You are currently browsing the monthly archive for Desember 2016.
Kali ini kita bahas motor bebek yang beredar di tahun 2001, saat bebek masih menjadi motor terlaris, maklum Yamaha Nouvo dan Mio kan baru nongol tahun 2002 dan 2003 kalau tak salah. Ya, meskipun jauh sebelumnya di tahun 1991 sudah ada motor matic lainnya, yakni Vespa Corsa 125, tetapi saat itu jalanan belum terlalu macet hehe… Jadi, bebek-bebek bisa juga berenang di aspal!
Nah, tahun 2001 ini ada 4 motor bebek yang ditampilkan oleh majalah Motoriders edisi November 2001: Yamaha Jupiter, Kawasaki Kaze VR, Honda Astrea Supra X dan Suzuki Shogun 110 R. Dari bentuk dan penamaannya, kita bisa lihat, bahwa saat itu motor bebek ya untuk commuter dalam kota, untuk irit-iritan, beda dengan sekarang yang jualan: sporty, racing dan ke arah sana… Tahun 2001 memang sudah marak road race, tapi road race belum sebesar itu pengaruhnya sehingga produsen harus membuat bebek yang tujuan utamanya untuk dijadikan motor balap. Yup, bebek masih pada kodratnya hehe..
Oke, yang pertama adalah Yamaha Jupiter yang dijual 12.250.000 (itu harga di majalahnya ngaco banget, 0 kelebihan satu haha…). Motor dengan desain paling dinamis dan sporty ini bertenaga 8,3 hp @8000 rpm. Di teks diterangkan, yang diincar anak muda. Kalau tak salah kapasitasnya 110cc ya? Di teks tak tertulis.
Motor bebek ke-2 adalah Kawasaki Kaze VR. Harganya 12.565.000. Lebih mahal dari Yamaha Jupiter. Tenaga pun sama, yakni 8,3 hp @8000 rpm dihasilkan mesin 1 silinder 110cc 4 tak. Desain stripping atraktif, maklum, dikatakan juga, yang diincar anak muda! Motor ini desainnya paling kaku dibandingkan 3 rival Jepang lainnya. Lampu rem desainnya dianggap tak sekeren Kaze R sebelumnya yang membulat dengan lampu sein kecil. namun, desain lampu rem Kaze VR yang menyatukan lampu rem dan sein cukup mewabah saat itu. Banyak pemilik Ninja 150 dan Tiger yang menggunakan lampu rem dan sein Kawasaki Kaze VR.
Motor ke-3 adalah Suzuki Shogun 110R. Harganya paling ekonomis Bro..12.175.000! Dan pembeli dijamin mendapatkan tenaga terbesar dibandingkan rival-rivalnya: 9,8 hp @ 9000 rpm! Edan, 1,5 hp lebih besar dibandingkan klaim untuk bebek Yamaha dan Kawasaki. Di atas kertas sih, 1,5 hp itu jauh Bro.. Untuk ngejar tenaga segitu, kedua kompetitor harus pakai knalpot racing dan jetting ulang wkwk…
Meskipun tenaganya paling besar, desainnya jadi agak kaku dibandingkan Shogun Kebo! Saat itu Shogun Kebo rajanya road race Bro… Doi terkenal dengan CDI nonlimiternya. Kabarnya, Shogun Kebo larinya lebih ngacir dibandingkan versi baru ini. Tak cuma menang CDI, airbox Shogun Kebo dikatakan lebih besar. Hmmm Entah kenapa Suzuki malah seakan mendowngrade Shogun, jagoan road race saat itu. Bisa jadi untuk menekan harga…Maklum, pascakrisis 1998 masih terasa, motor Cina pun mulai menyerbu dan baru ditangkal Suzuki nantinya dengan Suzuki Smash di tahun 2003.
Bisa jadi pemasangan CDI dengan limiter ini karena Suzuki ingin memberikan jaminan 3 tahun untuk mesin Shogun 110 R. Biasanya sih saat itu mesin cuma dikasih jaminan 2 tahun (Benar tidak Bro?). Shogun 110 R pun memecahkan rekord digeber 24 jam nonstop di Sentul untuk membuktikan ketangguhan mesinnya! Rekord ini dipatahkan, lalu dipatahkan lagi:
Hari gini, saking sibuk dengan image racing, tampaknya tak ada lagi yang berani memecahkan rekord ketahanan ya hehe…
Motor terakhir adalah Honda Astrea Supra X dengan harga 12.369.000, lebih mahal daripada Jupiter dan Kaeze VR, dengan mesin 100cc saja yang paling kecil kapasitasnya dan tenaganya juga paling kecil, hanya 7,2 hp @8000 rpm. AHM mengincar anak muda juga menurut artikel itu. Oh ya, kapasitas kecil Honda menunjukan, memang benar kan, saat itu racing belum menjadi paradigma utama jualan motor bebek.
Yang lucu sih, dan memang masih sesuai dengan keadaan saat itu, kalimat terakhir dalam artikel tentang Supra X yang masih ada nama Astreanya (image irit-red): “Dan inilah keunggulan Honda yang sudah tidak diragukan lagi: nilai jual kembalinya masih sangat tinggi.”
wkwkwk…..
Apa motor impian para penggemar sport bike tahun 2001? Salah satunya bisa jadi ada di antara 3 motor asal 3 pabrikan berbeda ini. Potongan ini saya dapat dari majalah Motoriders edisi November 2001, rasanya tak lama, tapi kalau dilihat tahunnya, 15 tahun lalu haha… Buat saya, ini motor tidak ingin saya miliki saat itu, maklum, baru mulai kuliah hehe, tak punya uang..ga mungkin juga, makanya ga pingin punya hihi… Oh ya, uang bulanan saya cuma 60 ribu sebulan, itu harus cukup untuk bensin dan oli si Tiger hitam.. Makanya, di kampus nyaris tak pernah beli makanan haha.. alhamdulillah tetap bahagia..
Oke, yang pertama adalah NSR 150 RR yang dikenal juga dengan NSR Astra. Motor ini diimport AHM dari Thailand. Tertera di majalah, tenaganya 37 HP @ 10.000 rpm. Bobotnya yang tertera 120 Kg, bahkan ada yang bilang tak sampai 120 Kg. Dengan spek segini, CBR250RR pake mode Sport + pun cuma bisa mencium asapnya saja haha… Jujur, sampai hari ini, ini salah satu motor terkeren yang “kebeli” suatu hari nanti hehe.. Di atasnya masih ada NSR 150SP, tetapi cukup gila juga harganya sekarang. Kondisi mulus full paper dan original ada yang berani buka 70 jutaan. Hmmm..padahal beberapa tahun lalu sudah sempat jatuh harganya di bawah 40 juta. Ya, tergantung kondisi juga sih, tapi NSR-RR pun buat saya cukup. Harga barunya tahun 2001 22 juta rupiah. Memang tak semahal motor 250cc twin sekarang, tapi percayalah, di tahun itu yang berani keluar duit 22 juta untuk beli motor jumlahnya jauh lebih sedikit daripada orang sekarang yang mau keluar duit untuk beli motor 60 juta.
Kandidat selanjutnya, diimport juga oleh Kawasaki dari Thailand: KRR ZX-150. Motor full fairing ini jelas jauh lebih sexy dibandingkan Ninja 150 R yang ada di Indonesia saat itu. Teknologi superkips pun membuat motor berbobot 124,5 Kg ini bisa melejit jauh lebih laju dibandingkan versi lokal nakednya. Di majalah Motoriders tak tertulis berapa power maksimumnya, tapi top speed tertera 190 Km/jam. Angka yang cukup menggentarkan motor 150cc 2 tak lainnya. Kalau speknya bukan mesin racing 150cc 2 tak atau moge sport, jangan coba-coba… Yang cukup membuat saya tercengang saat itu adalah harganya yang tembus 30 juta rupiah! Bro bandingkan dengan NSR Astra yang “hanya” 22 juta! Kenapa sebanyak itu bedanya ya???? Padahal sama-sama asal Thailand dengan kapasitas dan tenaga mesin sekelas…
Entahlah, bukan ranah saya untuk menjelaskannya..tapi ini termasuk fenomena sih..
Kandidat terakhir: Suzuki FXR 150. Motor buatan Malaysia ini dikatakan berbobot 118Kg dengan tenaga fantastis untuk ukuran 4 tak 150cc di zamannya, 20HP lebih. Ada yang bilang sampai 21 HP. Top speed dikatakan 140 Km/jam, sebuah klaim yang jujur dan tak melebih-lebihkan kalau melihat speknya. Menghadirkan rangka dan swing arm banana alumunium, speedometer digital, mesin DOHC, livery MotoGP, kebayang kan abang-abang kita dulu ngeliat motor ini ngilernya kaya apa.. Zaman itu, monoshock, velg palang, rem cakram belakang saja sudah fitur mewah haha…Tak heran, harga 28,5 juta diminta Suzuki buat mereka yang ingin merasakan mesin motor DOHC 150cc pertama untuk pasar motor umum Indonesia saat itu.
Sayang tahun 2004 motor ini dihentikan produksinya. Mengingat harganya yang mahal dan ada motor yang lebih murah dan lebih kencang, wajar peredaran FXR150 tak banyak. Top speed 140 Km/jam asli lho..Teman bahkan bilang pernah dapat 150 Km/jam di speedometer, tapi itu cuma sekali pas masih baru haha..setelah-setelahnya dapat 140Km/jam saja di speedometer.
Yang menarik buat saya sebagai penggemar motor klassik adalah mengamati pergerakan harga motor-motor keren di zamannya. Dan dari ketiga kandidat ini, NSR 150 RR Astra bisa dikatakan pemenangnya. Di pasaran, doi masih ditawarkan di harga 20 jutaan lebih, bahkan bisa 30 jutaan. Di bawahnya ada ZX-150…Harganya masih cukup tinggi.. maklum, biar tua, masih kencaaaang, masih banyak onderdilnya! Kemudahan merawat ZX-150 membuat motor ini tetap stabil harganya. Hanya saja, karena jumlah Ninja 2 tak dan variannya cukup banyak, harganya tak bisa melejit seperti NSR. Ingat, prinsip kelangkaan barang.
FXR150 yang bisa dibilang sedih… Harganya banyak yang di bawah 15 juta rupiah. Untuk mendapatkan unit yang masih bagus pun mulai susah! Menurut Blog Sesat, sulitnya parts, ya mirip-mirip NSR sih, membuat motor ini akhirnya kurang diminati. NSR bisa survive karena speednya tinggi dan motor 2 tak balap sudah dilihat sebagai motor hobi. FXR 150 tidak menawarkan aura dan performa balap layaknya kedua rivalnya ini, karena itulah harganya tak terkatrol. Hmm atau ada faktor lain menurut Bro?
Tahun 2011 lalu saya memilih Honda GL100 untuk dijadikan bahan modifan karena motor itu termasuk yang termurah di pasaran saat itu. Keunggulannya selain pajak murah, harganya murah, parts mesin berlimpah, motornya enteng, sesuai dengan keinginan saya untuk membuat cafe racer. Nah, kalau sekarang mau buat cafe racer lagi, GL100 sudah bukan pilihan tepat karena ada motor yang lebih murah, lebih bertenaga dan pasti lebih aman untuk belanja parts mesin, bahkan masih relatif aman untuk dipakai bertahun-tahun ke depan karena memang motor ini mesinnya cukup bagus dan masih tergolong muda. Kalau memang mau membangun motor dengan rombakan total dan tak mementingkan tenaga mesin besar, ya Thunder 125 saat ini yang paling murah, banyak dan mudah dirawat. Dengan dana dua jutaan, Thunder 125 sudah bisa didapat, terutama yang tahun tua yang masih belum dilengkapi kick starter. Untuk yang sudah pakai kick starter, dengan 3 juta rupiah di tangan pun sudah bisa dapat.
Kalau memang memerlukan motor bertenaga untuk diotak atik, Tiger pilihan tepatnya. Partsnya banyak, perawatan mudah, hanya saja dibandingkan Thunder 125, partsnya relatif sedikit lebih mahal dan pajaknya juga berpotensi lebih besar. Masalah tenaga ini perlu dipikirkan masak-masak sih karena kalau salah, biayanya malah membengkak! Membuat Thunder 125 berlari seperti Tiger bakal butuh dana lebih besar dibandingkan beli Tiger second sendiri.
Kalau mau lebih bertenaga lagi, coba lirik Yamaha Scorpio. Nah, ini motor tenaganya cukup banget. Namun, kalau dana belum sampai 7 jutaan buat beli bahannya, ya repot. Untuk modifikasi klasik, yang mengganggu dari Scorpio adalah suspensi belakangnya yang sudah monoshock. Butuh keluar biaya lebih kalau mau membuatnya jadi double shock. Namun, kalau memang ingin membangun motor trail, Scorpio harus ada di daftar kandidat teratas.
Oh ya, saran saya sih sebelum membangun modif motor, langkah terbaik adalah mencari langsung di media online motor modifikasi yang mau dijual. Biasanya jatuhnya jauh lebih murah. Coba cari motor yang paling menyerupai konsep yang ingin kita bangun. Kalau jodoh, bisa-bisa ada motor yang sudah hampir serupa hasil modifikasi yang kita inginkan. Kalau bangun dari awal memang puas, tapi biayanya tinggi. Buat yang lekas bosan, mendingan ikutin tips saya yang terakhir ini: Cari motor yang sudah dimodif sesuai keinginan, tinggal perbaiki deh sesuai sosok modifan ideal kita.
Nah, kalau sudah dapat, coba testride. Di situ biasanya kita baru melek, enak ga modifikasi yang kita mau. Tahun lalu saya sempat mau beli Tiger berkaki moge CBR400RR. Harga yang diminta 10 juta saja, terhitung super murah kan untuk Tiger surat lengkap berkaki moge dengan bodi sudah modif moge juga. Tampilan motornya lumayan keren, tinggal cat-cat dikit, maka itu motor akan nampak seperti moge 400cc beneran. Namun, setelah test ride, ternyata rasanya tak enak hehe…Sempat galau juga sih, akhirnya tak jadi saya beli….
Bukan nama asing memang di dunia roda dua klasik di tanah air. Motor klasiknya pencinta motorsport 2 tak salah satunya adalah Kawasaki AR-125. Motor yang lahir seumuran saya ini memang sempat melegenda karena memang motor kencang di zamannya. Maklum saja, mesin 2 tak 125ccnya bisa mengeluarkan tenaga 22 HP, dan itu untuk mendorong kuda besi yang bobotnya hanya 107 Kg. Kalau baca top speed sih memang tidak mengesankan, tapi logikanya, dengan power to weight rationya, AR-125 cukup lah buat mengasapi akselerasi motor-motor 150cc full fairing masa kini.
Kebayang Bro, untuk zamannya, betapa kerennya tampilan motor ini! Sudah 6 speed, monoshock, radiator, rem cakram haha, itu semua di zaman saat motor laki lainnya masih banyak yang hanya 4 speed, rem tromol, pendingin udara dan desain ala kadarnya…
Saat ketemu motor ini sebagai orang yang sudah dewasa dan senang motor, rasanya tuh waaah banget deh, apalagi motor yang dipamerkan di Parjo 2016 ini sangat-sangat muyuuus, dan sepertinya full original. Desainnya itu lho, sport 80an ga tanggung-tanggung! Untuk Ar-125, saya tak ada protes, beda dengan desain RGR atau RZR yang di bagian tertentu masih kurang sreg! AR-125 seperti motor GP125 di zamannya, seperti Yamaha RX-Z versi full GP hehe… Dari samping lebih keren lagi Bro:
Gimana, ganteng kan? Kaku-kaku, tapi tetap dinamis. Kalau Bro googling tampilan AR-125 dalam warna lainnya, wah, bikin ngiler deh, walaupun beberapa warna cenderung nyaplok warna kebanggaan pabrikan tetangga, sebut saja ada yang motifnya sangat GSX di zaman 80an. Sayangnya, saat ini Kawasaki cenderung main aman terus dengan warna motornya, kalem-kalem… Saking kalemnya, lama-lama monoton juga.. Ketika pabrikan lain banyak menggali livery bersejarah mereka, Kawasaki masih nampak pede dengan apa yang mereka tawarkan sekarang. Hmmm, mungkin warna-warna legendaris itu akan dijadikan senjata terakhir hehe..
Pernah dengar motor Suzuki bernama Goose 350? Belum pernah kan.. Yup, memang ini motor bisa dibilang tak populer, tenggelam dalam nama besar Bandit! Kalau saya pribadi sih dengar nama Goose malah ingat julukan pilot rekan Maverick dalam film Top Gun. Apa yang membuatnya tak tenar? Padahal kalau lihat tampilannya, jujur, saya melting hehe… Kebayang Tiger Hitam saya kena sentuhan modif minimalis jadi seperti Goose 350. Yup, simple saja, tetapi mencuri perhatian. Dan kalau dilihat tahun kelahirannya, tak heran doi ada kemiripan desain dengan Tiger lama! Goose 350 yang juga ditawarkan dalam versi 250cc ini lahir tahun 1991-1993.
Apa yang menjadikannya tak begitu terkenal dan diminati? Sebenarnya cukup aneh karena tahun produksinya cukup lama. Yang dikatakan jadi biang kerok sih katanya harga Goose 350 yang terlalu mahal! Dulu di Jerman dijual seharga 14970 DM, dan itu setara motor-motor sport kapasitas besar yang tenaganya 4x lebih besar daripada Goose 350 yang hanya 33hp @8000rpm! Yup, motor berbobot 145 Kg ini dijamin ngacir, sebab torsinya juga besar, yakni 32,4 Nm @6000 rpm…wah rendah ya, karakternya mirip Tiger juga nih…
Oh ya, motor 6 percepatan ini top speednya tergolong rendah untuk ukuran mesin 350cc, hanya 148 Km/jam! Motor singel silinder dengan 4 klep ini memang tak buas, tapi dijamin daya tahannya Bro.. Oh ya, Mungkin alasan tak laku karena ini motor bisa dibilang motor yang banya komponennya diambil Suzuki dari motor lain! Speedometer dari Suzuki Bandit, suspensi USD dari Suzuki RGV250 dan mesinnya dicomot dari Suzuki DR350!
Yang bisa jadi ciri khas motor ini adalah rangka tubularnya yang bisa dibilang eksotis di zamannya untuk motor Jepang! Tahun 90an, rangka teralis identik dengan Ducati kan.. Kerennya, rangka, monoshock dan lengan ayun disatukan oleh rangka alumunium di bagian tengah motor…katanya, ini yang bikin motor ini stabil! Ya meskipun dikritik, suspensi belakangnya ga bisa mengimbangi suspensi USD bawaan RGV250!
Waduh, negliat motor ini gimana ya bawaannya haha… Cocok banget nih untuk jadi acuan si Tiger Hitam di rumah! Kebayang kalau Tiger reborn dengan USD CBR 250 RR, kapasitas 250cc single silinder dengan 4 klep plus oil cooler.. Hmmm, semakin banyak common parts dengan Tiger lama tentu semakin baik hehe… Di situlah kekuatan Honda sebenarnya.. Kebayang kan kalau para pemilik Tiger lama bisa plug n play blok atas hingga bisa naik jadi 250cc 4 klep dengan daya tahan ala pabrikan..
Atau kebayang Suzuki Thunder 250 reborn… atau Thunder 150 menggunakan mesin Satria lama, wah itu saja sudah cukup punya daya jual, gaya neoclassic memang bikin gimana gitu hehe…
Sumber: http://www.motorradonline.de/motorraeder/auf-achse-mit-der-suzuki-goose-350.791898.html#gallery-1
Dulu kita pernah membahas BMW K1, motor 4 silinder sejajar pertama BMW yang penuh dengan terobosan dan menjadi bersejarah tak cuma karena teknologinya, tetapi juga membawa paradigma baru bagi BMW, terutama dalam segi rancang bangun mesin, desain dan pemilihan warna.
Nah, sekarang kita akan kenalan dengan BMW K46. Kalau K1200, K1300 tipe S dan R pasti tahu dong… Nah, K46 ini juga masih seangkatan kok! Malah masih lanjut sampai sekarang di saat K1300 tak dilanjutkan! Bukan apa-apa, K46 ini kan mesinnya sama-sama 4 silinder inline! Meskipun kapasitasnya lebih kecil, mesin K46 lebih modern dan dahsyat! Bahkan menjadi motor bertenaga terbesar di kelasnya! Bagaimana Bro, masa belum bisa nebak, BMW K46 itu apa…. Oke, kita kasih bocoran nih, ini knalpot si K46, kalau tak bisa nebak, jangan bilang up to date dalam hal roda dua ya..:
Tadaaaaa… yup, K46 adalah BMW S1000RR, motor yang sejak lahir dari tahun 2009 lalu sudah begitu menggemparkan dan tetap menjadi yang terbaik dengan BMW HP4nya! Blog Sesat tak bohong lah, S1000RR disebut BMW K46 juga kok… memang bisa dibilang tak ada yang tau karena di media massa tak pernah disebut begitu. Saya juga tak tau, sampai saya baca sendiri di knalpot S1000RR seri Euro 3 ini. Coba dicek:
Kan… BMW K46. Angka 0999 yang diduga keras mengacu ke kapasitas mesinnya yakni 999cc juga turut menjelaskan toh… Yang menarik, meskipun bunyi S1000RR tergolong garang dengan knalpot standarnya, di mufflernya ternyata tertulis hanya 80 dB! Wah, kalau dipasang di motor Tiger saya, nanti harusnya tembus razia dong ya hehe…Ya, itu sekedar muffler sih, kalau bukan knalpot full system bawaan S1000RR, belum tentu jatuhnya di bawah 80 dB.
Salah satu faktor yang membuat harga BMW klasik di berbagai belahan dunia tetap berkeliaran dan harganya makin naik adalah ketersediaan parts yang tetap terjaga. Memang harganya tidak murah, tapi ada.. itu yang penting kan..
Di Indonesia, banyak juga parts yang dibuat, mulai dari knalpot, jok, tanki, karet-karet, sampai sespannya pun dibuat. Pusatnya ya di Bandungische Motorenwerke hehe.. Harga lebih bersahabat tentunya dibandingkan beli parts KW asal Jerman. Maklum, harga mungkin tak jauh beda, tetapi ongkos kirim dan pajaknya bikin harganya jadi melejit.
Salah satu produsen parts untuk BMW klassik adalah merk Blitz. Entah ya, saya belom googling mendalam produk apa saja yang mereka buat untuk motor BMW klasik, tapi sepengetahuan saya, Blitz lumayan berkembang juga. Awalnya tahun 2008-2009 saya pertama kali kenal merk ini lewat busi Blitz untuk motor BMW klasik. Istilahnya, tak ada Bosch, Blitz pun jadi.. Nah, sekarang ternyata Blitz sudah bikin karburator, lumayan lah, karena Bing mahalnya ga karuan.. Tak sampai di situ, Blitz juga membuat karet jok, lumayan sedikit lebih murah dibandingkan Pagusa atau Denfeld.
Oh ya, karena saya lagi iseng, saya juga beli yang bisa kebeli aja.. murah meriah, tapi penting juga sebenarnya, entah sih apa nama part ini hehe…Pokoknya tak kelihatan dari luar hehe..ngumpet di dalam batok lampu R27. Kenapa saya beli? Mungkin karena senang dengan kemasannya haha… ini dia:
NOS Bro..lucunya masih ada tulisan made in Western-Germany hehe..bersejarah ini hihi..Namun yang saya salut sih sama pengirimannya dari Ulis Motorradladen di Frankfurt am Main, rapi.. Kemasannya sampai 2 lapis, masih diberi busa juga dan ada surat keterangan harga barang dan aturan-aturan kalau kita mau klaim. Ada kartu ucapan selamat Natal dan tahun baru juga hehe..
Kesannya sepele ya..Namun, ini keren, ini menunjukkan etos kerja yang memperhatikan kualitas dan detail.. Tak heran sih, toko spesialis motor BMW klassik ini tetap bertahan..
Kata yang tersesat