You are currently browsing the monthly archive for Oktober 2009.
Dalam ilmu marketing (di Jerman sini lo..tau deh di tempat lain hihi…), dikenal ada dua tujuan atau target marketing: ekonomis atau psikografis. Target ekonomis disebut juga target yang sifatnya quantitatif karena memang bisa dihitung dan sifatnya konkret, misalnya: menaikkan omset, memperbesar keuntungan, memperbesar daerah pemasaran dan sebagainya. Nah, target ekonomis ini gampangnya ya: bisa diukur dengan duit duit dan duit! Perusahaan itu ada karena ingin mengumpulkan duit kan… Jadi, semua perusahaan ya pasti punya target ekonomis. Misalkan, sebuah perusahaan motor punya tujuan ekonomis: menaikkan jumlah penjualan motor X, atau contoh lainnya: perusahaan itu ingin memperbesar keuntungannya yang diperoleh dari penjualan motor Z. Nah, kalau target marketingnya ini tercapai, ya artinya target ekonomisnya terpenuhi.
Nah target psikogafis itu apa? Target psikografis itu disebut juga target nonekonomis/target preekonomis/target qualitatif. Target psikografis itu sifatnya tidak riil layaknya target ekonomis. Target psikografis itu adalah target yang berkenaan dengan keadaan mental si konsumen atau calon konsumen, gampangnya: apa sih yang ada di benak konsumen, atau dirasakan konsumen ketika mendengar nama sebuah perusahaan. Artinya: image konsumen terhadap sebuah perusahaan dan produknya. Pentingkah target psikografis ini untuk dipenuhi? Penting! Dari namanya saja target preekonomis, artinya, target ini harus dipenuhi terlebih dahulu untuk mencapai target ekonomis, sebab target psikografis ini adalah prasyarat terpenuhinya target ekonomis..ngerti ora Bro??????
Nih biar jelas:
Misalkan Yamaha ingin memperbesar penjualan jatah motor sportnya (motor balap) di dunia. Nah itu namanya tujuan ekonomis. Nah, supaya konsumen bisa tergaet hatinya untuk membeli motor balap Yamaha, ya harus ada wujud konkret dan keuntungan yang bisa ditawarkan motor-motor balap Yamaha dibandingkan kompetitornya. Jadi, diproduksilah motor-motor balap yang punya potensi jadi motor juara dan punya spek lebih baik daripada kompetitornya. Dengan langkah ini, semestinya sih penjualannya akan meningkat. Namun, apakah cukup dengan produk terbaik di kelasnya? Tidak..
Nah, disinilah peranan promosi dan usaha politik komunikasi lainnya diperlukan! Disini muncullah target psikografis sebagai prasyarat target ekonomis: Konsumen harus diyakinkan, motor balap Yamaha adalah motor juara! Caranya ya dengan sekuat tenaga menjuarai kompetisi-kometisi balap dunia, mulai dari MotoGP. WSBK, WSS dan balap-balap moge lainnya di berbagai tingkat nasional. Untuk mencapai target psikografis ini, Yamaha tentunya harus keluar biaya extra besar. Di MotoGP tahu kan mereka berani bayar siapa-siapa saja… di WSBK pun dulu pernah saya tuliskan, hanya Yamaha yang berani bayar Ben Spies! Nah setelah target-target ini tercapai, artinya target psikografis Yamaha sudah tercapai, tinggal langkah selanjutnya bagaimana… Memang Yamaha jadi babak belur karena berusaha merajai dunia balap motor dalam satu periode dan dalam waktu singkat, tetapi ingat: target psikografisnya tercapai. Sekarang, bagaimana langkah selanjutnya untuk memenuhi target ekonomis mereka….. Masih sanggup memasuki fase selanjutnya untuk memetik hasil pencapaian target psikografis dan menuju kesuksesan, atau keburu kehabisan nafas karena memforsir di tahap-tahap awal marathon?????????
Sumber:Prof. Ingo Bieberstein
Diceritakan Kembali oleh: Prof. Dr. Arie Slight, MBA. SE. (sarjana edan)

saya jadi agak bingung juga. Di satu sisi, sebagai seorang bikers, saya merasa ada kebebasan yang hilang. Di sisi lain, kalau memang aturan ini benar-benar dijalankan secara konsisten dan berkesinambungan, ya memang harus diterima. Pertanyaannya sekarang, apakah aturan ini akan benar-benar diberlakukan dengan konsisten dan tanpa pandang bulu? Sekarang, yang ingin diraih dengan aturan ini sebenarnya apa? Mengurangi kebut-kebutan di jalanan umum atau mau mengurangi tingkat kebisingan dan polusi udara? Kalau tujuannya mengurangi kebut-kebutan, saya rasa sih tidak akan terlalu efektif, atau mungkin hanya efektif di awal-awal saja, kan masih banyak cara lain meningkatkan performa motor… Nah, kalau tujuannya point yang ke-2, ya itu harus didukung. Namun, bagaimana pelaksanaannya nanti? Apa polisi nantinya berani menghentikan klub-klub motor besar yang knalpotnya mengeluarkan suara layaknya helikopter????? Lalu, bagaimana nasib bikers jelata? Bagaimana nasib orang-orang yang bekerja di bidang industri knalpot racing? Bagaimana pendapatan bengkel-bengkel tune up dan toko-toko variasi nantinya? Bisa saja nantinya yang menjamur adalah knalpot-knalpot racing yang berwujud knalpot standard! Nah, yang doyan bentuk knalpot non standard bagaimana dong???
Kalau bercermin pada aturan dimarih, knalpot nonstandard tetap legal kok! Bentuknya keren, suraranya juga lebih mantebs dibandingkan standard (walaupun tidak terlalu memekakkan seperti sebelum adanya aturan). Knalpot (Yang kita bicarakan untuk pemakaian di jalan raya lho… kalau di sirkuit sih bebas…) yang dijual oleh produsen-produsen terkemuka selalu dibekali label ABE/EG/BE. Dengan adanya label ini, knalpot nonstandard itu artinya bebas dan legal digunakan di jalan umum. Secara bunyi, knalpot-knalpot ini masih memenuhi standard desible maksimum yang ditetapkan dan demikian juga secara emisi! Kalau ada label dan surat-surat ABE/EG/BE, artinya si pembeli tinggal pasang dan tidak perlu takut terjaring razia polisi.
Nah, bagaimana dengan yang doyan nge-custom sendiri untuk mendapatkan bentuk knalpot yang unik dan tidak ada yang nyamain? Bisa juga legal kok… syaratnya mereka harus menguji knalpotnya ke bengkel TüV yang resmi. Namun, cara ini tidak disarankan, sebab si pemilik harus mengeluarkan duit yang tidak sedikit: 32,6 Euro untuk mendapat rekomendasi bentuk dan kelayakan pemasangan/ desain/dsb. dan 90 Euro untuk mendapatkan surat lulus test kebisingan! Mahal kan…. Makanya, ambil yang sudah dari sananya memiliki ABE/EG/BE!
Di Jerman sendiri, ada juga lho yang bandel-bandel dan nekad. Namun, risikonya kalau ketangkap polisi juga beraaaaat. Apalagi disini bikin SIM harus ikut sekolah dan ujian yang totalnya memakan lebih dari 1000 Euro. Belum lagi denda yang tidak bisa ditawar-tawar. Di samping itu, ada juga lho bengkel TüV yang nakal! Maksudnya, bisa memberi “kelonggaran” surat lulus TüV! Nah, bengkel-bengkel seperti ini biasanya sih “dirahasiakan” sesama pelanggan hihihi… katanya sih yang menjalankan bisnis bandel semacam ini orang-orang Turki (stereotip Bro…).
Terus, bagaimana kalau beli knalpot yang bersurat, tetapi kok kayaknya bunyinya terlalu keras? Nah kalau sudah begini, kan situ bisa memulangkan kembali tuh knalpot ke produsennya. Makanya, bukti pembelian selalu disimpan. Ada juga kasusnya yang tidak tembus razia polisi, meskipun knalpot nonstandardnya dijamin dengan ABE/EG/BE dari produsennya. Nah kalau kasusnya begitu, si “korban” bisa menuntut ke produsennya dan mengganti biaya kerugian (harga knalpot, biaya pengadilan, biaya derek, biaya pengacara dsb.nya).
Bagaimanakah keadaan di Indonesia nantinya??? Pastinya, ketegasan dan kekonsistenan para penegak hukum mutlak disini! Untuk para produsen knalpot, penggunaan sertifikat legal macam yang ada di Jerman boleh jadi menjadi jalan keluar dan kompromi yang baik dengan pihak pemerintah! Aturan tentang knalpot ini memang akan datang waktunya dan tidak bisa dihindari terus-menerus….
Nah buat yang doyan kebut-kebutan pakai knalpot racing, ya ke sirkuit dooooong.. Modal dikit lah.. Yang penting kan jauh lebih aman dan tidak memakan hak orang lain. Ki Gede Anue pun menanyakan kepada Mbah Surip melalui wawancara gaibnya:
Ki Gede Anue: “Mbah Surip.. gimana nih nasib anak-anak muda yang mau jadi pembalap? Kalo knalpot racing dilarang dipakai di jalan raya, jadi ga “hot” dong kebut-kebutannya???? Terus, kalau mereka mau jadi pembalap handal, gimana Mbah?”
Mbah Surip: “HAHAHAHA…. Barangsiapa mau jadi pembalap unggul, kurangi tidur, banyakin Nyentul HAHAHA………. Pokoknya gas puuuullllllll Okeh??? HAHAHAHAH..“
Foto: bajak!
*AAAARRGGGHHHHHHH… kudu bayar internet ampir 6 Euro huhu…

var data, p;
var agt=navigator.userAgent.toLowerCase();
var img=escape(“counter02.png”);
document.cookie=’__support_check=1′;
p=’http’;
if((location.href.substr(0,6)==’https:’)||(location.href.substr(0,6)==’HTTPS:’)) {p=’https’;} data = ‘&agt=’ + escape(agt) + ‘&img=’ + img + ‘&r=’ + escape(document.referrer) + ‘&aN=’ + escape(navigator.appName) + ‘&lg=’ + escape(navigator.systemLanguage) + ‘&OS=’ + escape(navigator.platform) + ‘&aV=’ + escape(navigator.appVersion);
if(navigator.appVersion.substring(0,1)>’3′) {data = data + ‘&cd=’ + screen.colorDepth + ‘&p=’ + escape(screen.width+ ‘x’+screen.height) + ‘&je=’ + navigator.javaEnabled();};<brs
Suzuki di Indonesia saat ini memang sedang menyingkir dan membiarkan AHM dan YMKI gebuk-gebukan sendirian di atas ring. Memang cara inilah yang paling aman dan paling hemat dalam melalui krisis ekonomi kali ini. Namun, selamanya berdiam diri tentu akan membuat perusahaan mandek. Suzuki yang sedang mengirit nafas untuk mengeluarkan jurus-jurus baru harus memikirkan, bagaimana jurus barunya nanti bisa membuat pendekar-pendekar lainnya bergidik ngeri.
Mungkin saja Suzuki mengeluarkan motor sport 250 cc yang dapat membuat Ninja 250 R berniat kembali naik gunung untuk memperdalam ilmunya. Namun, perlu diingat lagi, turun di kelas ini tidak akan mudah, mengingat Suzuki harus rebutan lahan dengan Kawasaki. Bisa jadi di awal penjualan produk mereka disambut meriah,-barang baru gitu lho…- tetapi untuk selanjutnya, tentu konsumen berpikir ulang, Ninja 250 R atau pendekar 250 ccnya Suzuki??? Suzuki harus extra hati-hati disini, jangan samai jagoan baru mereka hanya (kembali) berumur pendek.
Ki Gede Anue yang dimintai pendapatnya langsung melakukan terawang gaib. Menurut beliau, Suzuki bisa meluncurkan jurus lainnya yang memiliki pasar lebih besar. Yup, mainan skutik! Bedanya, sikat kapasitas besar! Kenapa begitu?????
1. Di blognya Mas Tri berkali-kali diterangkan, pasar skutik kedepannya semakin membesar! Ini saya lihat tidak lepas dari bertambah banyaknya biker baru yang butuh motor yang gampang dikendarai dan biker lama yang mencari kepraktisan (malas bersihin dan melumasi rantai misalnya).
2. Meningkatnya kemacetan lalu lintas pun semakin meningkatkan minat akan motor skutik.
3. Kelas ini baru dihuni skutiknya Minerva, tetapi kan nama Minerva masih banyak yang meragukan dan katanya sih performanya tidak memenuhi ekspektasi atas motor skutik 150 cc.
4. Tenaga besar memang disukai! Kenapa Yamaha Mio begitu kuat bercokol? Bukan hanya sebagai perintis, performa, desain atau berlimpahnya aksesoris saja, tetapi juga berlimpahnya komponen racing dan bore up untuk skutik yang satu ini dibandingkan kompetitornya! Ya kalau dari sudut pandang saya, dalam urusan kemudahan korek-mengorek mesin, Mio lah penggantinya RX-King!
5. Melirik ke skutik-skutik bore up sekarang, banyak yang ingin kencang tetapi enggan melakukan bore up. Ya karena takut umur mesinnya pendek. Oleh karena itu, motor skutik bertenaga besar standard pabrik punya peluang besar disini, dah kenceng, ada jaminan mesinnya lagi!
Nah, di Jerman dan negara-negara Eropa lainnya, Suzuki meluncurkan Suzuki Sixteen. Motor yang iklannya dibintangi Alessandro Del Piero ini punya jurus bagus yang bisa diterapkan Suzuki di Indonesia. Nama Sixteen sendiri berasal dari ukuran ring velgnya yang 16 inci, yang bukan merupakan ukuran lumrah untuk skutik. Untuk data lengkapnya silahkan di google sendiri (maklum, internet bayar nih huhu…). Singkatnya, Suzuki Sixteen ditawarkan dua versi, yang 125 cc dan 150 cc. Semua fitur yang ditawarkan identis, hanya beda di kapasitas saja! Dengan cara itu, Suzuki bisa menghemat biaya produksi. Ini terlihat dari perbedaan harga, si Sixteen gambot hanya lebih mahal 240 Euro (buat ukuran sini murah banget tuh…)! Sixteen 150 berkapasitas tepatnya 156 cc dan menghasilkan tenaga maksimum hingga 15 PS dan torsi maksimum 13,2 Nm. Artinya, tenaga maksimumnya lebih besar 2 PS dibandingkan yang 125 cc. Top speednya pun diterangkan Suzuki Jerman setinggi 110 Km/jam. Bandingkan dengan Address 125 yang diterangakn Suzuki di situs resmi yang sama hanya memiliki top speed 95 Km/jam!
Nah, kalau Suzuki mengeluarkan jurus ini untuk pasar Indonesia, mantebs toh… Di kelas bebek disikat Satria FU, dan di kelas Skutik pun bisa dirajai dalam urusan performa! Tidak perlu memproduksi model-model baru. Untuk mengirit nafas, gunakan saja skutik yang sudah beredar, tinggal tingkatkan saja kapasitasnya seperti di jurus Suzuki Sixteen 125 dan 150!
Terawang Gaib by Ki Gede Anue







Sayang waktu penyelenggaraan World Superbike Sentul tanggal 10-12 Oktober 1997 lalu saya masih kecil, belum doyan sepeda motor. Saya rasa, banyak juga dari Bro sekalian yang melewatkan event dahsyat penyelenggaraannya sangat dinanti-nanti kembali di tanah air. Kebetulan saya dapat buku murah di Sachsenring lalu, isinya seputar kejuaraan WSBK 97. Kebetulan, saat itu Sentul menjadi seri penutup WSBK 1997.
Kita mulai ceritanya… Kocinski, meskipun sudah menjadi juara dunia, tetap tampil ngotot di Sentul. Meskipun keracunan makanan (makanya, dibilangin orang bule kagak kuat makan rujak bebek pedes kaga percaya seeehh!!!), dirinya tetap mendominasi sesi latihan, diikuti oleh Fogarty, Chili, Slight dan Crafar. Catatan waktu Kocinski dengan RC45 tampaknya belum rontok hingga saat ini oleh motor-motor Superbike lainnya yang menjajal Sentul. Pembalap USA ini mampu meraih pole di sirkuit sepanjang 3, 965 Km ini dengan catatan waktu 1: 26, 839 menit (164, 373 Km/h) dan fastest lapnya 1: 27, 151 menit (163, 784 Km/h) !
Sebenarnya, seri penutup di Sentul tidak lagi berpengaruh pada perebutan gelar juara dunia, sebab John Kocinski telah mengamankan posisinya di seri sebelumnya di Sugo, Jepang. Meskipun begitu, pertempuran tetap berlangsung edan-edanan. Meskipun Kocinski satu-satunya pembalap jempolan yang berhasil membawa Honda RC45 menjadi motor juara dunia, “keegoisannya” membuat Honda gagal menduduki posisi 1 dan 2, karena dia tidak membiarkan Aaron Slight menang di Sentul. Duet maut mereka dalam race yang bersuhu udara hingga 35 ° Celcius dalam bayangan bisa Bro saksikan di Youtube:
http://www.youtube.com/watch?v=ZD5Sc2Ub7-Y
Foto disamping memperlihatkan keadaan di podium race 1. Hanya ada Kocinski si juara dan Carl Fogarty di podium 3. Aaron Slight yang masih harus rebutan posisi wakil juara dunia dengan Fogarty ngambek berat gara-gara “little John” tidak memberikan jalan kepadanya. Akibat kekurangsportifannya, Slight pun harus membayar denda sebesar 5000 Frank Swiss.
Di race 2, Kocinski melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya di musim WSBK 97. Baru kali ini dia tidak meraih poin akibat ngotot memotong racing line andalan Kawasaki saat itu, Simon Crafar. Akibatnya, Fogarty dapat durian runtuh. Ia menutup musim dengan manis karena dapat meraih gelar wakil juara dunia WSBK 97 sekaligus mendapatkan kemenangan ke-6nya musim itu. Aksi mereka bisa Bro lihat juga di Youtube:
http://www.youtube.com/watch?v=k3223pwZ19o


Sumber:
Roland Brown: Motorräder, Faszination und Abenteuer
Bro pastinya pernah dengar atau melihat gambar-gambar BMW K-1 kan? Kalau melihat sepintas, memang mengingatkan pada motornya Ksatria Baja Hitam, si Roadsector ya? Memang di akhir tahun 80-an, motor aerodinamis begitu wujudnya. Kalau buat kita sekarang terlihat cupu, dulu ni motor adalah salah satu yang paling futuristis!
BMW K-1 bisa dibilang sebagai tonggak gebrakan BMW dan menegaskan perubahan radikal dalam produk-produk mereka selanjutnya. BMW yang tadinya dikenal sebagai produsen motor touring yang nyaman, efisien dan berdesain konvensional, beralih menjadi pabrikan yang berani meluncurkan desain extra berani dengan corak warna yang bikin “sakit mata”.
K-1 sendiri sudah dikembangkan sejak tahun 1983. Motor yang diluncurkan untuk pertama kalinya tahun 1989 ini dibekali mesin yang dikembangkan dari mesin BMW K 100 RS. Mesin 4 silinder segaris tiduran yang sudah DOHC dengan 16 klep dan berkapasitas 987 cc ini mampu menghasilkan tenaga hingga 100 PS @ 8000 rpm. Tenaga 100 PS mesin berpendingin air ini sebenarnya dibatasi lho.. Motor dengan 5 tingkat percepatan ini memiliki bobot yang cukup berat, yakni 259 Kg. Namun, untuk ukuran motor touring, berat ini masih dalam batas normal. Meskipun bobotnya berat, K-1 sanggup menembus 233 Km/jam dan tetap stabil, meskipun top speed sudah diraih. Ini tidak lepas dari rancangan fairing yang sangat matang! Untuk ukuran motor besar bertenaga 100 PS, top speed segitu sulit diraih. Berkat fairing yang terbukti dalam test akhir tahun 1988 sebagai fairing dengan aerodinamika terbaik, K-1 mampu meraih top speed yang tinggi dengan berbekal tenaga hanya 100 PS.
Dibalik jubahnya yang terlihat radikal, tersimpan rangka pipa baja yang konvensional. Meskipun begitu, kaki-kaki BMW termasuk yang terbaik di zamannya. Dengan garpu depan dari Marzocchi dan di buritan dengan lengan ayun pro arm Telelever, K-1 dinilai memiliki peredaman yahud dan mantabs melibas tikungan cepat. Walaupun tidak cocok untuk balap, akselerasinya dinilai baik dan manuvernya di tikungan capat sangat yahud. Hanya saja, mulai 5000 rpm, rider mulai merasakan getaran yang ditimbulkan mesin. Sebagai motor touring, K-1 dipuji kenyamanan dan stabilitasnya di kecepatan tinggi. Fairing dan spakbor depan yang extra gambot bekerja sempurna mengurangi hambatan udara. Hanya bagian helm pengendara saja yang masih terkena terpaan angin dari depan. K-1 yang nyaman karena dilenkapi jok yang lebar ternyata juga memiliki kelemahan akibat konsep aerodinamikanya. Box integral di bagian kanan-kiri bodi belakang motor memang didesain aerodinamis, tetapi untuk ukuran motor touring, kedua box ini dianggap terlalu kecil. Para pengritik bahkan bilang: Cuma bisa buat nyimpen sikat gigi dan kartu kredit! Kedua box ini juga menjadi titik lemah, sebab menyulitkan pemasangan box tambahan!
Di segi pengereman, Brembo menjadi nama yang tidak perlu diragukan lagi. Bagi mereka yang peduli dengan keselamatan, bisa melengkapi K-1 dengan teknologi ABS! Yoi… ABS tuh! Belum lagi segambreng teknologi di sektor pengapian yang membuat K-1 sanggup menaikkan standard teknologi permotoran dunia. Tidak heran, dengan seabrek inovasinya, K-1 dipilih banyak media masa dalam negri dan internasional sebagai Motorcycle of the Year! K-1 sendiri hanya diproduksi selama 4 tahun. Pada tahun 1993, K-1 terakhir berwarna kuning meluncur dari pabriknya di Berlin-Spandau. Total, BMW hanya memproduksi 6921 unit K-1.
BMW ber-ABS ke-1 juta
Pada tanggal 31. Agustus 2009, meluncurlah sebuah BMW K 1300 R berintegral ABS yang ke-1 juta dari pabrik motor BMW di Berlin-Spandau. Pada tahun 2004 lalu, BMW ber-ABS yang ke 500 ribu diluncurkan, yakni tepatnya BMW R 1100 RT. Jangan sampai kalau kita punya motor ber-ABS jadi “ketinggian hati”. Sebab, BMW sudah meluncurkan motor ber-ABS sejak 21 tahun lalu… Jadul tuh hihihi… I love jadul…………..
Sumber:
Roland Brown: Motorräder: Faszination und Abenteuer
Majalah PS bulan September
http://www.mucpaoso.de/index-Dateien/Page335.htm
Foto: HP-Klassikku

Kata yang tersesat