You are currently browsing the monthly archive for Agustus 2013.

Dani_Pedrosa_MotoGP-Test_Sepang_2_2013.jpg.2174032Banyak teknologi MotoGP yang pada akhirnya akan sampai ke motor harian. Sebut saja teknologi rem cakram, monoshock, radiator dan garpu USD yang kini lumrah hadir di motor umum. Bahkan beberapa motor pun mulai dibekali traction control, ABS, slipper clutch dan launch control! Sebuah gambaran yang memberi pesan, bahwa motor harian tak beda jauh teknologinya dengan motor balap, meskipun secara kualitas, pasti beda lah itu komponen…

Hal yang paling penting dan paling banyak diperlukan banyak orang tentunya konsumsi bensin! Zaman dulu, balap GP tak pernah persoalkan konsumsi bensin, yang penting motor harus secapat mungkin. Munculnya aturan yang mengangkat isyu lingkungan dan untuk menjaga kompetisi ternyata dapat mengubah itu semua. Kini, keiritan motor kita sebenarnya tak lepas dari balap MotoGP juga, sebab keiritan bahan bakar cukup menjadi faktor penentu dalam daya jual motor.

Oke…bayangkan zamannya GP tahun 1970an… zaman itu belum ada aturan soal konsumsi bensin. Tak heran, dalam balap di Spa-Francorchamps Belgia 1977, pembalap Barry Sheene membawa lebih dari 40 liter bahan bakar di Suzukinya! Yup, 40 liter! Tentu tankinya tak hanya di bagian depan, tetapi hingga ke buritan! Kok banyak banget? Bukannya merugikan?

Ya, secara stabilitas memang rugi, tetapi doi berhasil mencapai kecepatan rata-rata tercepat dengan 217,3 Km/jam dan menjuarai balap itu, itu bukti, bahwa memang keputusan saat itu tepat dan tak ada aturan yang dilanggar. Motor 500 cc 4 silinder jelas super rakus, sebab untuk menempuh 100 Km, motor itu minta 28 liter bensin!

Jadi RG 500 nya yang bertenaga 120 PS saat itu butuh 28 liter bensin/100 Km!

Efisiensi ini jelas terlihat di MotoGP macam M1 maupun RC 213V saat ini. MotoGP saat ini bertenaga jauh lebih besar, yakni 260 PS, tetapi konsumsi bahan bakar untuk menempuh 100 Km hanya butuh 17 liter! Jelas, tenaga lebih besar, jarak tempuh lebih jauh dan bahan bakar jauh lebih irit… Meskipun jelas sekali, bahwa harga motornya jauuuuuuuuh lebih mahal dibandingkan 2 tak 500 cc…

Dani_Pedrosa_MotoGP-Test_Sepang_2_2013.jpg.2174032Bingung apa kebalikannya motor Superbike dan MotoGP? Memang tidak mudah sih, padahal jawabannya sederhana saja: bobotnya!

Jika motor-motor anyar superbike meluncur menggantikan generasi sebelumnya, hampir bisa dipastikan gen yang baru berbobot lebih ringan. Kalau tidak, ya bisa-bisa tak terlalu dilirik, maklum, di atas kertas, bobot dan tenaga maksimum mudah dijual dan paling mudah diukur, beda dengan kriteria macam stabilitas atau daya tahan mesin yang susah atau butuh waktu sangat lama untuk mengukurnya.

Motor yang berlaga di MotoGP saat ini berbobot 40% lebih berat dibandingkan motor yang dipakai di kelas tertinggi tahun 1990, yakni masih GP 500. Di tahun itu, berat minimum motor hanya 115 Kg!

Seperti sampeyan tahu, motor ringan pertanda banyak komponen extraringan yang harus dipakai. Dan, komponen extraringan itu jelas harganya extraberat! Usaha untuk membuat balap motor jadi lebih murah sudah ada sejak dulu. Di tahun 1991, berat motor GP 500 dinaikkan, sehingga minimal bobot motor menjadi 130 Kg.

Di tahun 2002, ketika motor 990 cc 4tak mulai turun gunung ke kelas yang ganti nama jadi MotoGP, berat minimum motor 4 tak saat itu adalah 145 Kg! Kebayang dong, berapa Kg bedanya dengan motor 1000 cc balap jalanan yang standardnya masih di atas 200 Kg! Kebayang juga kan harga material extraringan yang diperlukan.

Untuk membuat MotoGP lebih murah, bobot minimal pun naik jadi 150 Kg di tahun 2011 dan tahun lalu dinaikkan lagi menjadi 157 Kg. Tahun ini, pabrikan diwajibkan menambah berat 3Kg lagi di motor mereka, jadi 160 Kg.

Ini artinya bobot antara motor superbike jalanan dan motor prototipe MotoGP sudah tak beda jauh, lihat saja Panigale yang bobotnya sudah di bawah 170 Kg! Kontras sekali dengan keadaan tahun 1989, di mana berat motor GP 500 masih 115 Kg, sedangkan Yamaha FZR 1000 misalnya yang berbobot 240 Kg!

DSC00437Di mesin motor biasanya tertera kapasitas mesin motor itu. Bahkan bukan biasanya, tetapi sampai saat ini, di motor keluaran baru, selalu tertera kapasitas mesinnya. Misalnya di CB 100 tertera 99 cm3, di GL 100 103 cm3 dan sebagainya.

Apakah sebenarnya yang penting bagi pengguna kapasitas mesin? Saya rasa bukan itu! Yang lebih penting adalah kapasitas oli mesin! Nah, dari sini kita bisa tau, berapa oli yang dibutuhkan saat penggantian. Sayangnya, tak banyak motor yang di mesinnya tertulis kapasitas mesinnya.

Salah satu contoh misalnya, sampai hari ini saya tak tahu pasti, GL 100 sebenarnya butuh oli 1 liter atau 800cc… (jangan ketawa-red). Untuk tau itu, harus nanya sono-sini dan browsing! Namun, tak semudah itu kan…. kadang dapat jawaban dari orang atau internet, tetapi muncul pemikiran: Benar ga tuh info????? (over kritis.de)

Cara lainnya bisa ditempuh untuk memastikan. Setelah isi oli 1000 cc/800 cc, kita tinggal tegakkan motor dan cek volume oli dari tangkai pengukur oli. Nah, selama masuk toleransi, artinya aman!

Namun, tetap saja tidak puas! Bahkan kadang muncul lagi pemikiran: Jangan-jangan tangkai pengukur olinya sudah tidak bawaan motor! sebel kan kalau sudah begitu.

Nah, ini bisa hilang kalau si produsen sudah menuliskan ini-itunya motor di motornya sendiri… Misalnya di motor yang dijadikan model, tak sebatas kapasitas mesin, kapasitas oli juga tertera, yakni 3200 ml! Enaknya lagi, viksovitas oli pun tertera di tutup oli, yakni SAE 10 W-40. Sebuah hal sederhana yang sangat membantu kan…

DSC00439MEsin 4 silinder di Indonesia memang tergolong mesin dambaan bikers. Maklum, sensasi bunyinya yang sopran menimbulkan perasaan yang gimana gitu…

Beda dengan karakter negara yang sudah banyak kelimpahan mesin 4 silinder. Mesin 4 silinder dinilai kurang berkarakter dan “ga cowo bgt”, maksudnya, masih gagah, tetapi wibawa dan bunyinya lebih dianggap jantan yang 2 silinder.

DSC00438Bagi bikers luar sana yang doyan bongkar mesin sendiri, jelas 2 silinder atau 1 silinder lebih disukai. Mereka lebih suka kepraktisan dan kebebasan (maksudnya bebas dari teknologi super canggih yang hanya dimiliki segelintir orang). Minat pada mesin dobel silinder tak lepas juga dari perawatan yang lebih ribet, jumlah onderdil mesin yang lebih banyak, sehingga lebih mahal!

Bahkan sekedar untuk membongkar dan membersihkan karburator saja sudah ribet! Nyopotnya gampang, masukkinnya susahnya amit-amit, bikin stress!

Memodifikasi motor besar di Indonesia bukan hal baru. Sama dengan di motor kapasitas kecil, pemilik motor besar ingin tampil beda.

Masih ingat BMW concept 90 yang ganteng berat? Ternyata di Prancis sana ada rumah modifikasi yang juga terinspirasi, yakni Lazareth. Namun, gengsi dong kalau ngembat bulat-bulat. Hanya tanki dan buntut saja yang ditiru, selainnya dikreasi beda. Hasilnya, jelas BMW concept 90 kalah gahar… Meskipun gahar, karakter elegan, tahan banting dan mahal tidak hilang dari karya Lazareth… Nih liat sendiri, dan selamat mengkhayal memodifikasi tunggangan Ente sendiri-sendiri ya…

200_BMW R 1200 R Scrambler by Lazareth.jpg.2408030

190_BMW R 1200 R Scrambler by Lazareth.jpg.2408020

210_BMW R 1200 R Scrambler by Lazareth.jpg.2408040

DSC00504Minggu lalu saya tersesat bersama Tiger Hitam ke jalur Pantura yang sudah bebas dari arus mudik.

Perjalanan kali ini sebenarnya tidak luar biasa, hanya sekitar 800 Km bolak-balik, tetapi jadi luar biasa bagi saya, sebab kali ini saya hanya ditemani kegalauan hati (dumplang…..)

Secara psikologis beda banget, jalan jauh sendirian dengan kalau ada seorang teman. Apalagi Tiger Hitam bukan motor baru dan dua tahun belakangan sangat jarang dipakai.

DSC00499Singkat kata, Tiger Hitam yang tak bisa digeber mendadak (pilot dan main jet standard, padahal sudah OS 100, kem modif dan porting intake + karbu), mengerem pun ala kadarnya karena selang rem murah meriah, apalagi kaliper remnya hihihi…

Kecepatan rata-rata ya entahlah… sekitar 6000-8000 rpm saja di gigi 6. Meskipun tak terlalu kencang, ada saja moment dimana tambalan-tambalan kadang benar-benar mengguncang Tiger hitam. Baru setengah perjalanan berangkat, spatbor depan variasian sudah hilang setengah hahaha…. patah di jalan… suspensi depan kanan pun bocor silnya sehingga olinya mengotori tanki kanan bawah, knalpot dan sepatu saya huhuhu… Bahayanya, oli juga mengotori cakram depan sehingga kepakemannya berkurang…

DSC00501Sampai di tujuan, celana jeans saya di bagian paha kanan sebelah dalam pun terkikis jadi tipis dan nyaris sobek… Wah, ganas benar guncangannya…

Enaknya sih jalur pantura sudah lebar dan sudah ada separator jalan, kalau tidak, siap-siap adu nyali dengan bis dan truck yang berlawanan arah.

Dalam perjalanan pulang ternyata kerusakan motor bertambah. Sen yang memang sudah patah kembali patah tanpa tersenggol hahhaa… yang gilanya, knalpot pun jadi korban!

DSC00500Pegangan knalpot patah dan baut knalpot sudah hilang. Sadarnya baru di Bekasi hihi… Setelah istirahat di pom bensin, kok bunyi motornya kaya knalpotnya bocor, dan bocor besar! PAs ditengok, eh, entah dari kapan, knalpotnya sudah menggantung pada dua baut knalpot di silinder head saja. Dan ane pun merayap….Ke Bengkel motor, orangnya bilang tak punya las dan kawat untuk memegang knalpot agar tak jatuh pun tak punya…

DSC00502Ane pun kembali jalan extra hati-hati… Kalau sampai copot sebenarnya buat Tiger Hitam tak masalah, tetapi bisa membahayakan pengendara di belakang!

Alhamdulillah ketemu juga bengkel las yang buka di hari Minggu di pasar Minggu-Lenteng Agung.

Tiger Hitam pun dengan ramah dapat penanganan ahli tralis hihihi…….

DSC00503Dengan ilmu Kameha-meha, Tiger Hitam pun kembali ready to ramboooooooo…

Alhamdulillah 400 km-an ditempuh dalam waktu sekitar 7 jam plus, termasuk sekitar 20 menit di tempat las dan istirahat/isi bensin sekitar 20 menitan.

Lumayan banyak bernostalgia juga nih perjalanan Pantura kali ini hihihi………

Kawasaki_ZX-10R_Gebraucht_010.jpg.2299458

Motor-motor superbike baru secara performa memang gila. Motor-motor yang dulu berkapasitas 750 cc 4 silinder kini sudah menjelma jadi 1000 cc 4 silinder. Keluar dari pabrikan, motor superbike generasi kini sudah melebihi kemampuan motor hyperbike.

Sebut saja Suzuki Hayabusa yang ditumbangkan Suzuki GSX-R1000 dalam hal akselerasi. Wajar, secara bobot, Gixxer harus diet habis-habisan, sedangkan mesinnya dieksploitasi demi performa. Diet dengan penggunaan parts ringan (baca: mahal) dan komponen mesin yang lebih kuat, tetapi tetap ringan membuat Gixxer jadi seakan lebih ganas dari Hayabusa. Tak heran, secara harga, Gixxer 1000 terbaru saat ini lebih mahal dibandingkan Hayabusa yang 1300 cc lho…

Kawasaki_ZX-10R_Gebraucht_070.jpg.2299493

Saat ini urusan top speed dan akselerasi dipegang oleh BMW S 1000 RR. Dulu sudah pernah dibahas, bagaimana BMW S 1000 RR bisa melampaui Aprilia RSV 1000, MV Agusta F4RR, Hayabusa dan ZX-14 R. Apakah S1000 RR hebat????

Ya memang hebat. Apakah paling hebat??? Oh, belum tentu… Motor-motor superbike sekarang memang gila, tetapi mereka jadi juara akselerasi dan top speed lebih karena produsen sudah mulai waras membangun hyperbike.

Kini urusan performa dan akselerasi lebih diemban superbike. Hyperbike tak lagi dikembangkan soal top speed layaknya zaman dulu. Masih ingat raja top spees, yakni Kawasaki ZZR 1100? Saat itu belum tembus 300 Km/jam. Kebanggaan Kawasaki ini digusur oleh Honda CBX 1100 Blackbird yang meruntuhkan kekuasaan Kawasaki… Sebuah pukulan telak bagi Kawasaki yang di dunia superbike selalu dikenal dengan power terbesar dan top speed tertinggi. Blackbird pun tak lama bercokol, habis dipatok oleh Suzuki Hayabusa dengan mesin 1300 ccnya. Bagaimana dengan Kawasaki? Kalau tak salah saat itu masih mengandalkan ZX-12 R. Lihat nih spidometer ZX-12R generasi awal: Sangar dan MENGERIKAN membaca angka yang tertera di sana!

Kawasaki_ZX-10R_Gebraucht_050.jpg.2299483

Sangar kan? Speed aslinya tak sesangar itu, Kawasaki hanya menjanjikan 308 Km/jam. Di atas lintasan, hasilnya tak jauh, 303 Km/jam. Ya, masih kalah dengan Hayabusa.

Kegilaan top speed ini untungnya berakhir di tahun 2001. Bayangkan kalau di jalanan benar-benar berkeliaran motor dengan top speed 340 Km/Jam! Dengan tuning sedikit, rasanya spidometer bisa mentok. Angka di spido tebtu memancing bikers untuk meraih limit yang tertera, ya, ibarat itu adalah limit yang dijanjikan pabrikan! Kalau tertera 340 Km/jam, artinya motor memang bisa/sanggup secara stabilitas untuk digeber di kecepatan itu.

Untuk mengurangi risiko ini, tahun 2001 pun kegilaan top speed diperangi. Produsen tak lagi gila-gilaan. Mereka pun memasang limiter di motor, hingga motor tak mau lagi lebih cepat kalau sudah menyentuh 298 Km/jam. Janji-janji muluk di spidometer pun dihilangkan, bahkan dikorting sedikit. Misalnya di spidometer ZX-12R tahun 2001 yang hanya stop di angka 280 Km/jam, walaupun pada kenyataannya motornya punya top speed lebih!

Kawasaki_ZX-10R_Gebraucht_040.jpg.2299478

Ya, begitulah kira-kira, kenapa superbike macam S 1000 RR yang kini punya top speed tertinggi….

DSC00424Kali ini yang kebetulan ditest ride oleh Blog Sesat adalah sebuah Suzuki GT 185, kalau tidak salah keluaran tahun 1975/1976.

Kesan pertama lumayan mengejutkan. Sosok di foto tidak terlalu fotogenik dibandingkan penampilan aslinya. Namun, yang lebih mengejutkan lagi adalah ukurannya. Dulu, saya pikir Honda CB 200 besar, eh ternyata lumayan kecil dan lincah. Dengan memori manis dari CB 200, saya pikir GT 185 serupa dengan CB 200 secara ukuran, sebab secara tahun, bentuk dan kapasitas, kedua motor ini banyak kemiripan.

DSC00425

Ternyata GT 185 berukuran besar! Bahkan kalau dinaiki, rasanya sedikit lebih tinggi dari Honda Tiger. Naik GT 185 serasa naik motor semi trail.

Bobotnya yang 131 KG on the road sebenarnya tak terlalu berat, tetapi entah kenapa, Tiger rasanya masih lebih ringan..rasanya lho…faktanya sih tidak! Jika CB 200 yang saya kira berat, ternyata enteng untuk didorong-dorong dan diparkir, GT 185 yang saya kira seenteng CB 200 ternyata malah terasa lebih berat dari Tiger.

DSC00426

Oke, selah…langsung joss…maklum, baru diservis, kebetulan orang bengkel Vespa teman saya ternyata dulunya punya GT 185 juga. Doi bilang, ini motor yahud..bahkan doi buka peci dan menunjukkan ada bagian djidatnya yang celong ke dalam akibat keenakan geber si GT dan kecelakaan.

Yang mantebs sebenarnya saat diselah, berat-berat gimana gitu, sedangkan ketika sudah nyala, tak menawarkan sensasi layaknya motor 4 tak twin… 2 tak twin dan singel bunyinya beda tipis…

Saya pun jajal motor keluaran 1973-1978 ini. Kesan berat langsung hilang ketika motor digas dan mulai berjalan. Riding position tinggi memberi sedikit feeling ala BMW GS hihihi…

Bagaimana tenaga motor 2 silinder 184 cc ini? Kata teman saya sih di spek 21 PS! Wooow.. lumayan banget tuh… Tapi di web Jerman, motor ini hanya  16,6 PS @ 8000 rpm. Hmmm mungkin versi yang masuk ke Eropa/Jerman beda karena regulasi ya..

Di web Jerman, motor ini dikatakan punya top speed 127 Km/jam. Wah, artinya sepantaran sama Tiger standard. Yang mencengangkan saat mengetest motor ini adalah perpindahan giginya yang asli enteng banget dicongkelnya. Wow! Tiger, GL 100, R6, semuanya putus. Rasanya, dengan kelingking tangan kiri pun sanggup untuk mecongkel gigi GT 185 yang punya 5 tingkat percepatan ini.

DSC00430

Saya pun sempat menggeber motor ini sekitar 200 meteran.  Ada sensasi tersendiri… secara torsi, biasa saja memang..tak ada sensasi jambakan setan. Namun, anehnya, ini motor tau-tau kencang…Ya, mungkin seperti naik matic cc besar. Yang bikin kagok adalah, karakter mesin 2 tak yang memang tak ada engine brakenya! Nayris nyelonong dibuatnya. Untung rem depannya yang cakram lumayan mumpuni! Di Web Jerman bahkan dikatakan, rem depan GT 185 termasuk di atas rata-rata. Dan saya percaya karena merasakannya sendiri! Gilanya, ini motor 70an, tapi peranti rem originalnya masih bekerja handal!

Bagaimana soal asap??? Ya, namanya 2 tak! Tapi, dengan teknologi oli sekrang dan kondisi mesin yang prima, tak lebih banyak dari RX-King kok…BEdanya, tampilan GT 185 lebih klassik dan terbukti banyak dilirik….

Bagaimana harganya? Ya, namanya motor klassik, untung-untungan. Namun, dengan dana 10 juta, sampeyan saat ini sudah boleh pede kok untuk cari-cari Suzuki GT 185 kondisi hidup, bersurat dan lumayan original!

Ini dia modelnya, tanpa busana kan………….

DSC00456

 

Nah, berikutnya pose-pose menantang si model bersama si roda dua:

DSC00453

 

DSC00454

 

DSC00455

DSC00458Ramadan ist vorbei…Ramadan sudah lewat. Seperti biasa, akhir Ramadan banyak yang bersuka cita merayakannya.

Saya pribadi merasa aneh setiap akhir Ramadan. Idul Fitri memang ikut saya rayakan, tetapi gimana gitu… Kalau Ramadan bulan yang terbaik, kenapa banyak orang senang Ramadan berlalu ya?

Entah benar atau salah, rasanya Idul Fitri di Indonesia itu unik. Saya rasa unik karena pengalaman tersesat ke Jerman membuat saya merasakan Idul Fitri yang berbeda dari biasanya. Setelah sholat Ied memang semua ceria dan bersalam-salaman. Komunitas muslim di Jena yang mayoritas mahasiswa negara-negara berbahasa Arab itu tidak bermaaf-maafan seperti di Indonesia, mereka bersalaman sambil mengatakan Ied Mubarak…Ied Mubarak artinya bukan maaf lahir batin kan? hihihi…

Ya, bagus deh kalau di Indonesia ajang Idul Fitri digunakan untuk saling memaafkan. Nah, saya mau ikutan minta maaf pada Bro yang tersesat kesini ya… maaf untuk kualitas dan kuantitas artikel yang menurun, bad jokes, pertanyaan/komen tak terjawab dan sebagainya…

Soal kualitas dan kuantitas artikel blog yang menurun, sebenarnya bukan masalah kesibukan saja sih… Bro pernah nonton film Habibie Ainun? Ada satu adegan yang lumayan menyentuh, yakni ketika tokoh Habibie yang sudah memutuskan tak ikut pemilihan kembali sebagai presiden kembali ke hanggar CN235 dan mengamati hasil kerja kerasnya yang menyita sebagian besar waktunya, tetapi dia rasa disia-siakan.

Yup, kerja keras untuk suatu hal yang baik memang baik. Tentu ada pengorbanan … ada sesuatu yang harus dilewatkan .. dan kalau sudah terlewat ya sudah, tak bisa diulang…vorbei ist vorbei!

Ramadan lalu saya banyak memikirkan hal semacam itu, memikirkan pekerjaan, hobby, aktivitas… apakah sebenarnya yang harus dipentingkan agar ketika kita tua nanti tak banyak penyesalan? Dan di Ramadan lalu saya juga banyak mencari petunjuk atau pengalaman spiritual, tapi rasanya belum ketemu juga huhuhu…

Ya, semoga ada kesempatan lagi bertemu Ramadan. Syukur-syukur yang kita cari diberikan sebelum Ramadan. Auf Wiedersehen Ramadan…….

tersesat muter-muter

  • 2.531.476 x 1000 rpm

Waspadalah! Mungkin saya menyesatkan Anda....

Telah Menyesatkan

hmmm

Top Clicks

Follow Motorklassikku on WordPress.com