Melihat gambar di bawah ini, sudah jelas terlihat bedanya penampang yang bergesekan dengan udara kalau seorang rider menjulurkan kakinya ketika mengerem kan… Jadi yang gambar normal adalah posisi ketika mengerem normal, dan yang bayangan merah adalah posisi ketika menjulurkan kaki
Nah, dari gambar saja sudah terlihat, kalau gaya mengerem Rossi yang banyak digunakan pembalap MotoGP lainnya membantu mengurangi kecepatan motor. Pihak Motorrad yang melakukan pengukuran pun menjelaskan perbedaannya.
Menurut mereka, teknik ini akan berguna, semakin tinggi kecepatan motor, ambillah di atas 200 Km/jam. Makanya, di kelas Moto2, terlebih lagi di 125 cc, gaya mengerem dengan kaki menjulur tidak dipakai, sebab efeknya tak sebesar motor dengan kecepatan mengerem di atas atau hingga 200 km/jam. Maksudnya, kalau ngerem dari 300 Km/jam ke 210 Km/jam akan lebih besar dibandingkan mengerem dari 220 ke 130 Km/jam. Jadi, semakin tinggi kecepatannya, semakin besar perlambatan yang diperoleh dengan menjulurkan kaki itu.
Pihak Motorrad mengukur pengereman dari kecepatan 230 ke 180 km/jam. Dengan gaya normal, perlambatannya adalah 3,8 m/s² dan dengan kaki menjulur meningkat jadi 4,7 m/s² .
Nah, kenapa pembalap MotoGP tak selalu menggunakan titik ini setiap mereka mengerem? Data menyebutkan itu kan, kalau di kecepatan tinggi, baru rem udara ini efeknya besar. Motorrad menyebutkan, di atas 250 km/jam terpaan angin sangat besar, sehingga menyulitkan kalau harus sering menggunakan teknik ini. Bahkan fisik pembalap MotoGP yang jelas-jelas seger buger berstamina extra tinggi pun disinyalir takkan sanggup menggunakan teknik ini secara terus menerus sepanjang balapan!
Nah, karena beratnya melakukan teknik ini di kecepatan extra tinggi, karena itulah pembalap melakukannya ketika sudah memasuki fase akhir pengereman, dimana kecepatannya sudah tak terlalu tinggi. Misalnya di kecepatan 130 Km/jam, efek rem udara jelas sudah jauh menurun, tetapi masih mmbantu juga, karena berdasarkan pengukuran menggunakan RSV4 ini, titik berat motor yang direm dengan kaki menjulur turun nyaris 10mm. Selain itu, pengereman yang terbantu rem udara memang masih membantu, meskipun sedikit. Jadi, di kecepatan 130 Km/jam yang tanpa kaki menjulur dapat 1,4 m/s², dengan kaki menjulur masih lebih baik, yakni 1,6 m/s². Jadi, ketika ditotal, pengereman mekanik (rem depan-belakang) plus rem udara menjadi 9,8 m/s pada kecepatan 230km/jam ke 130 km/jam. Dan, kalau dihitung keuntungan jarak yang diperoleh, mengerem normal dengan mengerem plus kaki mnejulur dari kecepatn 230 ke 130 km/jam itu, pembalap dapat keuntungan 1,33 meter. Sedikit??? di MotoGP tidak dong… Ente lihat sendiri kan jarak duel mereka yang kadang cuma itungan jengkal bahkan cm…
Nah, terbukti kan, bukan sebatas memberikan rasa kepercayaan diri atau untuk menakut-nakuti musuh di lintasan saja, gaya kaki menjulur saat mengerem terbukti juga lebih baik perlambatannya dibandingkan cara mengerem normal. Di sini kita lihat, pembalap dengan badan besar akan lebih diuntungkan dengan teknik ini. Jangan heran makanya, kenapa Spies, Rossi dan Simoncelli punya kemampuan di atas rata-rata saat late braking! Dan, kemampuan ini akan lebih optimal di kelas 1000 cc tahun depan!
Yang mau lihat pengukuran lebih detailnya, silahkan menyesatkan diri ke sini:
18 komentar
Comments feed for this article
27 September 2011 pada 8:46 am
bennythegreat
kayaknya menjulurkan kaki itu bukan untuk menambah efek tahanan udara (drag) tapi lebih kepada perubahan center of gravity ke arah belokan.
27 September 2011 pada 8:53 am
arieslight
Diukur lengkap brader, silahkan klik linknya, jadi selain masalah titik berat yang pengaruh ke kontrol motor, untuk nakut2in dan koefisien drag juga terpengaruh..
28 September 2011 pada 6:32 am
cex
KEminter BEN, otak seupil ja banyak omong!
28 September 2011 pada 8:00 am
lekdjie
hahaha…kasiyan bener agen sesat#01..lulusan jerman(asli bavaria-bukan jejer mandala krida) masih dikatakan uteknya sak upil….benar2 tersesat sampeyan mbah..
30 September 2011 pada 11:59 am
bjl
timbang kowe jie, upilmu sak otak…
27 September 2011 pada 10:35 am
telengranat
wah ribet amat ngitungnyanya,,,,
klo dani pedrosa nyampe kagak ya kakinya…….??
27 September 2011 pada 10:53 am
Mr. Djoe
Pa lagi kl ngeremnya kaki mpe kena aspal kyk ngerem sepeda…pst lbh cepet berenti lg….
27 September 2011 pada 12:04 pm
damhar
lebih cepet lagi kalo pakenya sandal jepit
lebih cepet dipecat maksudnya 
27 September 2011 pada 11:35 am
Dismas
Mantap… Kalo pembalap mungil macem Pedrosa gimana yah? 🙄
nitip mas ➡ http://dizmaz.wordpress.com/2011/09/27/update-si-revi-melapisi-jok-dengan-kain-jok-motif-bride/
27 September 2011 pada 12:18 pm
nunoe
tapi Lorenzo ngga pake trik ini 😀
27 September 2011 pada 12:48 pm
boerhunt
brarti byk juga pembalap motogp yang vale wannabe yah alias niru…xixixi
nitip masbro
http://boerhunt.wordpress.com/2011/09/27/riding-nunduk-bikin-capek-yn-kenapa-ada-beda-pendapat-rahasianya-ada-pada-kehebatan-allah-yang-menciptakan-makhluk-bernama-manusia/
http://boerhunt.wordpress.com/2011/09/26/tahun-2012-perang-bubat-pertarungan-gaya-bebas-di-kelas-seperempat-liter/
27 September 2011 pada 1:13 pm
wimbowimbo
Gara2 sering liat rossi kek gt skrng tanpa sadar kl naik motor hardbraking pasti nurunin kaki… -__-
Btw nais inpoh,. Ni blog walo jarang brojol tapi artikelnya pasti selalu menarik.
27 September 2011 pada 1:49 pm
Daris
oooo gitu, kalau di motor bebek sepertinya ga berguna
27 September 2011 pada 2:53 pm
james
kalo nikung aga tajem ato tikungn yg agak berpasir, turun kaki sgt berguna utk meminimalisir kemungkinan ndlosor, minimal itu yg ane rasain walopun cuma pake bebek…pernah suatu malam lagi enak2 nikung, ga taunya ditengah belokan ada hamparan pasir…wuih ga kebayang akibatnya kalo kaki nggak turun, pasti nyosor, krn sempet ngesot ban belakang….utng kebantu kaki…jd ada pijakan/dorongan…uda gitu secara psikologi ada perasaan nyaman aja kalo belok nurunin kaki…berasa lebih stabil…
27 September 2011 pada 6:33 pm
Vyzex
Tp menurut data brembo, yg jago late braking itu stoner lho…
Padahal badannya lebih kecil dari spies dan simoncelli
27 September 2011 pada 7:04 pm
bolodewe
Sering liat crosser pake trik ini,mungkin lebih kearah keseimbangan
27 September 2011 pada 7:50 pm
ardhinugros
media Jerman kok ngetesnya pake motor Italia. Gak pake si picek nan ganteng?
30 September 2011 pada 8:29 am
gcm
judulnya kayak lampu merah nih… 😀