah menorehkan namanya di WSBK sebagai seorang juara dunia pertama yang menggunakan Aprilia. Biaggi pun menikmati menjadi yang terbaik setelah 13 tahun tidak meraih predikat juara dunia. Nah, apakah kecanggihan RSV4 sehebat itu? Bisa jadi, teknologi mahal memang seabrek di motor ini. Namun, kompetitor pun tidak kalah canggihnya. Artinya, ada satu atau beberapa hal yang membedakan.
Rangka Aprilia yang memungkinkan mekanik menggeser-geser mesin bisa jadi yang membuat RSV4 begitu anteng dan bisa juga dikendarai dengan agresiv. Cukup mencengangkan juga ketika saya melihat salah satu cuplikan dimana Biaggi bisa mengambil tikungan dengan radius lebih sempit, terlihat RSV4 begitu lincah tanpa harus kehilangan kestabilan di kecepatan tinggi. Hal kedua yang bisa menentukan adalah mesin V4nya! Ada satu pendapatnya yang menyebutkan, kenapa Aprilia bisa tampil lebih baik dibandingkan BMW. Jadi, mesin V4, me nurut Corser yang terakhir menjadi juara dunia di sadel Gixxer 1000, memiliki power delivery yang halus dan merata, power bandnya lebar, ya kaya mesin Honda gitu deh… Dengan power band yang lebar dan rapih, pembalap mendapatkan kemudahan, tidak terlalu kedodoran dan kerepotan akibat menjaga rpm mesin. Tidak heran pembalap yang sudah gaek pun bisa kompetitif. Menurut Corser, naik S 1000 RR lebih menguras tenaga dibandingkan menjinakkan RSV4.
Tidak heran juga, pembalap yang terbiasa mengendarai motor bertorsi besar dengan p ower band lebar seperti Ducati jadi keteteran mengendarai S 1000 RR, lihat saja Xaus! Xaus kesulitan karena memang dia dibesarkan dan terbiasa mengendarai Ducati. Nikmatnya menggeber mesin V4 dengan karakter power delivery oke dengan power band yang luas sebenarnya secara tidak langsung terlihat dari kebiasaan Honda menempatkan mesin motor V4 di motor sport touring mereka!
Bagaimana BMW 2011 nanti? S 1000 RR tidak mengalami perubahan, hanya peranti pelengkapnya saja yang dikembangkan. Hanya setting saja yang bisa dimainkan. Dengan karakter 4 inline yang lebih menguras tenaga dibandingkan V4, sudah semestinya BMW memilih pembalap muda yang masih joss staminanya dan jago menjaga putaran mesin yang akan mengisi posisi Xaus tahun depan. Dan pilihan itu adalah Leon Haslam, pembalap muda Inggris berusia 27 tahun yang sudah terbukti kompetitif di WSBK. Haslam sendiri bersyukur BMW memilihnya, doi cukup terkesan dengan pengambangan S 1000 RR dan sudah tidak sabar melaksanakan tugasnya. Hmm dengar nama Leon jadi ingat salah satu film favorit saya yang diperankan Jean Reno, Leon the Professional… Semoga aksi Leon Haslam tak kalah jeniusnya..
YMKI dan AHM yang sedang siap-siap menggunakan kebesaran nama dan pemandangan menakjubkan Bromo untuk memperkenalkan lebih luas produk gress mereka akan segera melaksanakan rencananya. Menurut kabar burung, kedua produsen yang gontok-gontokannya lagi seru-serunya, bahkan lebih seru dibandingkan gontok-gontokan tim MotoGP mereka, memilih tempat ini karena petunjuk gaib dari Ki Gede Anue. Pria yang mengaku akrab dengan artis-artis dunia gaib ini menunjukkan Bromo sebagai tempat untuk menyempurnakan kesaktian seseorang dan juga untuk sebuah produk. Ini sendiri sudah dibuktikan oleh Ki Gede Anue yang sempat menimba ilmu gaib di lereng Tengger yang memang terkenal menyimpan banyak cerita gaib dan memang tercermin dari pemandangan daerah itu.
BMW Edan Klub sendiri saat touring ke Bali lalu sebenarnya ingin menjelajahi gunung Bromo dan sekitarnya, tetapi karena keterbatasan waktu, niat itu dibatalkan dan ditunda hingga tahun depan. Ada anggota BMW Edan Klub yang pernah mengelilingi Bali dengan sepeda dan berkendara mengubek-ubek gunung Bromo. Doi menempuh rute dari Probolinggo hingga ke Malang melalui gunung Bromo dengan sepeda. Edan memang anggota klub yang satu ini, terlebih semua itu terlaksana nyaris tanpa rencana, hanya 1 hari sebelumnya dia diajak.
Dari foto-foto dan ceritanya, lumayan bulat juga tekad saya untuk mewujudkan rencana BMW Edan Klub menuju Bromo dan bersenang-senang dengan BMW Oldtimer, terlebih padang pasir Bromo menyajikan pemandangan dan feeling, kalau kita merasa menjadi “kecil” dan berada di planet lain. Menjelajah padang pasir Bromo cocok untuk merasakan dan membuktikan sendiri ketangguhan BMW klassik kami, terlebih teknologi gardan membuat BMW klassik kami tidak alergi terhadap pasir, berbeda dengan motor yang menggunakan penerus daya rantai yang terbuka dan rentan ditempeli pasir. Belum lagi sensasi menanyakan lokasi (lihat foto), bukan lagi belok kanan, belok kiri, tapi menunjuk ke kiri atas, kanan atas hahaha… Mudah-mudahan niatan ini bisa terlaksana tahun depan… amiiiin.
Lama dapur gosip pencinta MotoGP bergolak akibat menantikan kepastian Jeremy Burgess akan masa depannya, apakah tetap bersama Rossi ke Ducati atau menetap di Yamaha yang kelihatannya semakin membutuhkan jasanya selepas hengkangnya Rossi nanti. Sekitar 2 hari lalu, terjawab sudah dengan adanya bocoran dari Lin Jarvis. Seharusnya kita sudah mengetahui jawabannya sejak seri Misano lalu, sesuai dengan deadline yang diberikan Yamaha terhadap Burgess. Namun, hingga Aragon berlalu, ternyata belum ada kabar juga.
Thanks to om Jarvis, terjawab sudah penasaran banyak orang. Burgess beserta segenap crewnya memutuskan hijrah ke Ducati bersama Rossi. Dengan demikian, tahun depan tim Ducati punya kesempatan besar untuk langsung meraih juara dunia.
Box Rossi yang kosong akan langsung dihuni Ben Spies yang juga membawa mekanik kepalanya, yakni Tom Houseworth. Doi tidak sendirian, mekanik Gregg Wood juga akan dibawa serta, plus beberapa pakar MotoGP yang disiapkan Yamaha. Manager tim SPies pun bukan orang lama baginya, tetapi Massimo Meregli yang kini memanajeri tim Yamaha di WSBK. Doi akan mengisi posisi yang ditinggalkan Davide Brivio.
Semakin menjanjikan juga nih pertarungan MotoGP tahun depan dengan hijrahnya Burgess! Ducati akan menjadi kekuatan yang menakutkan, walaupun kelemahannya ada, yakni kekuatan yang terpusat di Valentino Rossi saja.
Bagaimana dengan Yamaha? Bisa jadi kabar inilah yang membuat mereka di Aragon sudah tampil dengan separuh nafas saja. Terlebih lagi masalah ketersediaan mesin di Yamaha. Di satu sisi, mereka pasti ingin mengail tenaga lagi dari mesinnya, tetapi di sisi lain, mbledugnya mesin Lorenzo yang baru 1500 Km di Sachsenring lalu membuat mereka harus extra hati-hati. Berbeda dengan Pedrosa dan Honda yang bisa relatif lebih tenang dengan masalah ketahanan mesin, sebab di empat seri awal, Pedrosa hanya memakai satu mesin saja! Artinya sudah terbukti, mesin Honda kuat untuk 4 race!
Btw, kehilangan mesin bukan hanya kalau mesin jeblug, tetapi juga dengan kecelakaan. Stoner sendiri sangat menentang kebijakan pembatasan mesin ini, sebab kalau ada pembalap yang harus start dari pit lane tentunya membuat race tidak lagi kompetitif. Doi sendiri berani menentang, sebab doi pernah punya pengalaman buruk. Ketika baru 3 lap di Qatar dan dia terjatuh, mesinnya ikut rusak akibat kecelakaan itu. Artinya, jatah 1 mesin bisa jadi hilang karena kecelakaan dan kecelakaan ituikut merusak mesin! Makanya, jangan heran kalau saat ini Lorenzo bakal bermain aman! Sekencang-kencangnya Lorenzo, tidak akan ia bisa menjadi juara jika harus start dari pitlane kan….
Sekitar bulan puasa lalu, ada sebuah artikel dalam media online Jerman yang menyampaikan kebijakan baru Shell bagi pengendara motor. Kebijakan itu saya rasa tidak asing bagi pengendara motor di tanah air yang langganan membeli bensin Shell. Entah benar, atau mungkin saya ngaco, maklum, baru satu kali, dan itu sudah lama sekali, saya mengisi bensin motor dengan Shell.
Kebijakan baru Shell Jerman, dan katanya juga sedunia, yakni: Pengendara motor harus turun dari motornya saat mengisi bensin di Shell. Ini untuk meminimalisir risiko jika terjadi kecelakaan saat mengisi bahan bakar. Sampai saat ini memang sedunia, katanya baru terjadi 2 kali kecelakaan saat pengisian BBM motor. Dengan turunnya pengendara dari motor, maka usaha penyelamatan akan jauh lebih mudah.
Aturan ini sepertinya bukan masalah dan tidak akan mengurangi minat masyarakat Jerman membeli BBM Shell, terlebih lagi Shell Jerman mengadakan promosi undian bagi pelanggannya, bagi-bagi motor bo…. BMW S1000 RR bo……… Wah, kalau Shell Indonesia bagi-bagi S 1000 RR juga, ta bela-belain semua motor Keluarga Sesat isi Shell!
Kembali ke posisi duduk di atas motor yang dilarang kedepannya di pom bensin Shell, tampaknya dalam hal ini kita sudah duluan ya… Namun, kalau kita berkaca kepada alam, isi bensin harusnya dalam posisi tiduran, enak tau……..
Foto: HP-Klassikki
Minggu sore lalu, Yamaha Tech 3 mengumumkan perpanjangan kontrak sang Texas Tornado, Colin Edwards, di tim satelit Yamaha MotoGP. Edwards dianggap sebagai pribadi pekerja keras, menyenangkan dan antusias dalam dunia balap motor, Tech 3 pun puas dengan performa Edwards yang masih lumayan tajam dan kadang bisa membuat kejutan. Meskipun akhir-akhir ini performa Edwards terlihat menurun dan usianya tidak muda lagi, Tech 3 tetap mempercayakan jok M1 mereka dikangkangi pembalap yang pernah race di Sentul dalam ajang WSBK 1997 lalu. Pembalap yang menggeber YZF-750 di WSBK Sentul ini rasanya bukan dipertahankan di MotoGP oleh Tech 3 semata, tetapi ada kepentingan besar Yamaha di sini.
Semua tahu, Edwards bisa diandalkan sebagai seorang guru alias mentor untuk pembalap muda. James Toseland dan Ben Spies sudah dibantunya untuk bisa lekas beradaptasi dan berprestasi di MotoGP. Tak ayal Yamaha pun memberikan kepercayaan kepada Edwards untuk memoles rekan setimnya tahun depan, yakni Cal Crutchlow. Darah muda, ambisi dan kemampuan Crutchlow diharapkan bisa dipoles Edwards sehingga bisa menjadi senjata Yamaha untuk meneruskan dominasinya.
Apakah sebatas itu alasannya? Tidak…. itu katanya Ki Gede Anue. Melalui Terawang Gaib, doi melihat Yamaha tidak sudi melepaskan Edwards dari skuad MotoGPnya. Edwards adalah satu-satunya builder M1 yang sudah terbukti performanya, dan kehadirannya semakin berarti karena hengkangnya Rossi tahun depan. Jelas, Yamaha masih meragukan kemampuan Spies dan Lorenzo dalam membangun motor. Spies memang sudah terbukti dahsyat dalam berduel menggunakan motor apapun, bahkan kemarin berhasil membuat Dovi yang kelihatan seperti Rookie yang kemakan nafsu sendiri. Namun, untuk soal membangun motor yang kompetitif, itu masih perlu pembuktian! Nanti kalau motornya kurang kompetitif, bisa-bisa hanya Spies yang maju sendirian layaknya Stoner tahun 2007.
Bagaimana dengan Lorenzo? Ya makin hari makin jelas, pembalap yang satu ini belum memiliki karakter sebagai builder, ia baru membuktikan kepiawaiannya sebagai pemakai. Dan seperti disinggung sebelumnya, doi sendiri tidak mau ambil pusing soal teknis mesin, suspensi dan berbagai aspek motor lainnya. Pokoknya cuma bisa bilang kurang apa, mekaniknyalah yang putar otak. Dengan kelemahan di sektor ini, Yamaha memang mengambil keputusan tepat dengan menahan Edwards di kelas pararaja. Terlebih dia masih kompetitif dan bisa mengikuti semua seri, sehingga pengembangan motor M1 bisa berjalan cepat dan efektif.
Sekarang kita beralih ke sang pemimpin klasemen… Finish ke-4 yang merupakan finish terburuk, dan juga bagi Yamaha secara keseluruhan membuat pabrikan rni lumayan terpukul. Mereka harus mengakui Aragon bukan sirkuit favoritnya. Lorenzo yang disalip Hayden menjelang akhir race (ngakak liatnya-red) tampak cukup terpukul. Doi buruan menghilang dari kamera sesampainya di paddock. Bagaimana tidak malu, wong disalip di tikungan, tempat dimana M1 paling sulit ditundukkan!
Di akhir race disinyalir Yamaha Lorenzo bermasalah gripnya, terutama di roda depan. Di sisi lain, doi memang tinggal bermain aman saja. Lorenzo sendiri menyatakan, doi masih tenang dalam mempertahankan 56 poin keunggulannya. Rekan setimnya, Rossi mengiyakan pendapat Lorenzo. Yamaha mengalami kesulitan dengan Aragon. Sebenarnya performa Yamaha normal-normal saja, hanya saja, kompetitornya Honda dan Ducati sudah bisa mengatasi problema front end mereka. Semenjak set-up kedua kompetitor ini ketemu, kocar-kacirlah Yamaha yang secara power mesin di bawah keduanya.
Menanggapi soal power, Burgess mengatakan, dia sudah punya beberapa ide baru di kepalanya (masalahnya diterapkan tidak ya???). Di Motegi nanti, Lorenzo bertekad kembali meraih podium tertinggi, tanpa mengurangi faktor “main aman”. Lorenzo sendiri akan mendapatkan mesin baru di seri motegi mendatang. Kita lihat saja hasilnya nanti, toh Motegi bukan sirkuit yang meminta power yang extra besar…
Pole Position yang diraih Stoner di sirkuit Aragon sebenarnya sudah bisa diprediksi oleh Ki Gede Anue. Sirkuit hasil rancangan arsitek tenar Jerman, Hermann Tilke, adalah sirkuit baru yang memang ditugaskan sebagai cadangan, kalau ada penyelenggaraan GP di tempat lain yang batal. Kali ini Aragon kelimpahan rejeki akibat ketidaksiapan Balatonring di Hungaria.
Pole position Stoner tak lepas dari talentanya sebagai pembalap yang punya kemampuan paling cepat dalam beradaptasi dengan sirkuit. Ketika sakit tahun lalu, Stoner membuktikan kemampuan ini, doi hanya mengitari sirkuit dengan jumlah lap paling sedikit, tapi hasilnya bisa langsung jadi yang tercepat. Tidak heran, dia bisa tampil terdepan di sirkuit yang baru. Padahal sebelumnya doi menggunakan skuter saja untuk mengelilingi trek yang punya karakter naik turun plus tikungan cepat dan punya trek lurus cukup panjang. Doi menolak menggunakan motor Superbike untuk mengelilingi lintasan, tidak membawa keuntungan buat dirinya, kata Stoner. Ini berbeda dengan Rossi dan Lorenzo yang sudah mencoba dengan R1. Rossi yang tadinya cuma niat memutari 15-20 lap bahkan nambah hingga 50 lap, ketagihan kata the Doctor yang tampil kurang kompetitif akibat menahan cidera bahunya sejak April lalu. Akhir musim ini cidera ini akan dioperasi, karena segala macam latihan dan terapi fisik ternyata gagal maning!
Kemampuan adaptasi kilat Stoner didukung juga dengan berhasilnya eksperimen radikal Stoner pada tunggangannya. Memang sudah dimulai sejak beberapa seri lalu, tetapi baru di Aragon membuahkan hasil manis. Stoner meminta geometri sedikit diubah, titik berat motor pun ikut diubah. Di buritan, jarak main lengan ayun diperkecil, sebaliknya di sektor depan, garpu diset-up bisa memiliki ruang main lebih besar. Garpu versi 2011 yang sudah digunakan sejak 2 race pun dilengserkan dengan garpu versi 2009. Bagi Stoner, dari segi feedback, garpu USD 2009 memberikan feeling lebih baik untuk trek bergelombang. Di sisi riding position pun juga mendapat ubahan lho…pokoknya senyaman mungkin untuk Stoner. Bagaimana dengan mesin? tenyata tetap dengan settingan favorit Stoner. Hanya saja, mesin motor yang satunya yang sedikit diotak atik, ya untuk experiment lah..
Bagaimana dengan Hayden? Ternyata doi juga bisa tampil mengejutkan. Bahkan posisi start ke-4 berhasil diraihnya! Ini tidak lepas juga dari karakter trek yang memiliki trek lurus cukup panjang, menurun lagi! Hayden sendiri sebenarnya banyak membocorkan cerita ke media. Menurutnya, setelah melihat sendiri dapurnya Ducati, ia menyampaikan bahwa Ducati tidak akan berhenti mengembangkan motor 800 cc mereka. Menurutnya Rossi dan Ducati bukanlah kombinasi pecundang yang race hanya ikutan, mereka mau menang! Pastinya akan ada perubahan di motor 800 cc mereka tahun depan, hanya saja memang tidak radikal. Berbeda dengan untuk tahun 2012 nanti. Hayden menyaksikan, sudah ada ahli-ahli dan mekanik Ducati yang sedang membuat motor baru 1000 cc untuk MotoGP 2012 nanti. Hayden bilang, motor benar-benar dibuat dari nol! Harapannya untuk bisa juara lagi di kelas 1000 cc lebih besar, mengingat 2006 lalu ia juara terakhir 990 cc, tetapi semua akan percuma kalau elektronik tidak dibatasi. Penggunaan traction control, start control, wheelie control dsb hanya akan mengurangi action aka tontonan seru!
Kembali ke Aragon! Bagaimana kira-kira jalannya race besok? Tampaknya cukup menjanjikan dan bisa menghadirkan pertempuran sengit di sektor depan dengan kembalinya Stoner. Kemungkinan besar Pedrosa akan melesat ke depan, sebab ia memang mampu mencetak best lap, sebelum ia melakukan kesalahan di putaran kualifikasi terakhir akibat kelewatan titik pengereman. Namun, hadirnya Stoner kali ini bisa jadi batu tembok sandungan, mengingat Stoner bisa tampil dengan best lap yang lebih konsisten.
Bagaimana dengan Lorenzo? Spies? Rossi? Memang sirkuit ini punya tikungan-tikungan cepat yang jadi makanan empuk M1, tetapi di straight, M1 mulai tidak bisa mengimbangi motornya pabrikan Honda dan Ducati. Inikah akibat mengesampingkan Rossi dan juga Burgess? Tidak heran kalau om Burgess tidak mau pusing-pusing lagi mengupgrade power M1. Rossi sendiri ketika ditanya, apakah ia mau membantu Lorenzo menjadi juara dunia, menyatakan bersedia, kalau Yamaha memang menintanya. Rossi menambahkan, hubungannya dengan Pedrosa semakin membaik, dan sebenarnya buat dia sama saja, mau Lorenzo ataupun Pedrosa yang jadi juara dunia.
Lorenzo sendiri mengatakan, ia menemukan set-up yang oke untuk menaklukkan Aragon dan merebut podium teratas, hanya saja, M1 kedodoran di straight, dan inilah titik lemah M1! Menurut kepala mekaniknya sendiri, Lorenzo bukanlah pembalap yang mau pusing-pusing soal teknik, ia hanya bilang, kurang ini, kurang itu, bagaimana masalah bisa diatasi, itu doi serahkan dan dibereskan para mekanik. Wah gimana mau bangun motor kalau doi enggan memperdalam ilmu teknik motornya???
Kita lihat saja race esok hari, mudah-mudahan Pedrosa bisa finish di depan Lorenzo untuk membuat drama MotoGP lebih menarik. Pedrosa sendiri tampaknya membawa ilmu dan semangat tambahan selepas pulang dari kunjungannya ke Indonesia. Tak salah lagi, pertemuannya dengan Ki Gede Anue memberikan suntikan power tersendiri di pembalap yang mirip Steve Emanuel ini. Kita hentikan saja sebelum Ente semua semakin tersesat……….
Kata yang tersesat