Pertama kali keluar di tahun 2002, motor 990cc MotoGP memang sudah dibuat harus lebih kencang untung menggantikan motor 500cc 2 tak. Maklum, kalau lebih pelan, tentu akan buruk bagi image balap motor tertinggi dunia itu. Dan mereka juga harus mempertahankan kastanya yang harus lebih tinggi dibandingkan motor-motor superbike di WSBK.
Penggantian motor 2 tak itu ternyata tak sebatas isyu ramah lingkungan saja. Di sumber yang sempat Blog Sesat baca, ada kejenuhan di 2tak. Bukan jenuh di level pembalap apalagi fans, tetapi jenuh di kalangan mekanik. Pengembangan mesin motor 2 tak saat itu sudah seperti di “plato”, tak lagi menanjak…melainkan statis di ketinggian tertentu. Ada keinginan kalangan mekanik ini untuk mengembangkan mesin baru dengan tantangan baru, yang pastinya bikin motor makin ribet dan ujung-ujungnya mahal level dewa wkwk…
Di sebuah artikel jaman doeloe, majalan Motorrad sempat mengangkat tema pembandingan 2 motor Valentino Rossi, yakni NSR 500 dan RC211V. Di musim akhirnya, NSR 500 Nastro Azzuro bertenaga 195 PS, sedangkan RC211V generasi pertama menyediakan 220 PS. Meskipun bobotnya lebih berat, kurva tenaga yang lebih linear membuat RC211V lebih “pemaaf” untuk dikendarai. Di tikungan motor-motor 2 tak bisa mengejar motor 4 tak yang berbobot puluhan Kg lebih berat, tetapi di straight sangat kelihatan bedanya, bagai zaman 800cc ketika Ducati Desmosedici Stoner melahap M1 Rossi di straight..
Sekembalinya ke 1000cc demi mencari biaya yang lebih rendah, tenaga motor MotoGP pun makin membrutal. Zamannya Ianone masih di Ducati, itu tenaga motor-motor MotoGP sudah berada di 260 PS. Motor RC213V Pedrosa saja sudah lebih dari 260 PS, apalagi motornya Ianone… Sayangnya, berapa pasnya tenaga motor MotoGP, tak ada yang mengumbar langsung.. Produsen cuma bilang, di atas sekian PS lah…
Kemarin Blog Sesat menemui sebuah video di Youtube yang lumayan bikin takajuik..
Isinya David Coulthard menjelaskan cara kerja traction control di MotoGP. Di situ pun ada komentar dari Bradley Smith, pembalap Inggris yang bernaung di bawah tim KTM. Nah, di situ disebutkan, powernya sudah sampai di 300 horsepower! Ga mungkin banget makanya kalau tak pakai traction control!
Dari mana angka 300 horsepower itu? Entahlah.. kalau dari host macam DC dan pembalap yang diwawancara, ya ini bukan acara otomotif ecek-ecek…
Blog Sesat pun jadi ingat wawancara pasca race Brno Ahad kemarin. Di situ ada istilah “slow race”. Di Assen pun dikatakan “slow race”. Maksudnya, memang di awal-awal race semua pembalap menghemat ban dan tak menunjukkan kemampuannya. Tak ada yang berusaha kabur duluan. Ini semua demi menjaga ban hingga cukup untuk akhir race. Makanya, di beberapa balapan tahun ini banyak pembalap berada di rombongan terdepan, toh karena memang sama-sama tak ada yang berani ambil risiko kabur duluan karena risiko ban rusak sangat membayangi mereka.
Soal ban, pembalap rata-rata memuji Michelin yang bekerja baik dan menunjukkan perkembangan. Grip ban depan dan belakang makin sinkron. Mereka hanya mengeluhkan daya tahan ban. Kalau ditanya, apakah komponnya terlalu lunak, mereka juga tak bisa mengiyakan anggapan itu..
Menurut Blog Sesat, ban Michelin oke-oke saja dan makin oke. hanya tenaga 300 horsepower memang sudah bisa dibilang “terlalu” wkwk.. Menarik juga sih menyaksikan fenomena “slow race” ini…Tenaga 300 horsepower ternyata tak otomatis membuat pembalap lebih bisa kencang sepanjang race, kecenderungan untuk membalap halus dan menghemat ban makin besar. Dovizioso yang ditanya kemarin, apakah di akhir race dia mengganti mapping jadi lebih agresif membantah. Ia tak mengubah mapping, hanya memang berkendara lebih agresif di akhir race.
9 komentar
Comments feed for this article
6 Agustus 2018 pada 9:04 pm
ipanase
abu-abu hi power
7 Agustus 2018 pada 4:17 pm
arieslight
rahasia biar greget hihi
7 Agustus 2018 pada 6:54 am
tomcat s
rata2 nyampe 300 hp!!!??… ck-ck-ck-ck… hebat…, benar2 hebat!! Dan efisien, tentunya! (energi dlm bhnbkr mostly berubah jdi enrgi gerak).
Trus mesin Ducati yg powerfull itu nyampe berapa ya, kan konon disunat biar tdk terlalu liar…?
7 Agustus 2018 pada 4:26 pm
arieslight
hihi..entah Bro..gelap informasi pastinya..soal efisiensi sih memang jelas joss.. semua tim pastinya sudah disunat sama traction controlnya hehe..
saya juga kaget tau2 dibi;ang 300hp…saya pikir masih di 270an..
7 Agustus 2018 pada 5:33 pm
Bowo tiktok
Tenaganya 20x motor 150cc tapi top speednya cuma 3x nya. Wkwkkk
7 Agustus 2018 pada 10:19 pm
arieslight
kalo akselerasi 0-100km/hnya motor MotoGP disamakan waktunya dengan motor 150cc, mungkin top speednya 20xnya hehe..
9 Agustus 2018 pada 6:47 am
Roy
top speed nya gak jauh tapi akselerasinya jauh… 0-100 MotoGP sekitar 1-2 detikan.
9 Agustus 2018 pada 8:52 pm
arieslight
0-200 4,8 detik wkwk.. sekarang top speed beda 30 Km/jam lebih ya kayanya.. 500cc top speednya kayanya di 320an..ya mesti googling lagi sih rekord 2 tak top speednya
10 Agustus 2018 pada 6:56 am
Roy
GP 500? Top speed 325kph an. seinget gw tembus 330kph itu pertama x kekx Ducati jaman Troy Bayliss deh ama Collin Edwards.
Klo ini 1000cc 2 tak powerband nya gak nyampe 11rb rpm. 300hp cuma 11rb rpm, sempit banget. Klo 560cc 2 tak Suter aja udh 195hp flat line standard, klo mw custom diatas itu ya biasa karena sengaja di setting begitu ama Suter.
Karena pemakai sudah pasti bukan pembalap tulen.