You are currently browsing the monthly archive for Juli 2019.

Jumat pekan lalu sebenarnya hari biasa saja. Namun buat beberapa gelintir mahasiswa di Ruhr Universität Bochum (RUB) menjadi hari yang menyentuh.

Sebelumnya saya pernah cerita tentang rencana penutupan musholah/mesjid/ruang sholat di Gedung NA (Naturwissenschaft A) di RUB. Rencana itu sudah diberitahukan tahun lalu dan tentu yang mengurus ruang sholat ini juga berusaha negosiasi untuk mendapat ruang pengganti. Apa daya, tidak mendapatkan sambutan positif pihak universitas. Bahkan seusai renovasi nanti pun, tidak dijanjikan akan diberikan lagi ruangan ini untuk dijadikan mesjid. Sedih sih..setelah 30 tahun eksistensinya, ruangan ini harus berpisah dari orang-orang yang menempelkan dahi di lantainya untuk mendekatkan diri ke Penciptanya.

20190712_182257

Untung pihak AKAFÖ yang merupakan bagian dari kampus juga meminjamkan satu ruangan yang hanya untuk menunaikan sholat Jumat saja. Untuk sholat-sholat berjamaat lainnya, tidak ada tempat. Sedih, mengingat sebenarnya banyak ruangan-ruangan yang terkesan kosong di kampus ini. Tapi ya begitulah keadaan sekarang.. yang berkibar di samping bendera universitas malah bendera-bendera pelangi..

Dan di tanggal 12 Juli 2019 itu, di waktu ashar, menjadi sholat berjamaat terakhir di ruangan itu. Azan dilantunkan dengan lebih lantang dari biasanya.. dan dada rasanya bergetar…… Yang mengumandangkan iqomah pun bahkan terisak-isak dan sangat kesulitan mengumandangkan iqomahnya.

Selesai sholat pun beberapa terlihat berkaca-kaca matanya dan bergetar badannya..

20190712_185509

Setelah itu ada pidato kecil dari ketua perhimpunan mahasiswa muslim RUB. Dia menceritakan bagaimana ruangan ini nantinya akan merindukan orang-orang bersujud di dalamnya dan bersaksi untuk mereka.

Setelah itu mulailah barang-barang dikeluarkan dengan bergotongroyong untuk dibawa ke mesjid lain yang membutuhkannya..

Itulah 12 Juli 1019……. Saya pribadi akhirnya hanya bisa meminta ampunan kepada Allah karena tidak melakukan apa-apa.. Semoga Allah mengampuni saya yang hanya bisa bercerita.. Semoga Allah gantikan dengan yang lebih baik…..

Kita lanjutkan cerita Thunder 125 pasang monoshock dan swing arm banana. Hari gini banyak kok yang jual swing arm variasi model beginian. Kebanyakan sih dijual buat motor baru macam Vixion dan CB150. Harganya terpantau mulai dari 750 ribuan sampai 1 jutaan. Untuk Thunder 125, tentu perlu ubahan lagi.

IMG-20190713-WA0009

Secara tampilan, modifikasi swing arm variasi plus monoshock Satria 120R yang totalnya makan duit 1.500.000 rupiah ini termasuk oke. Tampilan Thunder 125 yang jadul jadi terdongkrak modern. Ya dari motor santai jadi terlihat lebih buas, meskipun mesinnya jinak. Ya untungnya Thunder 125 ini sudah bore up jadi 150cc, jadi larinya sudah lumayan lah.

IMG-20190713-WA0014

Lengan ayun variasi ini jelas lebih panjang dibandingkan lengan ayun bawaannya. Tentu itu membawa konsekuensi untuk pemasangannya. Menurut adik saya, mata rantai perlu ditambah 3-4 mata rantai.

IMG-20190713-WA0013

IMG-20190713-WA0012

Dari coakan itu terlihat, memang lengan ayun ini bukan dibuat untuk Thunder 125. Bagian luar rantai tampaknya sedikit mengenai lengan ayunnya juga ya.. Ya perlu diperhatikan juga sih bagian yang tidak tertutup cat itu supaya tidak terkena korosi berlebihan. Ya itu sisi minusnya.

IMG-20190713-WA0010

Motor dengan modifikasi ini pun cenderung bertambah tinggi, ya karena lengan ayunnya lebih panjang. Sebenarnya bisa saja sih tingginya tetap kalau ketemu suspensi yang lebih pendek atau tergantung pengelasan bracketnya di rangka. Ya namanya modifikasi, tentu sesuaikan selera dan kemampuan. Kalau mau lebih jangkung, konsekuensinya standar samping dan tengah pun perlu dibuat lebih tinggi.

IMG-20190713-WA0008

Bagaimana kesannya setelah dipakai? Yang punya sih bilang puas, nurut dan anteng di tikungan. Ya wajar sih, kan monoshock. Apalagi lengan ayunnya lebih rigid dan panjang. Ya di tikungan jadi bisa senyum-senyum dikit merasa Alex Rins lah wkwk…

Ya semoga awet sih dengan performa oke ini. Sebab salah satu alasan modifikasi ini karena lengan ayun Thunder 125 dirasa terlalu mudah goyang akibat bos lengan ayunnya cepat termakan. Setelah beberapa kali ganti, akhirnya banting setir modifikasi monoshock deh..

Hmmm jadi tergoda mau memodif si Tiger Hitam juga nih… Ya sekarang kayanya lebih doyan motor poser haha.. mau ngebut masih seneng juga sih, tapi kadang ngeri.. Dan kepikiran, kalau sudah masuk wajib uji-uji emisi nanti, agak repot juga pelihara motor bermesin tune up ya…

Zamannya Tiger baru keluar sampai tahun 2000an awal, yang namanya modifikasi pasang monoshock di Tiger termasuk modifikasi mahal. Gengsi dijamin melejit kalau dimodifikasi jadi monoshock. Ya maklum, monoshock identik dengan motorsport dan motor mahal. Zaman itu kan baru motor macam NSR, RGR, TZM dan Ninja yang pakai. Tentu masih ada lainnya macam Aprilia RS125, Cagiva Mito, Kawasaki AR125 dan sebagainya.. Namun, sebelum lahirnya Scorpio dan Vixion, modif monoshock tergolong wow..

IMG-20190713-WA0009

Nah, tau-tau adik saya mengirimkan foto Thunder 125nya yang dimodif pasang monoshock. Awalnya sih dia sempat cerita, mau dipasang monoshock dengan lengan ayu Satria 2 tak. Pas melihat hasilnya, lho kok banana swing arm haha.. Ya lumayan juga sih, dari jauh mirip punya Aprilia RS 125. Namun, itu swing arm variasi, bukan bawaan moge.  Katanya sih modifikasi ini makan dana 1.500.000 rupiah. Ya lumayan lah ya.

Berhubung ada gangguan teknis, ceritanya kita lanjutkan lain waktu ya..

Di tahun 2000-2001, ini dia motor besar yang jadi impian banyak bikers dan ga bisa kebeli kebanyakan bikers, biar kaa bikers bule sekalipun. Maklum, dengan harga sekitar 86000 Euro, harga segini jelas sekitar 7x lebih mahal dibandingkan motor-motor superbike sekarang. Ya berarti kalau kita anggap motor superbike dihargai 15000 Euro, dengan kondisi sekarang, harga Mammut 2000 nangkring dengan angkuhnya di kisaran 105000 Euro!

20190303_161728

Soal besar, jelas ukurannya lebih besar dibandingkan motor superbike di zamannya yang sebenarnya pun masih besar dibandingkan superbike zaman now. Velg belakang lebar 6.5 inchi jelas lebih lebar dibandingkan superbike yang rata-rata lebarnya 5 inchi. Ban belakang lebar 200 tentu diperlukan untuk menyalurkan tenaga tak tersaingi superbike zaman itu, bahkan tak tersaingi MotoGP zaman sekarang!

20190303_161813

Mesin 4 tak 1998cc 4 silinder inline dengan 16 klep berturbo ini mampu menyemburkan tenaga 256 PS! Hmm setara ya sama MotoGP sekarang, atau sudah kalah sedikit..Namun, tenaga segitu diperoleh di 5250 rpm saja. Okelah beratnya edan, sampai 390 Kg, tetapi torsinya yang sampai 359 NM @4500 rpm artinya setara 3 torsi motor superbike zaman now!

20190303_161824

Nah, bayangin tenaga dan bobot segitu, tapi tidak dibekali traction control.. Artinya, memang ini motor hanya bisa dikendarai dengan aman oleh bikers berpengalaman menjinakan kuda besi level perkasa.. Motor dikatakan baru berasa manusiawi tarikannya kalau dimasukkan ke gigi 4. Di gigi 1-3, main gasnya harus sangat haluuuus. Di gigi 4, mulai lah berasa aman..masalahnya di gigi 4 rpm bawah, ini motor sudah ada di 180 Km/jam.

20190303_161836

Gimana Bro? Naksir punya motor collector item ini? Hmmm.. agak berat sih untuk memilikinya. Maklum, hanya ada 15 unit saja.. Padahal rencana awal mau diproduksi 250 unit. Yup…terlalu mahal..dan itupun tak membuat si pembuatnya kaya, sebab biaya membangun Mammut 2000 memang sangat mahal…

Maaf angle fotonya kurang oke, sebab di pameran itu, ada pagar melintang hihi..mau lihat penampilannya yang utuh dan berwarna silver? cek link berikut ini:

https://www.motorradonline.de/supersportler/muench-mammut-2000-im-fahrbericht-die-rueckkehr-des-mammuts/

 

tersesat muter-muter

  • 2.531.521 x 1000 rpm

Waspadalah! Mungkin saya menyesatkan Anda....

Telah Menyesatkan

hmmm

Top Clicks

Follow Motorklassikku on WordPress.com