You are currently browsing the monthly archive for Agustus 2010.

Sebagai biker, ada  pengalaman tidak menyenangkan dengan pak satpam  sebuah  tongkrongan ABG di Jakarta Selatan. Diskriminasi terhadap roda dua bukan terlihat saja dari penempatan lahan parkir yang jauh, dan boleh dibilang terlalu jauh. Efeknya gampang saja, pastinya banyak bikers yang enggan mengunjungi tempat itu, padahal mereka bisa juga digolongkan calon konsumen potensial. Dari saya sendiri, dalam setahun bahkan bisa dihitung dengan jari saya mengunjungi tempat model begini!

Entah mengapa, kalau ada yang mencirikan kita bikers (jaket, atau nenteng-nenteng helm), ada saja pandangan kurang enak, baik dari petugas keamanan, atau kadang dari pengunjung lain (apa perasaan saja ya?) Ya kalau Suudzon kira-kira arti pandangannya begini: “Ngapain lo disini?!!! Nggak pantes kaleee….” Padahal kita ke tempat itu juga sama dengan pengunjung lain, sama-sama belanja, sama-sama makan, bukannya mau nongkrong nggak jelas!

Salah satu ciri yang gampang dikenali untuk membedakan bikers dengan yang bukan bikers adalah tentengannya. Yup, helm! Kalau menurut pengamatan saya, mereka-mereka yang menenteng helm itu justru orang yang menjaga sesuatu miliknya. Kebanyakan pun helm yang ditenteng bukan yang murahan. Pernah di PIM 2 pak satpamnya malah menasehati seorang teman untuk tidak meninggalkan helm di motor, takut hilang katanya…(apa gara-gara bawa moge ya??). Ya akhirnya dia tenteng-tentenglah helm itu (padahal helm murah, gratisan malah dari Yamaha). Untungnya di tempat itu, menenteng helm bukan masalah.

Helm sebenarnya boleh ditenteng, tetapi tidak boleh digunakan untuk memasuki ruangan. Saya jadi ingat, di depan pintu masuk sebuah bank di Jerman, jelas terpasang gambar, customer dilarang menggunakan helmnya masuk ruangan.

Dalam sebuah acara sosialisasi helm SNI yang dihadiri Blogger seperti Bro BJL, Bro Dono, Bro Ardy, Bro Benny dan Bro Edo, ada sebuah undang-undang lalu lintas yang cukup mengejukan saya. Saat itu saya baru tahu, kalau yang harus memakai helm itu bukan hanya pengendara motor. Pengendara mobil cabrio (tanpa atap) pun harus menggunakan helm! Nah, apakah para pengendara Ferrari, Porsche, BMW dan Mercy model cabrio di tanah air pada menggunakan helm????? Atau jangan-jangan polantasnya pun tidak tahu aturan yang ini, sehingga orang seperti di iklan New Mega Pro misalnya, bisa dengan enaknya naik Mercy model cabrio dengan santainya tanpa kuatir kena tilang.

Kebayang nggak, kalau ada pengendara Ferrari cabrio yang ngerti aturan menenteng helmnya masuk mall dan kena usir hihihihi……..

Foto: HP-Klassikku

Akhir-akhir ini, tidak lepas dari maraknya kenaikkan harga-harga–yang sayangnya kata menteri yang berwenang malah dibilang wajar lah, sudah turun lah, terkendali lah..– aksi kejahatan terlihat jelas semakin marak. Salah satunya adalah aksi dengan menggunakan ilmu yang turut melambungkan nama Romy Rafael (gini gak tulis namanya???), yakni hipnotis.

Ilmu yang sejak dulu tidak pernah hilang dari dunia kejahatan ini makin marak, terutama menjelang Lebaran. Para pemudik yang menggunakan kendaraan umum menjadi sasaran empuk para ahli hipnotis yang gagal buka praktek resmi ini.

Pertanyaannya sekarang, adakah jurus untuk menangkal hipnotis?

1. Para praktisi hipnotis sepakat, bahwa hipnotis itu sebenarnya bisa ditangkal dengan beberapa cara. Mereka semua sepakat, bahwa doa adalah kekuatan utama yang sanggup menghindarkan kita dari kejahatan yang satu ini. Jadi, apapun agamanya, jangan lupa berdoa sebelum meninggalkan rumah! Bagi yang Muslim, jangan lupa juga selalu untuk menjaga Wudhunya, sudah terbukti sama nyokap ane!

2. Pikiran jangan kosong! Itu sih katanya… Caranya, terserah ente… Mungkin dengan membawa buku ataupun membaca artikel melalui handphone bisa mengatasi permasalahan ini.

3. Tepuk balik! Itu kata seorang ahli Gendam di siaran Metro TV kemarin malam. Katanya, kalau ada orang tidak dikenal yang menepuk, segera tepuk balik untuk menetralkan pengaruh hipnotisnya.

4. Handphone, Walkman, I-pod bisa membantu lho! Maksudnya untuk melawan Hipnotis yang melalui medium suara, dan bahkan melalui medium lainnya. Bukankah para penghipnotis itu menginstruksikan dengan suara??? Nah, kalau Bro tidak bisa mendengar suara dia, mau ngapain dia???

5. Jangan sendirian! Menurut Terawang Gaib Ki Gede Anue, penghipnotis mengincar orang yang sendirian, karena lebih mudah dan jauh lebih kecil risikonya. Jadi, mudik itu ya enaknya rame-rame!

6. Tipu si penghipnotis! Caranya mudah saja… gunakan pakaian yang sudah pudar warnanya, sedikit lusuh, dan kalau perlu ada tembelan. Si penghipnotis pastinya akan tersugesti “wah, ini sih nggak balik modal!”

Cara lainnya juga ada, silahkan gunakan pakaian ala anak pesantren atau ala Pak Haji. Si penghipnotis biasanya malas berurusan dengan yang model begini!

Bro merasa tidak enak dengan gaya berpakaian diatas? Mudah saja, silahakan pakai pakaian serba hitam dan gunakan cincin dengan batu akik segede ulekan sebanyak-banyaknya. Niscaya si penghipnotis menyangka, Bro adalah seniornya!

Foto: HP-Klassikku

Itu adalah sebuah pertanyaan yang bisa memancing banyak sekali jawaban. Boleh jadi jawaban utamanya adalah persoalan produk mereka yang saat ini tidak sesuai dengan permintaan pasar Indonesia, yakni motor yang maksimum berkapasitas 250 cc dan tentunya dengan harga mahasiswa! Kalau melihat produk-produk BMW saat ini, dua kriteria itu jelas tidak terpenuhi. Oleh karena itu, kita pakai standard lainnya, yakni kelas Moge!

Dibandingkan dengan moge pabrikan lainnya, tetap saja BMW kalah populer. Bisa jadi karena minimnya komunitas BMW youngtimers di tanah air. Ini tentu ada sebabnya kan… Coba kita tinjau sebagian penyebabnya:

1. Harga???  Sebenarnya salah besar kalau kita mengatakan harga adalah penyebabnya. Silahkan bandingkan dengan moge sekelas pabrikan lain! Harga bukan biang keroknya Bro…

2. Size does matter! Yup, ukuran Bro! BMW masih terlalu berorientasi pada negrinya sendiri, dan negara-negara maju yang tinggi badan orangnya rata-rata di atas kita-kita. Di beberapa pameran di Jerman, saya mencoba menaiki produk-produk baru mereka, dan hanya ada satu kata: takuuuut…

Kenapa takut? Yang namanya motor mahal, takut dong kalau sampai jatuh. Naik BMW baru, dengan tinggi kurang dari 175 cm, saya jamin jinjit! Ingat, berat moge tidak bisa disamakan dengan motor-motor batangan di tanah air. Bayangkan, kalau yang naik Honda Tiger saja sudah kewalahan saat berhenti dan posisi motornya agak miring, maka kalau harus mengendarai BMW baru dengan bobot sekitar 200 Kg di kemacetan atau harus sering berhenti adalah sebuah penyiksaan. Awas motornya ambruk! Dengan 180 cm baru kita bisa tenang mengangkangi BMW youngtimers! Di jajaran BMW baru, sayangnya hanya S 1000 RR saja yang cocok dengan postur tubuh rata-rata orang Indonesia.

3. Kualitas Bensin! Di kota-kota besar, bensin sekelas Pertamax bukan barang langka, tetapi lain cerita dengan daerah! Motor-motor BMW baru sangat sensitif dengan bensin yang kualitasnya kurang oke! Bahkan, kalau pertamaxnya sudah turun kualitasnya pun, BMW baru sudah menunjukkan gejala-gejala tidak enak saat dikendarai. Mengingat BMW saat ini dikenal sebagai motor touring jarak jauh yang nyaman dan handal, maka sia-sialah keunggulannya ini di tanah air. Ya, karena ketersediaan bensin berkualitas baik itu yang terbatas distribusinya. Sebab, kalau sistem pengabutan BMW baru sudah bermasalah, berabe buat kantong!

4. Teknologi Sia-sia! Sejak tahun 80an, BMW sudah akrab dengan yang namanya ABS. Teknologi ini semakin diakui kegunaannya seiring meningkatnya tenaga motor dan kemampuan motor untuk dibawa rebah!

Bukan, bukan ini teknologi sia-sianya! Sebenarnya bukan sia-sia secara umum, tetapi sia-sia untuk iklim Indonesia pada umumnya. Silahkan lihat tombol di cockpit motor BMW youngtimer di atas… Di sebelah tengah adalah tombol untuk mengaktifkan pemanas di handgrip. Teknologi ini menjadi teknologi yang sangat membantu di negara-negara beriklim dingin, sebab telapak tangan kita memang membutuhkan suhu yang hangat untuk bisa beroperasi secara normal. Suhu yang dingin di telapak tangan bukan hanya tidak nyaman, tetapi berbahaya!

Okelah peranti yang ini bisa dinonaktifkan! Namun, ada karakter lainnya yang membuat BMW tidak nyaman dikendarai di negara beriklim hangat. Seorang pengendara K1 di tanah air pernah kelabakan akibat panas mesin terasa begitu menyerang selangkangannya. Apakah itu sebuah kesalahan atau cacat desain K1? Bukan Bro! Itu memang dirancang sengaja oleh BMW. Kalor mesin diteruskan ke jok supaya motor itu juga nyaman dikendarai di musim dingin. Di salah satu sumber yang saya baca, cara ini sangat membantu dan efektif ketika motor dikendarai hingga suhu udara 18 derajat celcius. Di atas itu malah tidak nyaman! Nah, di Indonesia kan suhu 18 derajat itu hanya di pegunungan-pegunungan saja!

Walaupun tidak semua BMW baru dirancang mengalirkan panas mesinnya ke jok, teknologi “bermasalah” ini sepertinya cukup mengganggu juga, kalau BMW mau memasarkan produknya di negara-negara beriklim tropis….

Entah kenapa, rasanya biasa saja melihat motor-motor baru yang diedarkan di tanah air. Saya pribadi lebih tertarik dengan motor-motor yang sudah lama beredar. Ya bisa jadi ini dilatarbelakangi keadaan ekonomi saya yang pas-pasan dan berusaha untuk bisa tetap menyalurkan hobi dengan dana seadanya.

Oke, kita kenalan dulu dengan motor yang satu ini. Hmmm rasanya tidak perlu diperkenalkan lagi dengan motor legendaris Honda yang satu ini. CB 100 yang memang masih merajalela dan kembali diburu karena kehandalan, keklasikkan dan faktor ekonomisnya bisa menjadi pilihan bagi para pencinta motor klassik pada khususnya, dan pengendara motor yang tidak mau ikut kena peras bayar pajak motor yang rasanya tambah lama tambah tidak proporsional. Yup, kalau mau pajak murah, tengoklah motor keluaran lama!

CB-100 yang Bro lihat ini adalah milik seroang Bli yang sama-sama kami berlayar ke Gilimanuk. Doi baru saja main ke rumah temannya di Banyuwangi. Melihat tampilan CBnya yang rapi, saya tertarik juga. Kami pun bertukar cerita. Dari penuturannya, CB ini bisa dibilang sesuai juga dengan impian saya, tampang klassik dengan tenaga muda. CB 100 yang dijuluki Honda dengan embel-embel Supersport bisa dibilang memang super! Dengan mesin 100 cc, motor ini diklaim bertenaga 12 PS! Bukankah Mega Pro tenaganya juga hanya 12 PS lebih? Dahsyat juga kan, tahun lebih tua, cc jauh lebih kecil, tetapi tenaganya mengimbangi?!!

Bli pemilik CB ini merasa tidak cukup dengan tampang rapi, tenaga pun jadi perhatiannya. Lihat saja, blog bagian atasnya sudah full Tiger! gearbox yang dari luar tampak standard pun sudah berisi jeroan Tiger. Pengapiannya pun sudah didukung CDI BRT yang pake remote segala itu lho…  Untuk meladeni mesin binal, kaki-kakinya pun sudah menggunakan milik Tiger plus velg alumunium yang lebih lebar dari standard. Wah mantebs juga nih, tetap handal, tetap gaya, tetap kencang, tetapi terhindar dari belitan pajak motor baru yang makin hari makin tidak proporsional itu…

Foto: HP-Klassikku

Kemunculan Byson memang sudah santer kabarnya sejak lama. Ada yang bilang sebelum lebaran, tetapi tampaknya terawang Gaib Ki Gede Anue masih bisa dipercaya. Byson tidak muncul sebelum lebaran pun terbukti. Malah New Mega Pro yang nekad dimunculkan menjelang Lebaran, tetapi itu pun pada akhirnya hanya strategi Marketing belaka, sebab apa iya, si New Mega Pro bisa dibawa mudik??? Hayo, siapa yang sudah bisa mudik pakai New Mega Pro??? Takut juga kan AHM motor gressnya diuji para Pemudik hahaha….

Bagaimana dengan Byson? Dari dulu sudah terdengar gemuruhnya, baunya pun sudah menyengat kemana-mana…(Byson baunya kaya kambing nggak sih??). Untuk meredam tindak tanduk New Mega Pro, Yamaha pun melaksanakan berbagai aksi, dimulai dari Program Beli Byson dalam karung, pemberitaan dan gossip di berbagai media dan besok dengan diundangnya blogger papan atas untuk menunggang sang Byson.

Gambar yang Bro lihat adalah artikel tentang Byson yang dimuat tabloid Motor Plus hari ini. Tampak tiap artikel yang memperkenalkan produk baru terkesan memuji produk itu, ya bisa dengan gaya bahasa, atau dengan informasi yang sebenarnya tidak penting. Misalnya, di artikel itu diterangkan, gigi 2 NByson bisa digeber hingga 78 km/jam sebelum arus diputus limiter CDI. Buat orang awam, info ini tentu melambungkan angan-angan mereka akan motor yang sangat powerfull, padahal belum tentu kan…

Komparasi Byson dan New Mega Pro

Segi Desain:

Hadirnya sosok New Mega Pro yang sporty dan dijuluki Baby Hornet 600 tempaknya membuat segi desain ini tidak lagi menjadi kartu kunci kemenangan Byson. Kalau saja Mega Pro tidak berganti tampang, maka Byson dengan mudah menyeruduk si pesaingnya hingga mental jauh. Namun, dengan desain ala Italia (dulu pernah kita bahas saat membahas desain si Hornet 600), kini tinggal selera saja. Kalau dulu Byson bisa tampil gagah (dibandingkan Mega Pro lama), sekarang New Mega Pro pun tak kalah gagah, bahkan Byson yang kalah gagah karena masih pakai rem belakang teromol.

Mungkin Byson bisa membanggakan spidometer dan tachometer full digitalnya, sedangkan New Mega Pro menggabungkan analog untuk  tachometer dan digital untuk spidometernya. Namun, kalau mengacu pada desain spidometer, desain New Mega Pro bisa dibilang lebih mudah terbaca. Di Superbike-superbike modern, desain layaknya New Mega Pro lah yang terpakai, sebab putaran mesin lebih mudah terpantau dengan tacho analog. Di Desmosedici yang full digital, tachometer yang susah terbaca  sering dikritik lho…

Berat

Kalau mengambil info dari Motor Plus, di segi ini keduanya tampil berimbang. New Mega Pro velg jari-jari bobotnya 134 dan velg palang 136 Kg, sedangkan Byson berbobot 135 Kg. Artinya nyaris tidak ada perbedaan. Berat ini sangat berpengaruh pada konsumsi bahan bakar. Di artikel tentang New Mega Pro, AHM berani mengkalim, kalau motor baru ini lebih irit nyaris 10 Km/ liter dibandingkan versi lama, artinya New Mega Pro tembus lebih dari 40 km/liter, cukup membanggakan memang. Bagaimana dengan Byson? Sudah saya duga, tidak ada membicarakan konsumsi bahan bakar! Yang dikedepankan adalah style! Tentunya bukan senjata ampuh kalau hanya mengandalkan style. Segi ekonomis juga perlu jadi pertimbangan. Dengan ukuran ban besar, Byson bukanlah jagonya irit-iritan bahan bakar, terlebih kalau penunggangya tidak rajin mengecek tekanan angin di ban. Soal gaya, kenyamanan, keamanan dan grip yang harus dikeluarkan oleh si Byson.

Tenaganya?

Keduanya relatif bertenaga sama. New Mega Pro dengan 13,7 dk di 8500 rpm dengan torsi maksimum 12,8 Nm dan Byson dengan 13, 73 hp di 7500 rpm dan torsi maksimum yang jelas lebih besar, yakni13,6 Nm di 6000 rpm. Dari keterangan yang saya ambil bulat-bulat dari tabloid Motor Plus ini terlihat, Byson adalah juaranya, apalagi untuk lalu lintas perkotaan. Namun, itu perludipertanyakan kembali, yakni berapa banyak konsumsi bensinnya??? Dan catatan lainnya adalah kaki-kaki Byson yang lebih besar tentunya membuat akselerasi sedikit lebih berat dan berdampak juga ke konsumsi bahan bakar.

Harga?

Kalau New Mega Pro velg palang dijual dengan nominal 19,5 juta, berapakah harga sang Byson? Kalau mau lebih kompetitif, tentunya harus sedikit dibawah harga si kompetitor, mengingat spek yang ditawarkan New Mega Pro dengan New Engine, Sasis dan Bodinya plus cakram belakang yang tidak dimiliki Byson membuat jagoannya Honda di atas angin.

Informasi lebih lanjutnya soal handling, dan barangkali sudah ada soal harga pasnya, kita nantikan saja besok dari rekan-rekan blogger papan atas yang diberi kesempatan PDKT dengan sang Byson….

Tampaknya niatan cerai baik-baik antara Yamaha dan Rossi mulai terusik. Yamaha tampaknya semakin pede dengan M1 setelah uji cobanya dengan Spies bisa dibilang produktif. Catatan waktu Spies dengan M1 hanya sedikit lebih lambat dibandingkan catatan Qualifikasinya, tetapi menurut Spies tujuannya test memang bukan untuk mencari best time, tetapi untuk memberikan input. Spies sendiri menyatakan sangat puas dan berangkat dengan penuh kepercayaan diri untuk meraih hasil terbaik di Indianapolis nanti.

Bagaimana dengan Rossi? Bukan hanya dilarang mendekati apalagi menunggangi M1 2011, di sisa seri ini pun dia harus menanggung sakit hati. Rossi bertekad memberikan 110 % kemampuannya untuk memenangkan balapan bersama M1 dan ia minta Yamaha pun juga demikian, maksudnya membantunya untuk memenangkan balapan. Namun, tampaknya niat Rossi bertepuk sebelah tangan. Ia mengaku tidak diberikan kesempatan mengetest suspensi USD Oehlins terbaru oleh Yamaha. Rossi mengaku kecewa. Menurutnya, ia dan Yamaha masih punya 8 seri lagi, bukan cuma 2 atau tiga seri.

Dari keterangan yang didapatnya, Yamaha tidak akan menggunakan garpu itu di sisa tahun ini, tetapi baru di 2011 nanti. Rossi yang menerima jawaban ini berkata: lihat saja nanti, apakah itu bohong atau memang kenyataan, sebab secara tampilan luar, garpu gress Ohlins beda dengan yang sekarang!

Diperbolehkannya Rossi untuk segera membangun Desmosedici selepas seri Valencia nanti pun menjadi tanda tanya setelah Furusawa menyatakan, hal itu akan sulit terwujud jika membaca kontrak Rossi dan Yamaha! Nah lo… cerai baik-baik, atau penuh dendam nih????

Bro yang tinggal di ujung selatan Jakarta, Depok dan sekitarnya pasti kenal dengan jalan Margonda. Jalan yang menjadi nadi utama kota Depok ini sehari-harinya sangat padat oleh kendaraan bermotor. Untung saja jalan ini sudah diperluas, bahkan hingga 2 kalinya. Tentunya ini sangat membantu kelancaran arus transportasi, ya walaupun di jam berangkat maupun pulang kantor tetap macet.

Ada satu hal penting yang terlupakan setelah pelebaran jalan yang sedikit terkesampingkan, yakni hak pejalan kaki! Menurut pengalaman saya, Margonda adalah jalanan yang paling sulit disebrangi di Depok (lebar dan arus kendaraan yang lumayan cepat dan ramai). Dari dekat UI hingga Depok Town Square hanya ada satu jembatan penyebrangan, sedangkan di sepanjang jalan bagian lainnya nihil! Padahal sebagai pejalan kaki saya merasakan sendiri pentingnya nyebrang bolak-balik jalanan ini.

Apa perhatian pemerintah kota? Gosipnya nih… ingat gosip… pihak yang berwenang tidak melakukan apa-apa tuh. Bahkan cenderung menyulitkan. Ini diceritakan seseorang yang tinggal di salah satu apartemen di Margonda. Katanya, pihak apartemen yang memperhatikan warganya juga memikirkan ini. Cara termudah dan termurah tentunya dengan memasang zebra cross! Lha, wong cuma modal cat doang kan… Katanya nih, untuk bisa memperoleh izin membuat zebra cross itu, si pembuat harus keluar dana 11 juta rupiah! Lucu juga dengernya, bukannya malah kewajiban pemerintah kota membuatkan sarana penyebrangan yang layak?!!!!!!!

Ini baru zebra cross lho…Lha Bro tahu sendiri, zebra cross di Indonesia ini tidak dianggap! Bahkan diberi lampu merah pun masih sering dilanggar kan? Lihat saja zebra cross berlampu merah di daerah dekat stasiun Cikini yang menuju Salemba! Ya entah sampai kapan ada sarana penyebrangan yang layak di Margonda.. Sebaiknya secepatnya, sebab kasus kecelakaan juga sudah lumayan banyak sampai ke kuping! Apa harus tunggu ada kerabat pihak berwenang dulu yang harus mengalami insiden saat menyebrang Margonda?

Sebelum memasuki pelabuhan Gilimanuk lalu, kami sempatkan mengisi perut di salah satu warung jawa di daerah sebelum pelabuhan.

Makanannya oke, minuman yang ditawarkanpun tidak kalah menariknya. Ada poster terpampang di salah satu dinding warung itu. Yup, minuman yang silahkan Bro baca sendiri…

Saya pribadi sih ogah mengkonsumsi minuman ini, mengingat efek yang dijanjikan si Produsen:

Ranjang Anda Bisa Roboh

Nah, sekarang Bro bayangkan sendiri, kalau ranjang bisa roboh, bisa-bisa motor kita melengkung sasisnya, penyok velgnya, rusak komstirnya, meletot setang dan footstepnya dan berbagai akibat lainnya yang bisa bikin motor jadi rongsokan!

Foto: HP-Klassikku

Tampaknya habis sudah daya tarik MotoGP tahun ini dari segi perburuan gelar juara dunia. Race Brno kemarin semakin menegaskan, Lorenzo hanya bisa dikalahkan di ajang qualifikasi saja. Seteru utamanya, Rossi didera cedera, sedangkan Pedrosa berkutat dengan stabilitas RC sableng plus Stoner yang sudah setengah hati membalap untuk Ducati. Pembalap juara dengan motor yang paling jempolan memang sudah menjadi jaminan dominasi, sama dengan kisah Rossi ketika menunggang RC 211V, bedanya, Rossi lebih jago bersandiwara, beda dengan Lorenzo yang masih harus belajar ilmu yang satu ini dari Rossi.

Tampaknya permintaan Lorenzo pada Yamaha akan terpenuhi tahun ini, yup, dia masih punya hutang untuk membuktikan kemampuannya mengembangkan motor.

Jika dibandingkan dengan Pedrosa yang merupakan rival utamanya, Lorenzo terhitung selalu menempuh jalan mulus. Dia mendarat di tim juara yang memiliki motor juara. Beda dengan Pedrosa yang sejak awal kiprahnya mengendarai motor yang agak tertinggal secara pengembangan teknologi. Ingat, saat dia masuk, Honda sudah berhenti mengembangkan motor 2 tak. Bobot ringan plus teknik dan kedewasaan membalapnya yang membuatnya memetik gelar juara dunia di 125 dan 250 cc. Berbeda dengan Lorenzo yang tinggal mengeksekusi saja…

Tahun depan keadaan Lorenzo dan Pedrosa bisa dibilang sedikit lebih berimbang, mengingat Lorenzo juga punya PR yang sama dengan Pedrosa. Tahun depan Lorenzo dijamin sedikit lepas dari bayang-bayang the Doctor. Kalau motor yahud, itu karena polesannya (walaupun masih ada sisa dari Rossi sih…). Tak sabar melihat polesan M1 karya Lorenzo plus  Spies harus berduel dengan Ducati polesan Rossi dan RC sableng polesan Pedrosa dan Stoner. Sekarang nikmati saja sisa-sisa race tahun ini, yang (mudah-mudahan) seru….

Foto: HP-Klassikku

Di Pekan Raya Jakarta yang lalu, adik saya membeli sebuah helm merk MDS yang memang sesuai juga dengan permintaan saya, yakni yang tema sepakbola Jerman, maklum, biar sekalian sesuai moment Piala Dunia lalu.

Secara grafis penampilan helm sangat menarik, kualitas cat juga bisa dibilang oke, hanya ukurannya saja yang sayang agak kecil. Bukan kecil saat digunakan, tetapi bagian samping dan belakang helm kurang menutup samapi ke bawah.

Ada hal yang lucu dan konyol saat saya melihat bagian kaca yang masih terlapis sticker itu. Bukan apa-apa, tetapi di sisi kiri ada teks keterangan dalam bahasa Prancis, dan sisi kanan keterangan dalam bahasa Jerman! HAllo… di negara manakah pihak MDS menjual helm ini????????

Untuk bahasa Prancis, saya no comment deh, maklum, je ne parle pas Francese hihihi,  tetapi saya bisa menelisik teks dalam bahasa Jermannya. Setelah saya telisik, tampaknya teks ini diambil bulat-bulat dari teks untuk helm yang dipasarkan dalam bahasa Jerman. Ini terlihat dari pemilihan katanya yang beres bin oke! Namun, saya duga teks itu main diambil saja dan ditulis ulang, sebab saya menemui beberapa kesalahan huruf dan penggunaan tanda baca yang mencerminkan, bahwa pihak yang ditugaskan menyalin tidak mengerti bahasa Jerman!

Waktu ikut online Seminar Prof. Juergen Bolten yang merupakan ahli Interkulturelle Wirtschaftskommunikation dulu, beliau menjelaskan, kalau ada produsen yang ingin memasarkan produk di sebuah negara, maka si produsen harus menjualnya menggunakan bahasa si calon konsumen.

Dalam kasus MDS ini, memang produk sudah dipasarkan, hanya keterangan yang menyangkut keselamatannya yang dijelaskan dalam bahasa Prancis dan Jerman. Nah, Siapa yang mau baca??!!!!! Dari sini jelas, kalau pihak MDS mau gaya saja dengan penggunaan kedua bahasa asing tadi. Dengan penggunaan kedua bahasa asing itu, si pembeli kebanyakan tidak tahu apa artinya, mereka hanya tersihir dengan penampilan kedua bahasa tadi yang seakan-akan menyampaikan kesan, kalau helm yang mereka beli dipasarkan juga di Jerman dan Prancis! (Padahal sih??????) Bagaimana ini PT TKI sebagai produsen MDS? Pentingan safety atau gaya-gayaan????

Foto: HP-Klassikku

tersesat muter-muter

  • 2.531.518 x 1000 rpm

Waspadalah! Mungkin saya menyesatkan Anda....

Telah Menyesatkan

hmmm

Top Clicks

Follow Motorklassikku on WordPress.com