You are currently browsing the monthly archive for Januari 2011.

Omset BMW tahun 2010 lalu meningkat pesat, setinggi 12,3 %. Itu termasuk gila untuk ukuran produsen sepeda motor yang selalu menghasilkan sepeda motor berkualitas tinggi dan ujung-ujungnya hanya bisa terbeli segelintir orang. Tahun lalu, BMW berhasil memasarkan lebih banyak 10741 sepeda motor dibandingkan tahun 2009.

Kenaikan ini dikatakan karena variatifnya produk BMW yang diedarkan tahun lalu. Sebagai penggemar balap, tak salah kalau kita mengatakan, S 1000 RR melejitkan image BMW sebagai produsen terbesar sepeda motor asal Eropa. Dari jumlah penjualan, BMW S 1000 RR langsung mengisi posisi 4 dengan 10209 unit. Posisi pertama masih kokoh dipegang motor andalan mereka: BMW R 1200 GS dengan 18768 unit.

Di sebelas pasar motor, BMW bahkan dari volume penjualan menjadi yang teratas. Jerman masih menjadi pasar motor utama mereka, yakni menyerap 17816 unit, sedangkan pasar terbesar kedua ternyata Italia yang menyerap 14386 unit. Baru setelah itu menyusul negara macam USA, Prancis, Spanyol, Inggirs dan Brasil.

Mendengar hal ini, Ki Gede Anue manggut-manggut saja. Menurut doi, BMW masih bisa meningkatkan lagi omsetnya 2 kali lipat, kalau saja BMW mau menjilat ludahnya sendiri, yakni memproduksi versi mini S 1000 RR. Kalau saja BMW mau memproduksi s 250 RR dan memasarkannya di Indonesia, omset dijamin melesat drastis. Apalagi tim Superbike mereka lumayan punya prestasi dan punya daya jual besar, apalagi di Indonesia yang melihat motor BMW sebagai motor yang “wah”, karena harga motor barunya yang sangat tinggi sampai-sampai memimpikannya saja susaaaah…

BTW, melihat JT 52 dan S 1000 RR di bawah ini, entah kenapa ane mendadak punya keinginan beli Ninja 250 dan langsung dicat dengan liverynya JT 52 hihihi.. Oke, segitu dulu, sekarang ane mau mencoba membunuh keinginan ini huhuhu…

Kecewa… Itulah yang terbersit di benak ini mengetahui bahwa Yamaha tidak memilih Indonesia sebagai salah satu negara yang berkesempatan mencicipi roller elektrik mereka untuk pertama kalinya. Namun, setelah dibaca lebih lanjut, tampaknya Yamaha hanya memberikan kesempatan ini ke beberapa negara Eropa saja.

Salah satu negara yang beruntung mencicipi Yamaha EC-03 adalah Jerman. Motor yang pertama kali diperkenalkan di ajang Intermot 2010 lalu, mulai Februari ini bisa digebet. Soal harga, lumayan mahal sih, tetapi bisa dibilang murah juga lho..

Bingung? Mahal, karena memang harganya lebih mahal dibandingkan Supra Injeksi yang di Jerman sana dikenal dengan nama Honda Innova 125. Murah, karena bedanya tipis, sekitar 200 Euroan. Artinya, kalau dijual di Indonesia, seharusnya masih di bawah 19 juta rupiah.

Motor listrik bergaya klassik ini lumayan untuk memenuhi impian mereka-mereka yang butuh motor yang zero emission dan ringan. Motor yang katanya tahun 2012 nanti baru beredar luas ini hanya berbobot 56 Kg! Masih bisa digendong kemana-mana tuh…

Kelemahan motor listrik ini seperti motor listrik harian umumnya: teknologi baterai yang masih terbatas. Baterai Lithium ion hanya mampu membawa doi pecicilan sejauh 46 Km saja, itu pun dengan mode standard, yakni kecepatan terbatas hingga 30 Km/jam. Kalau mau lebih bertenaga, bisa pilih mode “Power-modus”. EC-03 langsung naik top speednya jadi 45 km/jam, cukup kencang tuh untuk macetnya perkotaan. Namun, konsekuensi Power modus ini adalah jarak tempuh berkurang jadi 20 Km saja!

Untuk mengisi ulang cukup mudah, EC-03 hanya butuh stop kontak biasa, tinggal colokin deh… Untuk mengisi penuh, butuh waktu masih lumayan lama, yakni 7 jam. Mudah-mudahan saja masa percobaan 2011 ini memberi banyak input baik, hingga tahun 2012 nanti kita bisa menikmati EC-03 yang lebih superior, terutama di soal jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk mengisi baterai.

Pabrikan asal India ini sebenarnya cukup mencuri perhatian Bikers dengan desain, teknologi dan harga yang ditawarkan. Namun, pabrikan yang sudah buka pabrik juga di Indonesia ini tampaknya belum sepopuler Bajaj yang terbantu banyak oleh kehadiran klub yang tidak hanya eksis di luar sana, tetapi juga di dunia maya.

Secara desain dan performa sebenarnya cukup oke. Langkah Pedekate dengan bloggers pun sudah dilakukan. Namun, tampaknya belum terlalu besar pengaruhnya terhadap porsi kue yang didapatkan TVS.

Jadi harus bagaimana dong? Sebenarnya yang paling menentukan laku atau tidaknya sebuah produk adalah produknya sendiri. Produk yang bagus karya TVS secara kualitas baranngkali sudah lumayan oke, tetapi ingat, yang jualan bukan cuma TVS! Apalagi TVS adalah pemain baru dengan image biasa saja, bukan seperti KTM atau BMW yang misalnya tiba-tiba menyerang pasar motor tanah air dengan motor yang cocok dalam sebagian besar kriteria pasar Indonesia.

Seperti yang sudah-sudah kita bahas, pemain pemula dengan power serba minim harus cerdik. Gontok-gontokan dengan ikan hiu besar pasti kalah. Si ikan kecil juga harus menyediakan produk yang tidak dimiliki si ikan besar. Kalaupun produk mereka sekelas, harus “beda” dan lebih unggul fitur-fiturnya, ya seperti yang sudah diberikan Bajaj!

Menurut petuah Gaib Ki Gede Anue, silahkan segera luncurkan tuh TVS Qube 2.0! Jangan dipajang aja! Jadilah pemain “besar” pertama di pasar motor listrik Indonesia. Kalau mau lebih menarik simpati bikers Indonesia, coba kembangkan motor Listriknya di Indonesia dan jadikan pasar Indonesia jadi yang pertama mengetest si motor listrik itu. Tentunya harus didukung oleh pemberitaan yang gencar…TVS, Can you now?

Hari ini ane naik sepeda ke tempat kerja, kebetulan memang sedang tidak harus mondar-mandir dan cuaca plus kesehatan sedang oke. Tidak seperti di awal-awal, lumayan, kali ini tidak ngos-ngosan hehehe… Ini berkat sepeda dipersiapkan dengan baik (semprot WD 40 sono-sini dan tambah tekanan angin ban) dan tidak buru-buru. Dulu, karena kebiasaan naik motor, akhirnya waktu tempuh pun diusahakan tidak berbeda jauh dengan naik motor, akibatnya ngos-ngosan.. Di tanjakan sampai pura-pura trouble sama sepeda (padahal nggak kuat lagi ngegenjot hihihi). Kali ini, dengan ritme santai, ternyata bisa sampai tujuan dengan tidak keringetan berlebihan, apalagi udara pagi lumayan membantu. Lumayan, badan terasa lebih segar dan kaki jadi kencang (bisa pake hotpans nih hihihihi…).

Omong-omong soal naik sepeda, bisa jadi lho di tempat-tempat tertentu nantinya kita harus naik sepeda, yup, terpaksa… Padahal naik sepeda itu seru, ingat masa kecil juga. Dari SD sampai SMP saya paling sering naik sepeda.

Kenapa terpaksa? Ya karena memang tidak ada tempat untuk kendaraan! Dan itu di Jakarta! Lho kok bisa begitu??? Bukankah jalanan diperlebar? Atau dibuat jalan layang non tol, seperti saat ini di jalan Pangeran Antasari…

Berita yang masuk Blog Sesat mengabarkan, setelah pembangunan jalan layang di jln Pangeran Antasari, kabarnya jalan Fatmawati yang menjadi salah satu jalan penting di Jakarta Selatan juga akan diekspansi. Jalan akan dilebarkan 8 meter. Nah, buat Bro yang tahu jalan Fatmawati, tahu sendiri kan.. Kalau jalan dilebarkan 8 meter, artinya Ente semua pada mau parkir dimana???? Kalau mau, parkirnya jauh dari tempat tujuan tuh, atau terpaksa naik angkutan umum… Entah deh bagaimana rencana pemerintah nantinya, pelebaran 8 meter dipastikan mengeliminasi sebagian besar lahan parkiran di depan gedung-gedung jalan Fatmawati. Yang naik mobil bisa gundah tuh… Naik motor masih mungkin sepertinya, sebab motor lebih mudah mencari tempat parkir. Nah, yang naik mobil sepertinya terpaksa mulai sedia sepeda lipat di mobilnya..

Nah, sebelum itu kejadian, ada baiknya biasakan (lagi) naik sepeda…Buat Bro yang tempat kerjanya tidak terlalu jauh dan memungkinkan naik sepeda, laksanakan lah niatmu. Janjian dengan teman bisa menjadi motivasi tersendiri lho.. Apalagi kalo temannya cewe kece.. Jangankan naik sepeda, gunung kan kudaki lautan pun kuselami kan…

NB: Maaf, tidak ada foto…rusak Bro huhuhuhu..

Pagi ini sebenarnya mau menyiapkan beberapa artikel untuk Bro sekalian, lumayan banyak, lebih dari 5 lah.. Ketika hendak mengupload foto, komputer mendadak mati, padahal listrik tidak turun.

Yang mengguncang saya, ternyata HP-Klassikku yang sudah terhubung dengan komputer turut kena dampaknya. Seluruh data di memory cards hilang! Lebih dari 740 foto sirna begitu saja. Sudah coba saya otak-atik, dan biasanya berhasil, tetapi kali ini tidak…

Begitu banyak foto yang hilang.. begitu banyak juga kenangan dan rencana yang hilang.. Rencana beberapa artikel yang membutuhkan foto-foto itu pun terganggu.. dan kehilangan foto-foto itu ternyata berat juga ya..kenangan 3  tahun terakhir dalam bentuk foto itu pun sirna..

Ada gambaran yang hilang… Ada beberapa fase yang hilang… Ada kenangan yang hilang huhuhuhu……………

Judul diatas ditujukan terutama kepada mereka yang sudah cukup berpengalaman mengendarai motor dan paham cukup lumayan tentang mesin dan kelistrikan motor. Membeli motor 2nd itu bisa menjadi langkah menghemat anggaran, tergantung ketelitian kita saat membelinya. Selain itu, pajak motor second tidak melilit sekejam pajak motor baru, toh secara teknologi tidak banyak perbedaan kan antara motor 2nd angkatan 2000an dengan yang baru terbit sekarang…

Harga motor 2nd yang sangat jatuh akibat produksi motor yang sangat tinggi ini perlu kita manfaatkan. Layaknya barang elektronik saja, harga motor umum 2nd saat ini benar-benar jatuh. Beli motor sebagai sarana investasi perlahan-lahan mulai luntur. Motor kini layaknya barang elektronik saja, harga 2ndnya jatuh dan semakin jatuh. Nah, inilah yang harus dimanfaatkan mereka-mereka yang paham motor.

Sebelum memutuskan membeli, cek dulu keadaan motor dan taksir, apa saja yang perlu diganti. Ini tentunya perlu pengalaman dan sedikit keberuntungan, sebab kita tidak bisa minta belah mesin ataupun tidak bisa selalu minta test ride. Selain itu, pastikan, apakah motor 2nd yang mau dibeli syah suratnya dan oke peredaran onderdilnya. Soal parts ini, biasanya motor 2nd diuntungkan peredaran yang cukup baik, kan dibantu sang waktu tuh…

Keuntungan lainnya membeli motor 2nd adalah, kita bisa lebih tega! Maksudnya, bagi mereka yang doyan modifikasi, sebaiknya incar motor 2nd saja!

Membeli motor 2nd juga bisa membuat motor di tanah air lebih berkualitas dan berwarna-warni lho… Bayangkan saja, kalau permintaan motor menurun, otomatis produsen akan lebih putar otak untuk menarik minat konsumen membeli motor baru. Salah satunya ya dengan menghadirkan produk baru yang secara desain maupun teknologi jelas-jelas punya keunggulan dibandingkan versi sebelumnya.

Saat ini, pastinya ada beberapa sepeda motor yang masih belum layak dibilang klassik. Bisa jadi karena usianya belum terlalu tua, jumlahnya masih relatif banyak atau memang motor itu masuk kategori motor biasa saja di zamannya.

Meskipun begitu, siapa tahu diantara kita ada yang memiliki motor semacam ini. Biasanya, kondisinya tidak original dan kurang terawat. Bisa jadi banyak pernak-perniknya yang hilang. Si pemilik sendiri pun tidak ada niat untuk mencari perintilan yang hilang itu. Namun, siapa tahu suatu hari nanti motor itu jadi motor klassik!

Kalau memang Bro punya motor semacam itu, ada baiknya juga kalau bisa kembali dicarikan pernik-pernik seperti emblem yang hilang. Apalagi kalau kita punya “feeling” sama itu motor dan banyak kisah tertulis bersamanya. Barang-barangnya biasanya bisa didapat dengan murah, kecuali untuk motor tua yang memang terlanjur banyak penggemarnya. Misalnya peneng sayap Honda CB 100 yang sudah dilego rp 120 ribu sepasang (eh apa ane mo ditipu ya sama mas2 bengkelnya???). Foto-foto ini saya ambil di sebuah bengkel di jalan Letjen Soeprapto, di daerah Galur (dekat Senen). Bengkelnya di sebelah kiri kalau kita jalan menuju Senen. Bengkelnya bernama Galur Motor. Harga barang disana lumayan murah dan termasuk komplit deh. Jadi biasanya,kalau mau imitasi ada, orsi juga ada. Kalau datang kesana, bilang saja tahu dari Arie Slight.. Niscaya mas2 nya bakal bengong dan berpikir: “Nih orang dah jam segini masih mabok aja??”

Beberapa hari lalu, ada hal yang lumayan bikin emosi dan cepat naik darah, permasalahan kerjaan sih…

Apa efeknya? Ketika mengendarai motor, terasa Bro.. Terlebih lagi kalau motor berat, punya power besar dan sudah lumayan kita kenal karakternya. Artinya, makin seru untuk “tempur” di jalan raya.

Ada orang naik motornya nyerempet, langsung ane ladenin. Cuma sekali jalan masa bisa 3 kali naik darah dan “membalas” kealayan dan kelalayan pengendara lain, padahal saat itu saya sedang bonceng nyokap! Sampai dirumah, nyokap langsung nenyain, kenapa saya tadi emosian begitu.

Permasalahan di pekerjaan kok disalurkan ke orang lain?!!!

Kalau dipikir-pikir, motor ada pengaruhnya juga disini. Andaikan saya saat itu naik Smash atau R 27, sangat tidak mungkin saya membawa motor dengan “garang” layaknya monster ngamuk sedang menunggang monster. Si tiger Hitam, meskipun sudah dikebiri powernya masih punya poetnsi untuk jadi “monster”.

Jujur saja, motor yang membuat saya sekarang jalan pelan-pelan dan hati-hati adalah si Smash. Dengan tenaga mesin pas-pasan dan rem full tromol, hampir tidak ada niatan dan keinginan untuk mengendarainya layaknya “monster ngamuk”. Terlebih lagi kalau naik R 27, lebih santai.. Jauuh lebih santai.. Dan kalau pun lagi sedikit menggeber mesin, langsung terbayang biaya turun mesin yang lebih dari cukup untuk menebus sebuah Thunder 125 2nd generasi awal!

Jadi, kalau suasana hati sedang galau ataupun mudah naik darah, sebaiknya hindari mengemudikan motor yang punya monster energy!

Jumat minggu lalu, saya menunaikan ibadah Sholat Jumat di Mesjid dekat rumah. Saat itu masih pukul 11.45an, meskipun begitu, sudah lebih dari separuh mesjid terisi. Ketika melangkah ke dalam, tampak pria berbadan besar mengenakan pakaian Muslim putih-putih sudah duduk di bagian tengah mesjid. Tak salah lagi, pria bule Belanda ini babenya artis Asmirandah yang sinetronnya saya tidak suka karena sebentar-sebentar nangis, masuk RS, kecelakaan, diculik terus masuk RS lagi, terus kena pemerasan waaaaaahhhhh..cabe deeeh…

Kemudian saya mulai menyapa Beliau dan terjadilah dialog* singkat ini:

Arie: Assalamualaikum.. Pa kabar Meneer Babe? Toyyibuuun???

Babe: Walaikumsalam.. eh, dek Arie..kemana saja je? Kok lama nggak mampir kerumah? Anda nanyain je terus tuh…

Arie: Wah, maaf Om, lagi banyak yang harus dikerjakan nih… maklum lah, lagi ngumpulin modal..

Babe: Modal apa? Modal kawin? Je nggak usah pusingin itu lah.. Duitnya Anda dari sinetron lebih dari cukup kok.. Dah, de Arie pastikan saja tanggalnya, diomongin sama sama Anda ya.. Ijk en mevrouw, Anda punya Mami, percayakan ke kalian berdua saja..BTW, Anda salam, katnya ijk hou van je..

Omongan kami pun terputus karena Adzan berkumandang

 Sorry Bro, kok jadi ngelantur gini nih.. Oke, singkat saja, pertemuan dengan si Babe Meneer membuat ane teringat sama motor Jamathi, motor asli mantan penjajah kita. BTW, Jamathi ternyata punya hubungan dengan juara-juara MotoGP macam Valentino Rossi, Lorenzo dan Capirossi lho..bahkan tidak langsung dengan Stoner. Simak ya…

Bagaimana? Keren juga kan motor-motor diatas? Yup, itulah motor-motor produksi Jamathi, ringkas, kecil dan manis menjadi daya jual tersendiri dan cocok banget untuk ukuran orang Indonesia kebanyakan.

Jamathi dikawali kariernya tahun 1962. Nama Jamathi sendiri merupakan singkatan nama para pendirinya, yakni Jan Thiel dan Martin Mijwaart. Awalnya, duo Belanda ini menggunakan mesin motor pabrikan lain, yakni Adler, Kreidler, NSU dan Royal Nord. Motor yang komplet produksi Jamathi sendiri baru ada tahun 1964.

Jamathi sepertinya hanya memproduksi motor-motor berkapasitas kecil. Mereka lumayan punya nama di tahun 60 hingga awal 70an karena punya taring untuk ikut GP 50. Tahun 1968, Paul Lodewijkx berhasil menjuarai TT Assen, dan di tahun 1970, pembalap Jamathi, Aalt Toersen mempecundangi Angel Nieto di GP Belgia.

Lihat tuh foto di atas, zaman dulu pun sudah test pake Dynojet hihihi…

Oke, lanjut ke Jamathie. Saya sendiri tidak paham, mengapa Jamathi sepertinya tidak eksis lagi (Wikipedia Belanda Bro..ane cuma bisa nebak-nebak aja hihihi). Yang jelas, di tahun 70an, Jan Thiel ciao ke Italia dan bekerja membangun mesin motor di sana. Selanjutnya, je extrimist extrimist sesat baca text ijk kutip van Wikipedia:

In de jaren 90 ging Thiel naar Aprilia om daar de 125 en 250cc racemachines te ontwerpen. Mede dankzij het werk van Jan Thiel hebber grote namen zoals Valtentino Rossi, Max Biaggi, Loris Capirossi, en Jorge Lorenzo vele overwinningen en kampioenschappen behaald met Aprilia.

Eind 2007 is Jan Thiel gestopt met zijn werk bij Aprilia en hij woont nu samen met zijn vrouw in Thailand.

Gimana Bro? Kira-kira di situ dibilang: Tahun 1990, Thiel pergi ke Italia dan bergabung bersama Aprilia. Dia mengembangkan mesin balap berkapasitas 125 dan 250 cc. Makanya, jangan heran kalau nama besar seperti Valentino Rossi, Capirossi, Max Biaggi dan Jorge Lorenzo punya hubungan tidak langsung dengan Jan Thiel! Jan Thiel sendiri dikabarkan berhenti bekerjasama dengan Aprilia pada tahun 2007, doi pindah bersama istrinya ke Thailand!

Wah, Jangan-jangan doi yang bikin Kawasaki Ninja di Thailand nih?

Omong-omong soal berakhirnya Jamathi, mungkin karena mereka tidak mau membuat motor besar, baik dari kapasitas mesin, maupun ukuran, silahkan Ente lihat bule Belanda di bawah ini:

Sumber Foto:

http://www.jamathi.nl/

http://www.elsberg-tuning.dk/jamathi.html

*Soal Dialog, you know me so well laaahh….

Kapan sih sebenarnya Kawasaki identik dengan warna hijaunya? Ada yang mengatakan sejak hadirnya motor Superbike ZX-7R yang berhasil meracuni bikers dengan superioritas performanya. Motor ini pun juga meracuni bikers dengan warna hijau Kawasaki yang di Jerman disebut giftguren alias hijau racun! Yup, hijau racun! Namun, apakah benar baru muncul bersama ZX-7R? Boleh dibantah, sebab sejak zamannya Toni Mang pun Kawasaki sudah mendominasi GP 250 dan 350 dengan warna hijaunya kan….

Sekarang, kita lihat arti warna hijau di Eropa, khususnya di Jerman. Warna hijau adalah warna kehidupan dan tumbuhan. Hijau menjadi simbol kemenangan musim semi atas musim dingin. Warna ini dianggap hangat, merupakan gabungan warna biru yang berarti bagi jiwa dan warna kuning yang menghadirkan kehangatan bagi emosi manusia. Gabungan biru dan kuning menyimbolkan kebijaksanaan dan pertumbuhan. Warna hijau alias gruen atau dalam bahasa Inggris green memiliki akar kata grow yang artinya tumbuh. Boleh jadi, Kawasaki memahami arti kata ini dan memilih hijau menjadi warnanya!

Di Abad Pertengahan di Eropa, warna hijau adalah warna cinta, berbeda dengan warna cinta sekarang ini yang merah atau pink. Para penyanyi dan penyair istana menciptakan sajak dan lagu yang menyebutkan mereka yang jatuh cinta pada putri istana yang sering menggunakan gaun hijau. Warna hijau pun punya kaitan dengan agama Kristen di masa itu. Para seniman melukis salib Yesus dengan warna hijau. Warna hijau di sini melambangkan harapan. Sampai saat inipun begitu, di Jerman, warna hijau menyimbolkan harapan.

Di abad Pertengahan, ternyata warna hijau juga punya makna negatif. Warna ini dipakai sebagai warna ular-ular jahat dan roh-roh jahat. Sehubungan dengan ular yang berbisa, bisa disimpulkan arti kata giftgruen (Gift=racun, gruen= hijau)  itu asalnya dari makna: yakni warna ular berbisa itu, atau warna bisa ular. Nah, Kawasaki kan dikatakan di Jerman memiliki warna giftgruen, nah, bisa jadi memang yang diambil adalah warna hijau racun ini karena ingin motornya dianggap “mematikan” layaknya bisa ular!

Sumber arti warna hijau: Aspekte, Mittelstufe Deutsch, Arbeitsbuch 2.

tersesat muter-muter

  • 2.531.496 x 1000 rpm

Waspadalah! Mungkin saya menyesatkan Anda....

Telah Menyesatkan

hmmm

Top Clicks

Follow Motorklassikku on WordPress.com