Ini bisa jadi salah satu hadits yang paling populer. Biasa saya dengar untuk saling mengingatkan agar menjaga niat demi diterimanya ibadah kita sama Allah. Nah, hari ini saya dengar hadits ini diucapkan langsung, tetapi mendengarnya malah membuat sedih..
Bukan karena lagi memamerkan kebaikan terus ditegur dengan menggunakan hadist ini, tapi begini ceritanya.
Saat menjelang Dzuhur tadi, saya masuk ke ruang tempat sholat di universitas Bochum yang ada di fakultas ilmu pengetahuan alam (Naturwissenschaft/NA). Tempat ini lumayan besar dan memang dipakai Jumatan juga.
Nah, saat masuk, saya masih harus wudhu, tetapi anehnya sudah ada yang sholat berjamaah 3 orang. Yang jadi imam saya rasa tak pernah saya lihat sebelumnya. Yang jadi makmum pun juga.. ya mungkin waktu sholat kita tidak berbarengan.. Nah, yang anehnya, ada beberapa yang tidak ikutan sholat. Yang tidak ikutan sholat ini yang saya kenal tampang dan setahu saya orangnya baik dan punya ilmu agama yang baik. Dia pun tidak segan menegur, jika memang ada yang salah. Melihat dia dan beberapa belum sholat, dan saya rasa waktu pun belum masuk, saya santai saja berwudhunya.
Setelah sholat berjamaah itu selesai, orang ini mengucapkan salam kepada imam dan 3 orang yang akhirnya ikut sholat (satu orang datang belakangan dan langsung ikut sholat). Mmm, salamnya tak dibalas.. Mungkin imam dan makmumnya kaget..
Lalu diberitahukanlah bahwa waktu sholat belum masuk.. Seingat saya, mereka sholat sekitar 13.34, saya masuk sudah mulai rakaat pertama atau kedua. Dzuhur hari ini mulai 13.38. Beda singkat sekali kan? Kalau lihat internet, ada kemungkinan juga melenceng 2-3 menit.
Namun, imamnya membela diri: “Kami ada kuliah.”
Yang berbaik hati dan berani menegur pun menunjukkan jadwal yang tertempel di dinding ini (di foto), tetapi yang ditegur mau melihat pun tidak.. Dia berkilah lagi: “sudah jam 1, dan kami ada kuliah”
Yang menegur mengingatkan: “Kalau belum masuk waktunya, ya tidak bisa. Kamu masih punya waktu sampai jam 5 sore nanti” (Ashar hari ini pukul 17.08).
Yang ditegur pun mengucapkan judul artikel ini: “Innamal a’maalu bin niyyah”
Yang menegur pun masih mencoba menasehati..ya tapi memang yang ditegur dari awal tak mau menerima, di situ saya yang hanya menonton merasa sedih… Hadits yang mulia yang mengingatkan betapa pentingnya melakukan hal-hal yang baik karena Allah digunakan tidak semestinya.
Makmumnya cuma bisa bengong. Yang datang belakangan pun akhirnya memutuskan sholat ulang karena memang sholat di luar waktunya ya tidak sah.
Ya, sekedar mengingatkan diri sendiri saja, kalau ada yang menegur kita, kita harus coba mendengar dan berterima kasih, barangkali kita memang salah atau belum tau. Tidak semua orang berani menegur karena memang menegur itu bukan hal yang mudah…
8 komentar
Comments feed for this article
30 Maret 2017 pada 6:07 pm
INITIAL vm
hahaa parah parah…..
31 Maret 2017 pada 1:26 am
arieslight
jaga gengsi memang membuat seseorang terlihat konyol hihi..kasihan aja..
31 Maret 2017 pada 1:33 am
INITIAL vm
iyee tu dia….mending hadis yg pas…ini hadits ga pada tempatnya make nya
31 Maret 2017 pada 1:37 am
arieslight
ya, di Indonesia lebih parah lagi ..serem..
30 Maret 2017 pada 6:24 pm
ardiantoyugo
wew… pernah ketemu juga, adzannya belum berkumandang udah sholat duluan…
menarik liat jadwalnya… tanggal 25 ke 26 lompatnya bisa satu jam…
31 Maret 2017 pada 1:36 am
arieslight
ga sah sholatnya, sama kaya kelihatan aurat atau sengaja ga ngadep kiblat..
tapi dikasih tau malah ngeyel, sedih aja lihatnya..
soal waktu digeser, selalu begitu kalau masuk musim panas. Jadi di hari ahad terakhir di bulan maret jam 2 pagi dimajukan ke jam 3 pagi. Ngikutin posisi matahari juga Bro.. Sekarang Magrib jam 8 lewat.
Waktu masuk musim dingin, di hari ahad terakhir bulan oktober jam 3 pagi langsung dimundurkan jadi jam 2 pagi.
31 Maret 2017 pada 1:58 pm
si adit
Wa likulli mriin ma nawa.
Boleh saja kok. Tergantung keyakinan dia aja, klo emang dia yakin waktu sholatnya udh masuk. Urusan sah ato g nya sholat orang itu biar Allah aja yg tahu.
31 Maret 2017 pada 2:41 pm
arieslight
Mas Bro, saya penuh keterbatasan dan harus belajar terus. Apa yang bisa saya lakukan sesuai dengan petunjukNya akan saya lakukan karena banyak hal lainnya yang karena kelemahan saya belum bisa saya lakukan.
Ketika ada kemudahan teknologi atau media yang menunjukkan masuknya waktu sholat, saya mengacu ke situ karena saya tidak punya kemampuan sendiri untuk menentukan itu.
Kalau saya dalam perjalanan dan tidak ada petunjuk maupun teknologi, saya akan melakukan yang sama.
Kalau saya di Jakarta dengan segala kemudahannya, saya tidak akan membatalkan puasa saya sebelum ada satu mesjid yang mengumandangkan azan meskipun matahari menurut saya sudah cukup tenggelamnya.
Semua ibadah juga Allah yang menentukan dengan adab dan tata caranya, juga boleh atau tidaknya, diterima atau tidaknya.
Semoga Allah ridho dengan ibadah kita ya…