You are currently browsing the monthly archive for Maret 2015.

010_Hertrampf_Ducati_Desmosedici.jpg.3923888

Tahun 2008 lalu, Ducati mengejutkan fans motor balap dunia dengan menjual barang “ga kebeli” secara umum. Supaya barang eksotis ini bisa kebeli (sama agan-agan-red), tentu beberapa material tidak sama plek dengan yang digeber Casey Stoner di lintasan MotoGP. Yup, Ducati menjual tunggangan Casey Stoner ini seharga 61.500 Euro saja dan dibatasi 1500 unit saja. Secara jumlah, 1500 unit itu banyak jendral… Secara harga, 61.500 Euro itu juga murah gan… Bandingkan dengan satu unit motor yang siap diterjunkan di WSBK, ya minimal sampeyan kudu sedia kocek 80000 Euro kalau mau kompetitif.

Di Indonesia, motor ini tentu super exotis, kalau tak salah hanya ada 3 unit. Dari pantauan gaib, saking mahalnya, pemiliknya tentu sayang memakainya untuk happy-happy.. Beda dengan di Jerman sana, 61.500 Euro tak terlalu besar bagi mereka (yang berduit-red). Jadi, ada saja yang menggebernya di sirkuit lumayan pol-polan. Beberapa bahkan terpantau sudah terjatuh di lintasan. Harganya juga tak terlalu naik, masih stabil di kisaran harga barunya, jadi minimal tak jatuh lah. Beberapa sih turun, tetapi masih di 55.000 Euroan.

Salah satu yang mengotak-atik Desmosedici adalah si Om Hertrampf. Motor yang aslinya 61.500 Euro itu kini harganya jadi  130.000 Euro wkwkw.. Kapok ga tuh, sudah bisa beli Ferrari Bro.. Biaya modifikasi motor level dewa ya tentu juga selangit. Nah, apakah tenaganya melonjak tinggi? Tidak tuh wkwkw..

Namun, aura ini motor tentu jauh beda dengan superbike lainnya. Bunyinya membangunkan gairah para pembalap hobi, hingga yang mendengar motor yang digeber di Hockenheim ini pada berkumpul untuk menyaksikan tariannya di atas aspal sirkuit. Sebenarnya nekad juga ya si pemilik mempercayakan Om Hertrampf mengotak-atik Desmosedicinya ini. Namun, karena satu visi bahwa segala sesuatunya bisa dibuat lebih baik, bahkan motor sekelas MotoGP, doi mempercayakan kemampuan si tunner.

Apa saja sih yang dilakukan Denis Herttrampf? Ia mengoprek mesin V4, kepala silindernya kena sentuh dan aliran gas bakar diukur dengan flow bench. Timing pengapian motor yang kemnya gear driven ini juga diubah. Mesin motor pun kini memiliki kompresi lebih tinggi dibandingkan versi standarnya. Doi juga mengubah airbox dan mengganti knalpot sang kuda liar dengan produk Termignoni. Ubahan ini membuat motor lebih enak dipakai harian. Yup, Desmosedici kan motor sirkuit tulen, tentu kurang nyaman dan cocok karakternya dengan jalan raya. Tenaga Desmosedici pun lebih keluar di putaran yang lebih rendah.

Mengendarai Desmosedici sama sekali tak mudah, bahkan bagi pengendara superbike sekalipun. Saat pindah gigi dengan rpm terjaga dan gas dibuka, ban depan langsung lepas landas. Pengendara Desmosedici tak lagi disebut rider/biker, mereka mulai disebut “Pilot” di dalam teks asli majalah online Motorrad ini. Istilah ini setara lah dengan “pembalap”. JAdi, kalau naik Desmosedici, feeling balapnya benar-benar maksimal. Tak hanya bunyinya, akselerasinya, balancenya, dan karakternya menuntut rider lebih banyak meletakkan bobot di tangannya untuk menekan bagian depan motor yang sangat mudah “take off”.

 Sebenarnya feeling ini bukan didapatkan dari power mesin saja, ingat, powernya masih disunat di bawah 190 PS, jadi ya bahkan masih di bawah S1000RR atau ZX-10R. Feeling ini lebih didapat dari penggunaan sasis asli MotoGP Ducati tahun 2006. Pengendara benar-benar dipaksa merunduk karena setang letaknya sangat rendah. Untuk menaklukkan tikungan, pengendara tidak cukup pakai tangan dan kaki saja, tetapi benar-benar dituntut “main badan”. Kalau tidak begitu, motor akan keluar jalur… jadi sama-sekali tidak rider friendly… tak heran, butuh talenta besar untuk menjinakkannya. Ya, begitulah kata sang tester…

017_Hertrampf_Ducati_Desmosedici.jpg.3924014

Hertrampf-Ducati Desmosedici D16RR Stoner_Daten.jpg.4001452

Kalau soal mesin saja sih, sudah pasti ganas. Rem juga tak perlu diprotes, maklum, kualitas numero uno Brembo bisa dinikmati di Desmosedici. Namun, untuk mengendalikan motor berbobot 183 Kg bertenaga 187 PS ini sama sekali tidak mudah. Si tester bahkan mengatakan, memang potensi motor untuk lebih cepat di sirkuit sangat banyak, tetapi ridernya yang tidak sanggup. Dengan Yamaha R6 yang ready to race dengan settingan sempurna, doi merasa dirinya bisa lebih cepat di sirkuit dibandingkan jika harus mencari laptime yang lebih cepat menggunakan Desmosedici D16RR Stoner ini.

Hmmm, barangkali dia takut terjatuh….

http://www.motorradonline.de/einzeltest/hertrampf-ducati-desmosedici-d16rr-stoner-im-test-technische-daten-hertrampf-ducati/629760?seite=2

20150324_235436 Jika di Mission Impossible 2 Triumph yang melakukan product placement, di film terbaru Tom Ciyus kali ini, BMWlah yang melakukannya. Cara marketing macam ini tergolong super ampuh, sebab biasanya kendaraan tersorot cukup lama. Di film action, kendaraan bahkan diminta menunjukkan performa terbaiknya. Hebatnya lagi, kalau dipakai dalam film box office, maka bisa dibilang abadi, sebab film akan terus diputar dan terus diputar.

Seperti di film-film sebelumnya, mantan suami Kathie Homeless ini senang menunjukkan adegan doi bermotor kebut-kebutan, suatu hal yang tak mungkin dilakukannya di jalanan umum sebagai seorang publik figur. NAh, mumpung main film, puas-puasin deh tuh.

20150324_235539

Sepeda motor yang digeber kali ini adalah BMW S1000RR, motor superbike jalanan tercepat saat ini dan memiliki top speed tertinggi, bahkan dibandingkan Kawasaki ZX-14R dan Suzuki Hayabusa sekalipun! Versi jalan raya lho ya…Dulu pernah kita kupas kan..

https://motorklassikku.wordpress.com/2011/03/02/duel-top-speed/

Motor yang digunakan masih S1000RR versi lama, jelas terlihat dari mata piceknya.

Adegan geber-geberan ini sepertinya patut dinantikan, dari trailer sih tak tampak kekonyolan dan keanehan maksimal saat seperti Triumph Speed Triple dan 955 digeber, apalagi adegan motor berubah pakai ban pacul haha…

20150325_000110Nah, lihat sekarang potongan film di samping ini..inget apa hayooo??

Yup, persis adegan epic Tom Cruise di atas Kawasaki GPZ 900 di film Top Gun..anglenya mirip, kacamatanya ya mirip juga modelnya..mirip deh..Suka nostalgia juga ya orang-orang bule itu..

Ketika gambar bercerita:

Picture (5)

Picture (3) (1)

Picture (9)-1

Picture (7) (1)

Picture (6)-1

Picture (8)

Picture (4)

20150117_224454

Menikmati Jakarta dengan Vespa tentu tak menyenangkan jika dilakukan di hari kerja. Macet-macetan naik Vespa bagi saya tidak enak, mendingan naik K 100 GL hehe..Maklum, perpindahan gigi sering-sering rasanya di Vespa tidak enak, kasihan motor dan kabel koplingnya. Belum lagi rem yang kurang handal. Cukup sih kalau tak ada yang aneh-aneh tau-tau nongol dari sela-sela mobil. Jalan-jalan naik Vespa rame-rame pas macet pun juga tak enak, sebab Vespa 2 tak asepnya lumayan beracun kan, wong kalau ke luar kota untuk travel time yang lama, berasa kok maboknya kalau senantiasa di belakang Vespa lainnya yang berasap agak tebal. Selain itu, Vespa tidak dikenal sebagai motor yang irit bahan bakar, jadi kalau diajak macet-macetan, tentu borosnya lebih terasa. Kalau jalanan lowong sih, Vespa yang settingannya benar lumayan irit lho. Waktu dipakai ke Gunung Bunder, Excel Rose sanggup lah 1:25-1:30 konsumsi bensinnya.

IMG-20150117-WA0011

Ya, paling enak tentu menikmati Jakarta di akhir pekan di bulan tua di malam hari hehe… Jalanan lowong dan angin yang mulai mendingin menyajikan sensasi yang layak dinikmati. Apalagi perjalanan ditemani kawan-kawan dekat.

Jajan pun tak perlu mahal-mahal. Beli martabak (asal bukan martabak B*ss yang pakai Kitkat green tea) atau kalau mau lebih murah lagi ya beli es krim. Murah, meriah, perasaan santai dan senang pun diperoleh.

Pulang malam pun risikonya tak terlalu besar. Saya rasa Vespa 2 tak bukan mangsa favorit begal. Namun, senantiasa berdoa dan waspada ya wajib. Sebab banyak begal yang makan korban jiwa itu justru muncul oleh begal-begal level pemula yang dodol dan gegabah.

Saya rasa, semakin sedikit orang takut keluar malam, begal malah semakin mudah beroperasi dan bisa memperluas lahan usahanya.

080_Technik_Entwicklung_Yamaha_YZF-R1_Hideki Fujiwara.jpg.3894718

Mari kita lanjutkan interview dengan Hideki Fujiwara, orang numero uno yang mengembangkan Yamaha YZF-R1M di Amsterdam, kota 1000 museum yang banyak ehem-ehemnya itu wkwkw..

Apa titik berat pengembangan YZF-R1M?

Tujuan utama mengembangkan motor ini adalah untuk menjadi juara di sirkuit. Itu hanya bisa diperoleh dari bobot yang ringan, handling yang prima dan power delivery mesin yang sempurna.

Apa yang sangat menyulitkan untuk mencapai target itu?

Tantangan utama pastinya menemukan kompromi performa dan daya tahan. Kami mengenal sangat baik mesin M1, tetapi menyesuaikan mesin motor untuk bisa dipakai harian di jalanan umum dan bisa diproduksi dalam jumlah banyak (dan bisa “kebeli”-red), itu tentu sudah menjadi sebuah tantangan tersendiri.

Seberapa miripkah YZF-R1 dengan M1? Apa hal yang paling mirip, dan apa juga perbedaannya? 

Kemiripannya sekitar 80%. Kemiripan yang paling menyerupai tentunya konsep crossplane dan karakter handlingnya. Perbedaan terbesar adalah komponen-komponen R1 yang harus memperhatikan aturan-aturan yang harus dipenuhi motor jalanan yang menuntut parts yang memeiliki daya tahan yang kuat dan wajib panjang umur.

Percayalah perkataan saya: Daya tahan R1 harus sama lama atau awetnya dengan standard yang harus dipenuhi misalnya FJR 1300 (motor touring yang tentunya harus panjang umur-red). Hal ini tentunya tak terlalu mudah. Hal yang sama juga berlaku dalam soal harga (tidak boleh mahal layaknya motor prototipe-red). Di Yamaha, kami tahu, bagaimana membuat mesin dengan performa sangat baik di sirkuit, tetapi untuk membuat produk ini tetap memiliki harga terjangkau, itu tentu tak mudah.

120_Technik_Entwicklung_Yamaha_YZF-R1.jpg.3894790

Anda memendekkan jarak sumbu roda sebanyak 10 mm, bahkan dibandingkan R1 generasi sebelumnya, lengan ayun R1 terbaru ini lebih pendek 15 mm. Dan Anda melakukan itu, padahal di saat bersamaan, power motor ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Bagaimana bisa begitu? (Berisiko membuat motor semakin liar-red) 

Salah satu tujuan utama kami adalah membuat motor yang kompak (berukuran kecil-red). Berkat pengembangan teknologi elektronik, kami berani mengambil langkah ini. Tanpa teknologi ini (ABS, traction control, sliding control etc-red) tentunya langkah ini tak bisa diambil.

Apakah pembalap pabrikan Yamaha terlibat dalam pembuatan motor ini?

Ya, Valentino Rossi, Josh Hayes dan dua orang pembalap Jepang terlibat. Rossi bisa memberikan penilaian dan membandingkan motor ini dengan M1, terutama yang berkaitan dengan karakter pengereman dan akselerasi motor, sedangkan Josh Hayes benar-benar mengenal karakter motor balap R1 teraktual.

Mengapa Anda mengembangkan sendiri sistem elektronik R1?

Vendor tentu mengenal sistem produk mereka, tetapi mereka tak mengenal motor kami. Kami menguasai sistem elektronik dan tentunya mengenal motor kami. Keduanya tentu tak bisa dipisahkan.

Sumber: http://www.motorradonline.de/news/entwicklung-der-yamaha-yzf-r1-2015-interview-hideki-fujiwara/631190?seite=2

080_Technik_Entwicklung_Yamaha_YZF-R1_Hideki Fujiwara.jpg.3894718

Tahun ini, sebenarnya ada beberapa gebrakan besar di dunia motor balap kelas superbike. Ada Yamaha dengan YZR-R1M dan BMW dengan S1000RR barunya. Kedua motor ini mengalami penyempurnaan lumayan gila-gilaan dibandingkan versi sebelumnya. Namun, pesona kedua motor yang sama-sama dibuat dengan tujuan menjuarai WSBK tertutup silaunya rangka hijau, fairing carbonfiber dan desingan kompressor Kawasaki H2. Banyak bikers yang terpukau dengan kompressor dan tenaga yang dihasilkan. Di sini sebenarnya kejelian marketing Kawasaki dalam meningkatkan goodwill perusahaannya. Secara teknologi dasar, motor kompressor sudah muncul di tahun 1950an!

Nah, kali ini kita bahas kelahiran YZR-R1M yang tak lagi berada di bawah desain sebelumnya. Jadi, julukan Japanese 916 dipastikan sirna…

Yamaha melihat perubahan paradigma pembeli motor-motor superbike. Jumlah mereka semakin sedikit! Para fans ini tak lagi membeli superbike untuk jalan-jalan, mereka beli superbike untuk bisa kompettif di sirkuit!

110_Technik_Entwicklung_Yamaha_YZF-R1.jpg.3894772

Yamaha pun sudah rindu pada gelar WSBK. Oleh karena itu, Yamaha memutuskan untuk bisa membuat motor yang benar-benar kompetitif. Untuk itu, pengembangan berbasis motor jalanan pun ditinggalkan. Motor harus lahir di sirkuit dan race oriented! Sebelumnya, Yamaha pernah melakukan ini dengan mengeluarkan Yamaha R7 untuk menggempur WSBK.

Akhirnya Yamaha menelurkan R1M yang 80% mesinnya diadopsi dari Yamaha R1. Motor ini dikembangkan Yamaha di Amsterdam. Valentino Rossi terlibat langsung dalam proyek ini. Ada 100 orang yang mayoritas dari dunia balap dan MotoGP yang terlibat agar hasilnya bisa melahirkan motor superbike yang memberikan rasa M1! Hideki Fujiwara menjelaskan, untuk menang, motor harus ringan, memiliki handling yahud dan power deliverynya rapih!

Dari sisi keringanan, mesin lebih ringan dibandingkan R1 sebelumnya. Kini, bobot mesin dengan crossplane itu tak lebih dari 60 Kg! Ini dicapai dengan wadah oli dari magnesium dan bobot kruk as yang lebih ringan 20%. Forged piston,dan setang seher titanium menjamin daya tahan mesin yang dituntut melahirkan 200PS!

Velg dan subframe berbahan magnesium, tanki alumunium dan knalpot yang nyaris full titanium menambah ilmu peringan tubuh M1 semakin sakti. Tak heran, R1M hanya berbobot 199Kg fulltank! Bobot yang tadinya hanya ditawarkan Ducati Panigale! Namun, harganya kini R1 mulai bermain di 18000 Euroan, lebih mahal dibandingkan BMW S1000RR! Versi full optional, yakni R1M, pun ditawarkan di harga 22000 Euroan! Ya, jadi jelas tak lebih murah dibandingkan motor Eropa! Namun, dengan harga segitu, you olang bisa lasain M1! Kalo lu olang kaga pelcaya, lu olang tanya toko sebelah!

040_Technik_Entwicklung_Yamaha_YZF-R1.jpg.3894646

R1M juga dibuat lebih kecil dan kompak perawakannya. Untuk mengejar handling lebih lincah, motor ini lebih pendek 10 mm jarak sumbu rodanya dibandingkan versi lawas!  Lengan ayun bahkan lebih pendek 15 mm! NAh lo, ini dengan tenaga lebih besar lho..bagaimana mungkin, ga kebalik tuh????? Nanti motor malah jadi tidak stabil!

Yup… Kalau dengan teknologi konvensional, motor memang lebih lincah, tetapi stabilitas jelas dikorbankan dan motor jadi liar. Namun jangan lupa, hari gini perkembangan elektronik begitu canggih. R1M dilengkapi Kurven ABS (ABS yang bisa mencegah ban kehilangan cengkraman saat kita mengerem sambil rebah), traction control dan untuk pembalap tentu juga slide control (dengan ini, motor bisa sliding, dengan ukuran yang sudah didefinisikan sebelumnya).

Oh ya, lengan ayun ini lebarnya mirip-mirip M1, tetapi kalau M1 lebarnya ke bawah, yang ini ke atas. Bukan apa-apa, tetapi karena perlu ruang untuk knalpot kan…

030_Technik_Entwicklung_Yamaha_YZF-R1.jpg.3894628

http://www.motorradonline.de/news/entwicklung-der-yamaha-yzf-r1-2015-interview-hideki-fujiwara/631190?seite=2

Para pembalap MotoGP memang terlihat selalu berkilau, ini itunya serba nyaris sempurna. Kalau kita lihat pakaian balapnya, helmnya, sepatunya, semua terlihat baru. Padahal, mereka kan juga sering terjatuh dan dipastikan baju balap mereka bakal beset-beset tidak karuan. E10_Alpinestars_Rennservice.jpg.3925002

Nah, kalau jatuhnya sedikit dan baju balapnya hanya lecet sedikit, apa itu baju balap langsung dibuang? Ke manakah buangnya? Siap-siap ngorek-ngorek sampah nih kalau begitu di sekitaran tempat penyelenggaraan MotoGP.

Kalau di kelas bawahnya, macam Moto3 dan Moto2, baju balap pembalapnya tak selalu terlihat sesempurna pembalap MotoGP. Kalau kita jeli, kita bisa lihat bekas jatuh atau ada lecet-lecet dikit di baju balap mereka. Beda dengan pembalap MotoGP yang selalu kinclong.

Nah, kalau beset dikit langsung dibuang, sayang banget kan… Ternyata, sebanyak-banyaknya uang mereka, mereka tak main buang baju balap yang sedikit rusak akibat terjatuh. Ada tim sponsor baju balap yang siap melayani dan mereparasi baju balap pembalap level dewa ini.

A13_Alpinestars_Rennservice.jpg.3924642

Kali ini, kita akan lihat dapurnya Alpinestars. Tim inti mereka ya 3 orang ini… Para pembalap MotoGP yang disponsori Alpinestars akan menghampiri 3 ahli ini kalau baju balap mereka memerlukan sentuhan ahli. Bukan cuma jahit lho, tetapi tentu juga ada analisis kerusakan dan tingkat kekuatan benturan. Tim Alpinestars mendampingi di semua race di Eropa, sedangkan, kalau balap di luar Eropa, para pembalap pengguna Alpinestars harus jaga diri masing-masing. Aman lah, sebab rata-rata pembalap memiliki 5 set baju balap.

Meskipun punya banyak baju balap, mereka tak selalu mau menggunakan wearpack baru saat balap. Maklum, tingkat kelenturannya pasti beda. Para ahli Alpinestars ini juga memodifikasi baju balap, sepatu atau sarung tangan Alpinestarsnya sesuai kebutuhan pembalap. Misalnya saat tangan Cal Crutchlow bengkak, nah sarung tangannya disesuaikan tuh untuk menampung “bengkaknya”.

C40_Alpinestars_Rennservice.jpg.3924786Berbeda dengan baju balap zaman dulu yang pemeriksaannya hanya mengandalkan kejelian indra penglihatan dan peraba, pemeriksaan baju balap dan perlengkapannya saat ini juga melibatkan komputer. Terlebih lagi di masa kini yang penuh dengan sensor.

Yup, kan sekarang baju balap juga dilengkapi fitur airbag. Nah, sehabis kecelakaan, sebelum diperbaiki, baju balap dianalisis kerusakannya terlebih dahulu. Di situ dilihat, apakah airbag terkembang, berapa lama airbag terkembang, berapa tingkat kekerasan benturan, dan sebagainya. Kabel-kabel pun dicek, apakah masih berfungsi baik dan tak rusak akibat kecelakaan. Nah, di tim Alpinestars, ini kerjaan si Marco. Doi otak airbag sytemsnya Alpinestars. Lucunya, doi bukan ahli elektronik atau mekatronik, doi kuliahnya matematika, kemudian S2nya bidang ekonomi wkwkwk…

D10_Alpinestars_Rennservice.jpg.3924822

Nah, setelah ini itunya diperiksa dan dianalisis, barulah pakaian balap yang sebelum dianalisis itu sudah dibersihkan dibuang…

Eitsss.. salah deng…itu harapan kita yang siap-siap mulung baju balap pembalap MotoGP ya hehe..

Setelah itu, ternyata tidak main buang saja. Namun, baju balap yang masih bisa diperbaiki akan diperbaiki. Misalnya, kalau hanya lecet-lecet dikit, mereka punya alat untuk “meratakannya” dan mewarnai baju balap itu hingga terlihat layaknya baju balap baru.

D60_Alpinestars_Rennservice.jpg.3924912

Kalau rusaknya parah, bisa dilepas per bagian dan diganti baru. Nih, misalnya bagian lengan wearpack Marc Marquez.

Alpinestars sudah sedia set lengan baju balap ini. Jadi, tinggal buka dan pasang yang baru.

NAh, kalau yang rusak emblem-emblem sponsor, tentu juga perlu penanganan khusus. Tim Alpinestars juga sedia emblem-emblem sponsor itu dan mereka tahu, di bagian mana letaknya.

D70_Alpinestars_Rennservice.jpg.3924930Jadi, emblem yang lama diangkat, dan emblem yang baru pun dijahit. Untuk mengerjakan semua ini tak mudah. Meskipun banyak alat yang bisa menggantikan ketrampilan manusia, ketrampilan tangan manusia tetap diandalkan di sini.

Hmmm.. saya pikir sebelumnya baju-baju balap atau ini langsung jadi penghuni tong sampah.. Wah, bagaimana dengan fairing atau parts MotoGP yang rusak karena kecelakaan ya? Kalau main buang, jadi pingin mulung nih hehe…

Sumber: http://www.motorradonline.de/motogp/alpinestars-rennservice-motogp/629794

20150311_212457-1

Kadang kita diterpa masalah-masalah yang pelan-pelan membuat tekanan darah kita naik dan membakar sumbu kesabaran. Jika disimpan terus-menerus, katanya sih takutnya bisa meledak sewaktu-waktu. Kalaupun orangnya sangat bisa mengontrol emosi, kalau ditahan-tahan malah jadi menyakiti diri sendiri, kata orang Jerman bisa kena psychosomatische Krankheiten alias penyakit psikosomatis. Sepemahaman saya, ini penyakit-penyakit yang timbul karena tekanan batin, makan hati, terlalu lama sendiri, atau yang di situ kadang merasa sedih.

20150311_213333

Alkisah suatu hari saya sedang kebanyakan tenaga. Energi macam ini tentu juga perlu disalurkan, sebab kalau ditahan nanti energi ini diubah jadi lemak wkwkwk…

Saya pun memutuskan mengambil Autosol, ya batu ijo versi kemasan lah. Enaknya sih ini campurannya pas, jadi lebih praktis dan saya dapat kesan, Autosol lebih keras dibandingkan batu ijo. Mungkin karena selama ini saya memakai konsentrasi rendah saat menggunakan batu ijo, jadi banyakan bensin/minyak tanahnya.

Korban saya kali ini tak lain dan tak bukan adalah footstep si Tiger Hitam. Nah ini aslinya, sudah pernah saya batu ijo, jadi doi sebenarnya sudah mengkilap, tetapi karena lama tak digosok lagi, ya terakhir digosok tahun 2007/2006 lah, kilaunya sudah memudar.

20150311_215457

Untuk menggosok, saya menggunakan kain bekas. Kadang pakai bahan jeans, kadang pakai kaos. Nah, kali ini saya pakai kolor bekas wkwkw…

Nah, untuk sebuah footstep, saya habiskan kira-kira 20 menit. Nah, hasilnya ya seperti di samping ini. Lumayan kan, berkilau layaknya habis dichrome. Enaknya, hanya butuh waktu singkat dan makan biaya beberapa ribu rupiah saja. Sampeyan pun bisa membakar lemak dan menyalurkan amarah dengan positif.

Jika Blogger motor tanah air testride matic 150cc Yamaha terbaru, maka Blog Sesat seperti biasa tak pernah diundang untuk urusan beginian, maklum, sepinya layak kuburan di luar hari Lebaran hehe… Meskipun begitu, Blog Sesat lumayan terhibur karena mendapatkan kesempatan menjajal motor berkapasitas sama-sama 150cc. Salah seorang anggota geng Vespa Musiman chapter Lebak Bulus mengundang Blog Sesat untuk testride mainan barunya, sebuah Lambretta LD 150 yang warnanya mengingatkan crew Blog Sesat pada kapal perang haha…

Picture (4)

Bagaimana impresi naik motor Italia kelahiran kota Milan ini? Kesan pertama, tentu dibandingkan dengan rivalnya, Vespa, Lambretta LD 150 menyambut ridernya dengan riding position yang sedikit lebih sporty. Mungkin ini karena letak setangnya yang pendek. Naik scooter ini saya mendapatkan kesan: cepat akrab. Mungkin karena ergonominya yang memang rileks. Saya merasa lebih rileks naik Lambretta dibandingkan naik Vespa. Untuk boncenger, lebih enak juga naik Lambretta, sebab posisi kaki tidak ngangkang seperti di Vespa. Kaki boncenger bisa dengan mudah diletakkan di samping body Lambretta yang memang ramping karena mesinnya tegak, tidak di samping seperti Vespa.

Picture (3)

Lambretta LD 150 pun dinyalakan, sama lah dengan Vespa, distandar tengah dulu. Suara mesinnya pun langsung membahana. Terdengar lebih besar dibandingkan Excel Rose dan bunyinya lebih Bajaj 2 tak hahaha… dari jarak lebih dari 50 meter pun, bunyi Lambretta masih bisa disimak.

Picture

Tak perlu menunggu lama, crew Blog Sesat pun langsung nyemplak di jok motor produksi Innocenti yang bentuknya familiar, mirip punya R25 dan R27 lah, model sadel. Riding position dengan setang pendek bawaannya jadi ingin geber gas ala pembalap. Namun, tenaga mesinnya ternyata kecil, sirnalah minat geber pol scooter dengan 3 tingkat percepatan ini. Pengoperasian gigi sama dengan Vespa, di tangan kiri, rem depan di tangan kanan, rem belakang di kaki kanan.

Gigi satu terasa sangat pendek, sedangkan kurang enaknya, gigi 2 jaraknya jauh dari gigi 1. Jadi, kalau rpm gigi 1 terlalu rendah, motor terasa berat. Jika Vespa biasa saja macet-macetan dan stop n go dengan gigi 2, maka dengan Lambretta sangaaaat berat, jadi harus start dari gigi 1.

Bedanya dengan Vespa yang biasa saya pakai, Lambretta lebih mirip BMW..maklum, pakai gardan haha.. Pantas saja, pas dibawa jalan ada dengungan guuuung..nguuung.. Saya duga ini bunyi gardan. Kelemahan utama Lambretta ini dibandingkan Vespa adalah ground clearancenya yang super pendek. Kena jalan gelombang saja kalau boncengan kadang mentok.. Jadi, kalau lewat polisi tidur, ya harus super hati-hati. Saat saya bawa dengan membonceng teman saya, kami selalu berdiri saat lewat polisi tidur haha..lucu juga nih scooter.

Meskpun scooter ini menggunakan velg ring 8, jangan ragukan kenyamannya dibandingkan Vespa. Kalau saya bandingkan Excel Rose dengan Lambretta LD 150 ini, kenyamannya ibarat kenyamanan Xenia-Avanza/Livina Vs. mercy kebo wkwkwk.. Sayangnya ya karena kecil saja tenaganya.

Oh ya, Lambretta klassik sayangnya sudah tutup produksi di tahun 1971 akibat krisis tahun 60an. Aset mereka dibeli India. Sebelumnya, Lambretta juga menjual lisensinya ke berbagai negara seperti Jerman, India, Inggris, Spanyol, Argentina dan Brasil. Di Jerman, NSU yang memproduksi Lambretta. Ini nih penjelmaan Lambretta LD 150 di Jerman:

800px-ZweiRadMuseumNSU_NSU_Prima

Namanya NSU Prima D yang diproduksi sejak tahun 1956-1960 sebanyak 76.911 unit, banyak juga ya. Motor berkapasitas 146 cc 2tak ini top speednya termasuk rendah, hanya 80 Km/jam. Mungkin ini karena bobotnya juga yang mencapai 123 Kg. Menurut saya sih termasuk ringan kalau melihat material scooter ini yang memang kokoh. Bedanya dengan LD 150, bisa terlihat paling jelas di setang. Kalau LD 150 setangnya telanjang, sedangkan Prima D lebih rapih dengan setang yang dibuat dari plat baja yang dipress. Prima D juga lebih sempurna dengan spidometer, jam dan banyak ornamen-ornamen chrome yang menghiasinya.

Dengan kapasitas bensin 7,3 liter, scooter Jerman berdarah Italia ini bisa jalan-jalan cukup jauh, sebab untuk menempuh 100 Km, Prima D yang berkapasitas 146 cc dan bertenaga 6,2 PS ini hanya minta jatah 2,7 liter bensin. Sangat irit mengingat motor ini adalah motor 2 tak. Berbeda dengan Lambretta yang disupply oleh Dell Orto, karburator yang menyuapi mesin NSU Prima D adalah Bing, supplier karburator Jerman yang juga dipercayai BMW sebagai produsen karburator untuk motor-motor BMW.

Hayooo, apa coba itu DHM? Kalau DTM yang merupakan balap mobil Jerman biasanya sih banyak yang tahu, sedangkan DHM memang tak terlalu populer, bahkan FHM lebih populer hehe…

DHM itu adalah Deutsche Historische Motorradmeisterschaft alias balap motor untuk motor-motor yang dianggap historis. Simplenya sih, ini balap motor klassik di Jerman. Ketika tadinya hanya untuk motor-motor yang sudah lumayan berumur, seiring berjalannya waktu, muncul motor-motor yang kini juga tergolong motor berumur kan… Nah, mengikuti perkembangan zaman ini, DHM pun membuka kelas baru, supaya motor 80an hingga 90an juga bisa beraksi kembali di sirkuit.

410_Sachsenring-Classic-2014_1024.jpg.3231368

Salah satu kelas yang dibuka adalah untuk sespan, yang ini tak perlu kita bahas lah, sebab di sini sama sekali tak populer, bahkan belum pernah saya lihat ada balap sespan di Indonesia.

Deutsche-Historische-Motorradmeisterschaft_Klasse-B_Suzuki-GSX-R-750_1024.png.3992874

Nah kelas tambahan lainnya adalah untuk motor-motor 2 tak semimodern. Motor kelas A mencakup motor 2tak keluaran tahun 1984-1993. Nah, jadi para penggemar motor 2tak macam Yamaha RD500, Suzuki RG500 dan Honda NSR 400 bisa menikmati aksi motor-motor ex -GP di kelas ini. Lengkingannya ane jamin sakit di kuping hehe..tapi pasti sampeyan bakal ketagihan.

230_Sachsenring-Classic-2014_1024.jpg.3231944

Nah, kelas B adalah untuk motor-motor supersport dan superbike yang termasuk motor-motor gacoan di awal WSS dan WSBK muncul. Motor-motor terbitan tahun 1984-1993 bermesin 4 tak 4 silinder dengan kapasitas maksimum 750 cc dan kapasitas maksimum 1000 cc untuk motor dengan mesin 2 silinder bisa berpartisipasi di kelas ini.

150_Sachsenring-Classic-2014_1024.jpg.3231800

Sayang ya di tanah air belum terstruktur untuk balap motor klassik dan newtimer macam ini. Kalaupun ada, sifatnya tidak terus-menerus, padahal fans motor-motor tahun segini di tanah air juga banyak. Motor-motor ini tetap terlihat indah bagi penggemarnya dan balapan hobi macam ini lebih dinikmati banyak kalangan. Balap macam ini tak hanya menguntungkan penggemarnya saja, tetapi juga bengkel dan penyedia parts motor lawas. Hmm, mungkin sulit tercapai di Indonesia ya, sebab pemegang modal besar biasanya ATPM yang hanya memikirkan penjualan motor baru.

Oke Bro, segitu dulu, ini bonus motor-motor superbike cantik dari akhir tahun 80an hingga awal 90an yang ikutan ajang ADAC Sachsenring Classic:

120_Sachsenring-Classic-2014_1024.jpg.3231746

Keren kan Kausakiti  Kawasaki ZX-7R…

190_Sachsenring-Classic-2014_1024.jpg.3231872

Mantebsnya Honda RC 30, legenda, Juara awal-awal penyelenggaraan  WSBK…….

240_Sachsenring-Classic-2014_1024.jpg.3231962

Yamaha YZF-750 R, tenaga paling kecil, tetapi kompetitif berkat handlingnya..

330_Sachsenring-Classic-2014_1024.jpg.3232124

Suzuki GSX 750 R, salah satu peletak standar baru untuk sebuah motor superbike

430_Sachsenring-Classic-2014_1024.jpg.3231404

Ducati 916, tanpamu, Carl Foggarty siapa tuuuuuhh?

Sumber foto: http://www.motorradonline.de

http://www.motorradonline.de/termine-und-treffen/adac-sachsenring-classic-2015-vom-19-bis-21-juni/640910

tersesat muter-muter

  • 2.531.490 x 1000 rpm

Waspadalah! Mungkin saya menyesatkan Anda....

Telah Menyesatkan

hmmm

Top Clicks

Follow Motorklassikku on WordPress.com