You are currently browsing the monthly archive for Januari 2016.
Sejak kira-kira setengah tahun lalu saya menggunakan sarung tangan kiper yang saya beli karena diskon dan saya lagi khilaf. Saya gunakan untuk bermotor karena sarung tangan yang biasa saya gunakan hilang satu, entah jatuh di mana. Selain itu, karena saya tidak main sepak bola, jadi supaya tak sia-sia, saya pakai saja sebagai sarung tangan motor harian.
Awalnya tidak enak menggunakan sarung tangan bola karena tapaknya yang relatif kaku dan tidak untuk mencengkram. Namun, seiring waktu, mulai lentur dan lumayan nyaman digunakan. Sayangnya, bukan sebatas lentur saja, tetapi sarung tangan pun mulai mengeletek bagian luarnya. Jahitan yang tak dirancang untuk bentuk telapak tangan yang mencengkram pun turut menjadi korban. Pelan-pelan jahitannya rusak. Ya, secara merek, produk ini tak perlu diragukan. Namun, karena memang bukan untuk naik motor, sarung tangan ala Manuel Neuer ini pun rusak dengan cepat. Nih setelah pemakaian harian selama kurang lebih 6 bulan:
Yang mau modif ala Honda CB 100 banyak, karena itulah perintilannya banyak beredar di pasaran. Salah satu yang laku keras tentu lampu-lampunya. Nah, minggu lalu ada teman yang nitip lampu depan CB100. Sekitar 3-4 tahun lalu saya beli untuk GL100 saya seharga 75000. Itu pun di bengkel umum yang sudah lama buka, jadi secara harga tidak mencekik. Beda dengan bengkel-bengkel parts khusus motor klassik yang seringkali malah jual jauh lebih mahal dibandingkan yang di bengkel umum. Yup, silahkan buktikan sendiri.
Nah, minggu lalu saya beli di bengkel lainnya yang kini jadi tempat langganan saya kalau mau beli parts CB100 atau Honda tua lainnya. Tak banyak sih barangnya, tapi lampu-lampu, spatbor depan-belakang dan knalpot untuk GL100, CB100, itu yang pernah saya beli. Kali ini barangnya saya nilai lumayan, model chromenya cukup rapi dan beda dengan punya saya dulu, ini ada dua lupang untuk lampu, jadi ada untuk lampu senja juga. Nah, berapakah harganya? 55 ribu saja saudara-saudara… Bengkelnya ada di Ciganjur, di Brigif, letaknya di sebelah mesjid yang cukup besar. Kalau tak salah namanya Rian Motor. Ada juga yang menyebutnya Pinding. Ya kalau Bro dekat-dekat situ dan butuh parts KW CB100/GL100, recommended lah… Parts motor hariannya juga lumayan lengkap kok..
Diingatkan oleh Bro Tomcat S, saya kemarin melanjutkan eksperimen yang tertunda cukup lama. Jadi, dulu saya dan beberapa teman percaya bahwa krupuk yang bisa dengan mudah terbakar adalah krupuk yang digoreng dengan minyak goreng campur plastik. Nah, saat itu kami membakar krupuk di tempat kerja kami dan krupuk itu terbakar dan menyala apinya terus hingga krupuk benar-benar hangus dan api pun padam karena kami tiup. Nah, sejak saat itu, kami tak makan lagi krupuk berlangganan itu, meskipun pelan-pelan akhirnya makan lagi dikit-dikit karena tak tahan godaannya hehe..Silahkan dicek lagi cerita lalunya:
https://motorklassikku.wordpress.com/2015/04/24/krupuk-ikan-makanan-khas-negara-maritim/
Kemarin saya titip nyokap yang pergi ke pasar. Tuh dia barangnya, krupuk sesuai..ya minimal mirip dengan krupuk yang biasa tersedia di tempat kerja. Saya pun langsung menggorengnya menggunakan minyak goreng yang ada di dapur (tentunya saya harap tak menggandung plastik, kan minyak goreng bermerk jelas)
Hasilnya lumayan, meskipun jauh lebih kecil dibandingkan yang biasa di warung-warung dan rasanya tak segurih atau sesasin krupuk di warung-warung itu. Namun, makannya merasa lebih tenang kan… Nah, setelah itu, saya pun dengan penuh kepercayaan diri menyelenggarakan eksperimen yang tertunda itu. Kali ini saya cukup yakin, krupuk tak akan terbakar. Saya mengambil lilin dan menyalakannya. Krupuk yang saya goreng pun saya bakar tepiannya. Dan inilah hasilnya:
Saya pun puyeeeeeeeeeeng………… Sekarang justru semakin tak jelas.
- Apakah cara membakar makanan masih bisa digunakan untuk memastikan bahwa minyak goreng dicampur plastik?
- Jangan-jangan minyak goreng yang saya pakai mengandung plastik?
- Jangan-jangan krupuknya mengandung plastik?
Entahlah Bro… Saya pun coba membakar minyak gorengnya. Sodet yang masih berlumuran minyak goreng saya dekatkan ke api kompor gas.. dan tak terjadi apa-apa. Jadi, saya berasumsi minyaknya aman. Silahkan disimpulkan sendiri Bro..saya pusing hehe…..
Lanjut ah… Selang beberapa hari setelahnya, di atas meja makan ada krupuk udang berukuran kecil yang digoreng sendiri. Karena saya masih penasara, saya coba bakar tuh.. dan hasilnya:
Yup, menyala dengan mudah. Saya rasa tidak benar sepenuhnya jika kita mempercayai bahwacara mengetest, apakah di dalam minyak mengandung plastik, dapat dilakukan dengan membakar krupuknya. ..
Dulu kita hanya kenal nama-nama pisang berdasarkan jenisnya, pisang ambon, pisang tanduk, pisang kepok, pisang susu, pisang batu dan sebagainya. Beberapa tahun belakangan ini, kita mulai mengenal yang namanya pisang Sunpride. Apa itu? Ya pisang-pisang yang dikelola Sunpride, sebenarnya pisang-pisang yang sudah ada, tetapi begitu dirawat sehingga hasilnya sangat baik dan penampilannya sangat cantik menggoda. Ibarat kata kalau pisang yang dijual di pinggir jalan dan pasar-pasar itu cewe yang mesti naik angkot dan jalan kaki, pisang Sunpride ibarat artis papan atas ibukota yang muyuuus, ga pernah kena matahari dan debu plus polusi hehe…
Saya suka sih pisang sunpride, tetapi tolong deh tidak dalam kemasan single! Yup, kita biasa beli pisang per sisir… Kalau beli per tandan mah tukang gorengan kali…
Kadang kita membeli per 2 buah, ya biasa digantung-gantung di tukang sayur lah yang keliling dan dinanti ibu-ibu rumah tangga.
Nah, suatu hari saya ke toko yang di mana-mana ada itu dan di dekat kasirnya terletak si pisang sunpride single ini:
Pisang itu sehat, kulitnya dibuang ke tanah bisa menyuburkan… Nah, kalau satu pisang dibungkus satu plastik begini, nyampah banget kan… Oleh karena itu, Blog Sesat menghimbau orang-orang tersesat ke sini untuk tak mendukung penjualan pisang dengan kemasan plastik seperti ini!
Ritual awal tahun saya salah satunya adalah bayar STNK kedua motor itu, GL biasanya telat, karena habisnya di awal tahun. Maklum, masih tutup atau masih eforia liburan, jadi seringnya kelewat, seharusnya akhir Desember saya bayarkan. Si Tiger Hitam relatif lebih aman, sebab baru di akhir bulan habisnya.
Untuk Tiger keluaran 1997 akhir ini, pajaknya turun Rp. 3000 rupiah. Tahun lalu saya masih harus bayar Rp. 140.000. Bagaimana dengan BMW K100 GL saya hehe.. Tahun lalu bayarnya hanya 77.000 rupiah. Nah, karena telat tahun ini, otomatis kena denda.
Ujung-ujungnya jadi bayar 124.200, beda tipis dengan Tiger yang 10 tahun lebih muda dengan kapasitas mesin 2 kali lebih besar hehe…
Kata yang tersesat