You are currently browsing the monthly archive for September 2011.
Judul yang sama digunakan sebagai judul depan di Motorplus, tabloid roda dua terkemuka tanah air. Artikel ini tak lepas dari kasus pemerkosaan di angkot yang ramai minggu lalu.
Jujur saja, kalau dipikir-pikir, benar tidak naik motor cegah pemerkosaan? Coba Bro jawab sendiri… Apa ada yang naik motor untuk cegah pemerkosaan???????
Kasus pemerkosaan di angkot dimanfaatkan untuk melempar wacana baru yang ujung-ujungnya membantu ATPM untuk menggaet lebih banyak calon konsumen.
Sebenarnya saya lagi enggan nyela-nyela, tetapi isi M+ kali ini terlalu menggelitik. Perhatikan foto di bawah ini:
Di bawah foto tertera: bermotor itu murah, aman dan nyaman.
Nah, Kalau cewek disuruh naik motor dengan hotpans dan sepatu high heels begitu, apakah aman? Apakah nyaman? Lalu, apakah beli motor itu murah?
Lebih aman… apakah tidak ada kejahatan yang mengincar pengendara motor… Apakah naik motor akan mencegah pemerkosaan kalau si pengendaranya pake hotpans??? belum lagi pengendara cowok normal lainnya tertarik perhatiannya akibat penggunaan hotpans seperti yang dicontohkan..
Lebih nyaman? Ya, kita tahu sendiri deh, tak selalu nyaman kan naik motor, apalagi kalau hujan atau matahari lagi terik-teriknya, plus macet pula..
Lebih murah?? tergantung sih.. variabelnya bisa berubah sesuai sikon..
Soal artikel, jujur saya tak setuju, naik motor bukan jalan keluar untuk cegah pemerkosaan….
Soal foto: ,,lelucon” terkocak tahun ini……..
Kabar pembalap ogah balap di Motegi dengan alasan kuatir pada radiasi nuklir Fukushima merupakan kabar lama. Stoner dan Lorenzo yang menjadi 2 tokoh sentral MotoGP tahun ini pun akhirnya memutuskan ikut, setelah sebelumnya dengan keras mereka menyatakan ogah hadir di Motegi tahun ini.
Tanpa basa-basi banyak justru Hayden yang menyatakan takkan turun balap pekan ini. Doi mengumumkan ketidakikutsertaannya via Twitter Selasa lalu. Sebagai alasan adalah kekuatirannya pada keamanan tingkat variasi radiasi yang dinilainya terlalu besar (wah, siapa yang ngukur tuh, bukankah katanya aman-red). Hayden berharap fansnya memahami dan mendukung keputusannya ini.
Melihat keputusan Hayden sebenarnya tak perlu heran, sebab doi memang bisa dibilang sedang tidak ada yang dikejar. Lagipula, bos Hayden saat ini bukan asal Jepang. Sayang juga sih… Namun, pasti atau tidaknya juga baru sebatas perkataan Hayden via Twitter, Ducati dan Dorna belum mengeluarkan pernyataan resmi.
Bagaimana dengan Stoner? Doi mengatakan, takkan menahan-nahan kemenangan agar bisa menjadi juara dunia di Australia nanti. Doi bertekad bisa memberikan gelar juara dunia ke Honda di Motegi ini. Doi mengatakan menyukai sirkuit ini, sebab racing linenya harus presisi, tak seperti Aragon yang banyak variasi dan mentolerir kesalahan. Titik pengeremannya pun banyak yang sangat menantang, tak heran Stoner menyukai sirkuit ini.
Yang menarik sebenarnya misteri: siapakah yang akan memayungi Stoner di grid nanti, kan Adriana tak ikut ke Motegi. Apakah umbrella girl, atau umbrella boy dengan alasan menjaga perasaan Adriana yang sedang mengandung Stoner jr?
Melihat gambar di bawah ini, sudah jelas terlihat bedanya penampang yang bergesekan dengan udara kalau seorang rider menjulurkan kakinya ketika mengerem kan… Jadi yang gambar normal adalah posisi ketika mengerem normal, dan yang bayangan merah adalah posisi ketika menjulurkan kaki
Nah, dari gambar saja sudah terlihat, kalau gaya mengerem Rossi yang banyak digunakan pembalap MotoGP lainnya membantu mengurangi kecepatan motor. Pihak Motorrad yang melakukan pengukuran pun menjelaskan perbedaannya.
Menurut mereka, teknik ini akan berguna, semakin tinggi kecepatan motor, ambillah di atas 200 Km/jam. Makanya, di kelas Moto2, terlebih lagi di 125 cc, gaya mengerem dengan kaki menjulur tidak dipakai, sebab efeknya tak sebesar motor dengan kecepatan mengerem di atas atau hingga 200 km/jam. Maksudnya, kalau ngerem dari 300 Km/jam ke 210 Km/jam akan lebih besar dibandingkan mengerem dari 220 ke 130 Km/jam. Jadi, semakin tinggi kecepatannya, semakin besar perlambatan yang diperoleh dengan menjulurkan kaki itu.
Pihak Motorrad mengukur pengereman dari kecepatan 230 ke 180 km/jam. Dengan gaya normal, perlambatannya adalah 3,8 m/s² dan dengan kaki menjulur meningkat jadi 4,7 m/s² .
Nah, kenapa pembalap MotoGP tak selalu menggunakan titik ini setiap mereka mengerem? Data menyebutkan itu kan, kalau di kecepatan tinggi, baru rem udara ini efeknya besar. Motorrad menyebutkan, di atas 250 km/jam terpaan angin sangat besar, sehingga menyulitkan kalau harus sering menggunakan teknik ini. Bahkan fisik pembalap MotoGP yang jelas-jelas seger buger berstamina extra tinggi pun disinyalir takkan sanggup menggunakan teknik ini secara terus menerus sepanjang balapan!
Nah, karena beratnya melakukan teknik ini di kecepatan extra tinggi, karena itulah pembalap melakukannya ketika sudah memasuki fase akhir pengereman, dimana kecepatannya sudah tak terlalu tinggi. Misalnya di kecepatan 130 Km/jam, efek rem udara jelas sudah jauh menurun, tetapi masih mmbantu juga, karena berdasarkan pengukuran menggunakan RSV4 ini, titik berat motor yang direm dengan kaki menjulur turun nyaris 10mm. Selain itu, pengereman yang terbantu rem udara memang masih membantu, meskipun sedikit. Jadi, di kecepatan 130 Km/jam yang tanpa kaki menjulur dapat 1,4 m/s², dengan kaki menjulur masih lebih baik, yakni 1,6 m/s². Jadi, ketika ditotal, pengereman mekanik (rem depan-belakang) plus rem udara menjadi 9,8 m/s pada kecepatan 230km/jam ke 130 km/jam. Dan, kalau dihitung keuntungan jarak yang diperoleh, mengerem normal dengan mengerem plus kaki mnejulur dari kecepatn 230 ke 130 km/jam itu, pembalap dapat keuntungan 1,33 meter. Sedikit??? di MotoGP tidak dong… Ente lihat sendiri kan jarak duel mereka yang kadang cuma itungan jengkal bahkan cm…
Nah, terbukti kan, bukan sebatas memberikan rasa kepercayaan diri atau untuk menakut-nakuti musuh di lintasan saja, gaya kaki menjulur saat mengerem terbukti juga lebih baik perlambatannya dibandingkan cara mengerem normal. Di sini kita lihat, pembalap dengan badan besar akan lebih diuntungkan dengan teknik ini. Jangan heran makanya, kenapa Spies, Rossi dan Simoncelli punya kemampuan di atas rata-rata saat late braking! Dan, kemampuan ini akan lebih optimal di kelas 1000 cc tahun depan!
Yang mau lihat pengukuran lebih detailnya, silahkan menyesatkan diri ke sini:
Hari gini bisnis merambah dunia maya menjadi sebuah langkah umum, maklum, modal nyaris nihil, hasilnya bisa buaanyaak.. Benar-benar sesuai dengan prinsip ekonomi yang kita kenal zamannya di bangku sekolah.
Misalnya saja yang dilakukan Dunia Sepeda Motor. DSM menyebarkan namanya di dunia maya dan bahkan sudah menyiapkan website sendiri. Mereka menawarkan belanja online layaknya di luar negri maupun barang-barang dalam negri yang sudah pakai cara ini sebelumnya. Nah, buat kita-kita yang suka otak-atik sendiri dan terlalu sibuk untuk mampir ke bengkel di jam kerja, bisa mengorder dan memanfaatkan cara ini. Website model ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengecek dan membandingkan harga-harga barang variasi maupun parts. Nih cekidot sendiri:
Sebelum bulan puasa lalu saya tersesat ke salah satu kraton di Cirebon, ya sambil nunggu jadwal kereta ke Jakarta yang masih 2 jam lagi.
Banyak hal menarik yang bisa dilihat di kraton ini, misalnya lukisan Prabu Siliwangi yang terkenal itu.. Selain itu ada kereta kuda yang original dan tiruannya tersimpan di sana, ada mata air kejayaan yang katanya nggak boleh direbus kalau airnya dibawa pulang, ada juga bangunan kraton sendiri tentunya yang punya ornamen-ornamen yang mengandung filiosofis dan nilai sejarah yang menarik disimak.
Namun, ada yang mengganggu juga.. Di tiap bangunan, ada penjaganya yang meminta sumbangan sukarela..jadi ribet juga ya kalau tiap bangunan harus rogoh kocek, sebaiknya ya di awal gerbang saja sudah cukup. Lagipula, dulu kata rekan ane sih kraton Cirebon ini tak begitu, gratis-gratis saja keluyuran di wilayah kraton.
Menuju ke judul.. Kok mal praktek? Jadi begini Bro, ada bapak2 yang bert9indak jadi semacam pemandu wisata, ya semacam kurator kalau di museum. Dia menjelaskan bangunan-bangunan, sisi dan filosofis ornamen-ornamen di bangunan kraton. Nah, di dalam bangunan kraton, ada keramik-keramik yang disusun menempel di tembok. Si bapak-bapak yangsepertinya usianya sudah lebih dari 40 itu menjelaskan, ubin-ubin keramik yang bergambar itu dari Cina.
PErmasalahannya adalah, gambar-gambar yang ada di keramik itu motifnya eropa, gambar orang-orang eropa, malah ada kincir angin khas Belanda. Baru-baru ini bahkan ada yang meneliti, keramik-keramik ini bergambarkan cerita-cerita dari Alkitab. uniknya, keramik-keramik ini juga tertempel di mesjid Kraton Cirebon..
Nah, karena ragu dan berpikir, barangkali si bapak ini salah ngomong, ya aya tanya lagi asalnya dari mana tuh keramik. Dia kembali bilang: dari Cina.
Wah, zaman dulu orang Cina dah tau gambar Eropa dan keadaan Eropa dong, aneh kan… Dan ane tanya rekan ane yang ahli kebudayaan. Dia bilang: ngaco tuh orang, dah lo diem aja…
Begitulah Brader.. ternyata doi ngaco menjelaskannya.. yang bikin kesel sih matrenya itu lho..
Kan di berbagai tempat kita sudah nyumbang sedikit-sedikit untuk “uang kebersihan”, nah di akhir perjalanan, si bapak minta duit, ya untuk penjelasannya itu kali ya..padahal kami saat itu lihat-lihat sendiri saja, dianya saja yang nempel terus dan menjelaskan.
Dan saya kasih deh beberapa puluh ribu… Eh dia masih nempel aja..padahal katanya sukarela, tapi kok masih minta..
Kini dia bilang: Yang beberapa puluh ribu untuk orang-orang jaga bangunan-bangunan tadi, dia belum dapet..
Rekan saya bilang: dah nih, ceban aja hihihi……
mal praktek memang ada di mana-mana, termasuk Blog Sesat yang doyan mal praktek, waspadalah..waspadalah!!!!!
Teknik mengerem dengan sebelah kaki menjulur kembali kita bahas. Katanya sih enak, tapi sebelah kaki aja lho, kalau dua kaki, pembalap akan kehilangan kontrol atas motornya. Teknik menurunkan sebelah kaki, tepatnya ke dalam arah menikung, tidak membantu juga sih pada posisi buritan motor, masih sama-sama menukik juga.. Tapi masih sedikit membantu sih, dan lebih terasa, kalau berat badan bukan ditumpukan di jok, tetapi dipindah lebih ke bawah, yakni di foot step kaki yang mengendalikan motor..nah, makanya balap motor tuh sebenranya bukan sebatas cari racing line, buka gas dan handal tentukan titik pengereman saja. Belajar mengubah-ubah titik berat motor dengan memindahkan berat badan di jok, setang, tanki dan kedua footstep pun patut dipelajari.
Schwantz mengatakan, ketika pembalap mengerem normal memasuki tikungan, maka ban belakang akan mengalami gejala sliding alias ngesot, tetapi efek ngesot ini bisa diminimalisir dengan cara mengangkat kaki yang berada di sebelah dalam ke arah tikungan. Nah, karena bobot di footstep hilang, gejala ban sliding bisa diminimalisir.
Namun, bukankah pembalap kadang sengaja melakukan slide untuk menyetir motor supaya bisa lebih menusuk ke dalam tikungan? Nah lo, artinya untuk apa lagi dong itu gaya ngerem ala the Doctor? stay tune brader….
Sudah 3 seri sejak Nicky Hayden membesut GP11.1 di lintasan balap, tetapi motor yang sejatinya motor 1000 cc yang diturunkan kapasitasnya jadi 800 cc ini tak memuaskannya. Sejak Indianapolis lalu, Hayden di atas GP11.1 hanya sanggup meraih 11 poin. Tak heran, doi menyalahkan motor yang di awal kemunculannya membawa harapan besar dengan swing arm, suspensi belakang dan gearbox barunya.
Hayden merasa, motor ini memang sudah pada performa terbaiknya. PAstinya sih Ducati masih akan mencoba parts-parts baru, seperti rangka kombinasi Alumunium yang dipakai Rossi di Aragon. Hari ini pun, kabarnya the Doctor sedang mengetest rangka alumunium. Namun, Hayden beranggapan, material alumunium takkan membawa perbaikan. Ia berkeyakinan, masalahnya bukan di alumunium. Masalahnya ada pada kekakuan rangka. Justru dengan karbon lebih mudah dan bisa memainkan tingkat kekakuan rangka.
Hayden sendiri pernah mencoba berbagai lengan ayun dari karbon dan alumunium, tetapi sama saja, tak satupun yang memberikan performa yang dikehendaki.
Hmmm… kalau dari omongan Hayden, berarti permasalahannya adalah desain rangka monokok Ducati yang menjadikan mesin bagian integral rangkalah sumber permasalahannya… Kalau dibandingkan dengan 1198 yang berangka tralis dengan tenaga mesin relatif sama dan bobot lebih berat 1198, tetapi catatan waktu 1198 kadang lebih baik dari GP11.1, artinya bisa diambil kesimpulan (yang ngegampangin-red), kalau rangka teralis bisa memberikan handling lebih baik dibandingkan monokok.
Bagaimana dengan 1199? Kabarnya rangkanya kan contek GP11… Dari karbon pula…. eits, entahlah, soal bentuk rangka, sepertinya dari yang terlihat memang monokok, tetapi materialnya (minggu lalu sih…) masih tanda tanya, apakah alumunium atau karbon. Banyak yang meragukan material rangka 1199 dari karbon, mengingat harga jualnya yang bisa terlalu tinggi dan disinyalir tak cocok untuk jalan raya..
Situ pasti kenal gaya ngerem the Doctor yang satu ini. Ada beberapa teori yang mengatakan, kenapa jurus ini dilakukan, bahkan menjadi trend di kalangan pembalap MotoGP, sebut saja trio Repsol Honda, Bautista, de Puniet, Elias dsb.nya. Hanya Lorenzo saja yang masih ogah memakai teknik ini, sebab jelas-jelas teknik ini identik dan dipopulerkan di MotoGP oleh Valentino Rossi, ya meskipun begitu, penemunya bukan doi lho…
Teknik ini dijelaskan banyak pembalap bukan membantu pengereman, hanya saja, dengan begitu mereka merasa lebih pd dan punya kontrol lebih baik dalam mengerem habis-habisan. Ya, itu membantu ya namanya… Pokoknya, pembalap-pembalap hanya bilang begitu, mereka seperti malas buka kartu.
Teknik ini dikatakan lebih ke faktor psikologis. Dalam dunia balap, ini dikatakan salah satu teknik menakut-nakuti. Lawan yang melihat pembalap menjulurkan sebelah kakinya akan dibuat kikuk, sebab mengira pembalap yang kakinya menjulur itu kehilangan kontrol. Ini akan membuat mereka jaga jarak dan kalau disalip pembalap dengan kaki menjulur, banyak yang memilih untuk mengalah, sebab di kepala mereka berkata: tuh orang kesulitan mengontrol motor, gw cari aman aja deh…
Cara menakut-nakuti ini bisa jadi jurus pamungkas. Salah satu awal dimana jurus ini jadi legendaris milik Rossi dan menjadikannya seakan penemu dan menjadi jagoan adalah ketika doi menggunakannya untuk menggedor pertahanan terakhir Gibernau di GP Jerez 2005. Rossi mempertontonkan teknik ini di balap untuk pertama kalinya. Penonton mengira the Doctor kehilangan kontrol dan terlambat mengerem. Meskipun kontroversial, dengan banyaknya fans, Rossi dianggap pahlawan dan Gibernau dianggap anak cengeng.Ternyata dengan teknik itu, Rossi dianggap penonton saat itu berhasil kembali mengontrol motor. Dengan mendesak Gibernau out, 46 pun muncul terdepan di Jerez 2005
Apakah benar teknik ini hanya memberikan kenyamanan dan kepercayaan diri saja? Atau sebatas menakut-nakuti? Atau memang ada data akuratnya? stay tune….
Kata yang tersesat