You are currently browsing the monthly archive for Juni 2009.



Memang prestsasinya tergolong biasa saja, tetapi sebenarnya bisa dibilang bagus, mengingat motor-motor yang dikendarainya di ajang MotoGP saat itu memang bukan motor juara. Di kalangan pencinta MotoGP Indonesia sendiri, kemungkinan besar tidak ada yang menjadi fans Alex Hofmann, kalaupun ada, mungkin masih kehitung jari kali ye…
Lho kok berubah judul, apa hubungannya dengan Alex Hofmann????? Ada Bro… ada bangeeeet! Masih ingat misteri joki Aprilia RSV-4 sebelum penyelenggaraan WSBK awal musim ini? Saat itu baru Max Biaggi yang dipastikan berduel untuk Aprilia, sedangkan joki satunya lagi belum dipastikan. Sebenarnya Aprilia menawarkan posisi ini kepada Alex Hofmann. Namun, Hofmann menolak dengan alasan dirinya masih belum 100% fit dari cedera. Hofmann sendiri mendapat tawaran ini bukan tanpa alasan jelas, tetapi karena dia joki tester yang paling berperan mengembangkan RSV-4. Hasil kerja Hofmann dan Aprilia memang berbuah manis, bahkan kalau tidak terjadi gangguan teknis, di Donington Park kemarin, Biaggi bisa jadi menyalip Spies disaat-saat terakhir. Dari racing line, terlihat Aprilia bisa lebih singkat memotong tikungan dibandingkan Yamaha. Dari tenaga pun, RSV-4 tidak kalah, hanya saja faktor umur Biaggi tidak bisa berbohong, apalagi kalau harus duel melawan Spies yang secara teknis top abies dan dalam usia jaya.


Kalau Bro kenal BMW R25 Series, R26 dan R27, maka Bro tentunya bisa membedakan BMW-BMW oldtimer tersebut dengan abang-abangnya ini, si R20 dan R23. Sepintas memang mirip, tetapi kalau diperhatikan, banyak juga lho perbedaannya. Memang yang terlihat di foto tidak ada yang mulus, maklum saja, usia tidak bisa bohong! Jika BMW R25-R27 lahir tahun 50an, maka abang-abangnya ini lahir sebelum Perang Dunia ke-2, jadi, bisa tampil utuh pun sudah baguuuusss….
Kita mulai dari R20 ya… Pada tahun 1936, BMW merasa program motor satu silindernya–yakni R2, R3 dan R4 yang menggunakan rangka dari baja tempa dan sok depan model per daun dan masih menggunakan tongkat untuk memindahkan gigi dengan tangan–sudah terlalu kuno dan harus dilengserkan.
Pada tahun 1937, BMW memperkenalkan R35 untuk menggantikan R4. R2 pun ikut dilengserkan dengan model baru berkapasitas 200 cc, yakni si R20. R20 termasuk motor yang secara optis dan teknis sangat modern untuk saat itu. Tidak heran, R20 menjadi motor paling digemari dan diimpi-impikan untuk kelas 200 cc pada masa itu.
Motor yang hadir di pameran ini lahir tanggal 26 Januari 1938! Nah, bisa jadi lebih tua dari Kakek-Nenek kita kan? R-20 sendiri hanya diproduksi dalam jangka waktu yang singkat, yakni dari tahun 1937 hingga 1938 saja. Motor yang jumlahnya hanya sekitar 5000 unit ini memiliki kapasitas mesin tepatnya 192 cc. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga 8 PS @ 5400 rpm. Top speed BMW antik ini cukup lumayan, yakni 95 Km/jam, setara Suzuki Address 125 tuh…
Pada tahun 1938, bebas SIM untuk mengendarai motor berkapasitas hingga 200 cc dan pajak untuk motor berkapasitas yang sama dihapuskan. Sebagai gantinya, diberlakukan SIM untuk mengendarai motor hingga kapasitas 250 cc. BMW pun bereaksi cepat, mereka menelurkan R23! R23 sebenarnya hanya mesin R20 yang di bore up 8 mm. Suspensi R20 yang baru saja diperkenalkan tidak mengalami perubahan. Sistem kelistrikan dan 3 tingkat percepatan R20 pun dibiarkan seperti yang dulu, hanya saklar-saklar di setang yang diseragamkan dengan seri lainnya.
Motor yang dipajang di pameran kali ini lahir pada 01 Agustus 1939, wow…. Pernah terpikir, motor-motor saat ini dengan kualitas besi masakan bisa bertahan berapa lama??? Kita kembali ke R23! Motor yang kini berkapasitas 247 cc sanggup mengeluarkan tenaga lebih tentunya, yakni 10 PS @5400 rpm, sayang top speednya tidak bertambah. Sepeda motor yang mungkin memiliki kekuatan gaib saking antiknya inipun hanya diproduksi singkat, yakni 1938-1940, Hmmm mungkin karena PD II ya… BMW sendiri hanya memproduksi R23 sebanyak 9000 unit saja. Apakah R20 dan R23 ada yang nyasar ke Indonesia?????? Ijk rela lho dihibahkan hihihi….
Foto: HP-Klassikku
Sumber: yang punya motor

Sumber:
Prof. Dr. Jürgen Bolten, Dozent für Interkulturelle Wirtschaftskommunikation der FSU-Jena
Diolah oleh: Prof Dr. Arie Slight SS (Sarjana Sotoy)
Foto: HP-Klassikku

Banyak bikers muda yang ingin jadi pembalap motor tenar di ajang MotoGP. Namun, hanya sedikit saja dari mereka yang bisa mewujudkan impian ini. Diantara yang sedikit ini pun, tidak banyak yang bisa eksis dalam jangka waktu yang cukup panjang, lebih dari 2 musim kompetisi misalnya. Sebenarnya, apa sih kiat untuk dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama di ajang balap motor paling bergengsi ini? Untuk menjawab hal ini, orang yang paling tepat tentunya para senior layaknya Loris Capirossi ataupun sang legenda, Valentino Rossi. Nah, berhubung mereka nan jauh di sana, maka saya meminta bantuan Ki Gede Anue untuk melakukan terawang gaib dalam mencari jawabannya……

Matahari hanya bersinar sekitar 2 jam saja, yakni selepas ajang IDM Superbike….
Suzuki mendatangkan pembalap Belanda dan Swiss………


Dunlop bagi-bagi produk ke kelas 125 cc dan R6 cup……..

Pit….. lokasi penuh “keajaiban…”

ZX-6R, much better than ZX-10R yang di ajang IDM pun tampil di papan bawah….











Saat indah saat mentari bersinar….

Lokasi dan saat sebelum start supersport… hujan mulai kembali mengancam…





Berawal dari ide seorang importir Ducati di Amerika Serikat, Mike Berliner yang ingin menggulingkan dominasi Harley Davidson sebagai suplier motor polisi Amerika Serikat. Berliner bersaudara berkehendak merebut jatah pasar ini dari Harley Davidson, sebab secara langsung juga dapat mendongkrak penjualan motor yang sama untuk masyarakat umum. Untuk itu, mereka butuh motor sekonsep yang lebih superior. Mereka pun mengirimkan 2 unit Harley Davidson untuk dipelajari (atau dicontek???) oleh Ducati dan Moto Guzzi.
Berliner bersaudara memang sangat antusias dengan impian mereka, tetapi tidak dengan Ducati. Ducati mengajukan syarat, apalagi kalau bukan uang untuk biaya pelaksanaan proyek ini. Singkat kata, proyek ini pun terlaksana, dan dinamakan Apollo, yup, terinspirasi dari misi Apollo yang menjelajah hingga ke bulan pada masa perang dingin saat itu.
Tahun 1963, lahirlah si Ducati Apollo, sepeda motor bertenaga extra sangar saat itu. Motor bermesin V4-90° (atau disebut juga L-4) berpendingin udara berkapasitas 1256 cc ini menghasilkan tenaga hingga 100 PS bersih di roda belakang. Tenaga ini sangat fantastis di masa itu, mengingat Harley Davidson yang ada di zaman itu hanya menghasilkan 55 PS. Motor berbobot kosong 270 Kg ini pun sanggup meraih kecepatan puncak 190 Km/jam. Tenaga sebesar itu sebenarnya wajar, wong dikawal 4 buah karburator berventuri 32 mm!
Namun, seperti halnya motor-motor berperforma lebih dahsyat dibandingkan motor-motor sezamannya, motor ini kesulitan menemukan ban yang kuat menyalurkan tenaga besarnya. Ban-ban yang beredar saat itu tidak cukup sakti untuk mengawal velg ring 16 ducati Apollo. Akhirnya tenaga pun dikorting dengan menggunakan cukup 2 buah karburator berventuri 24 mm hingga hanya dapat menghasilkan 80 PS saja. Namun, tenaga motor dengan 5 tingkat percepatan ini masih dianggap terlalu menyiksa ban, akhirnya kembali diturunkan hingga 65 PS, dan dinyatakan aman…..
Pada bulan Maret 1964, motor ini pun diserahterimakan kepada pemiliknya melalui sebuah upacara. Motor berwarna emas ini kini tidak jelas keberadaanya. Sayang…. mengingat Ducati hanya sempat memproduksi 2 unit saja! Motor kedua yang berwarna silver-hitam kini bersemayam di museum Ducati di Bologna. Motor ini dihibahkan pemiliknya, seorang pria berkebangsaan Jepang, Hiroaki Iwashita. Berbeda dengan yang berwarna emas, Apollo yang ini benar-benar sport edition, sebab masih menggunakan 4 buah karburator Dell Orto! Apollo tidak jadi diproduksi massal dengan keputusan yang dikeluarkan pemerintah Italia. Memang Apollo dihentikan produksinya, namun konstruksi mesin L menjadi basis pengembangan motor-motor Ducati berkapasitas besar di kemudian hari.
Dimanakah Ducati Apollo berwarna emas? Besar kemungkinan pemiliknya (kalau itu motor masih ada, ataupun pemiliknya masih hidup) termasuk orang yang tidak pernah kuatir kehabisan duit…..
Kata yang tersesat